Part 7

1240 Kata
Tamatlah sudah riwayat Aina, hanya tinggal menghitung menit, Aina benar- benar akan berstatus sebagai seorang istri. Menikah? Aaah aku tidak mau mendengar kalimat itu, bahkan umurku baru saja 21 tahun, aku belum menikmati seluruh masa mudaku. Begitulah yang ada dihati Aina saat ini. "Kamu cantik banget hari ini Nak, mulai kedepannya kamu bakal jadi istri orang, kamu harus jadi istri yang baik nak. Karena setelah menikah itu kunci surga mu ada pada suamimu, jadi ingat nasihat Ibu, apapun yang terjadi tetaplah berada disisi suami mu." Ucap Ibu sambil mengelus lembut kepala Aina. "Ibu jangang ngomong gitu, Aina bakal tetap tinggal sama Ibu kayak biasanya." Jawab Aina. "Gak nak, kamu gak bisa lagi ngelakuin semua yang kamu mau, setelah menikah kamu akan tinggal dengan Afnan, kamu akan ikut dimana pun Afnan ingin tinggal. Yasudah ayok kita pergi kedepan, acara sudah dimulai, semua orang sedang menunggu kamu didepan, ingat jangan mengecewakan Ibu." Memang tak bisa dipungkiri, menikah adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu semua orang, tapi menikah dengan dijodohkan lain lagi ceritanya. Dengan langkah ragu, Aina mencoba melangkahkan kaki nya untuk menuju ruangan depan, dimana semua orang sudah menunggu nya. Semua mata tertuju ke arah Aina dan menatap ke arah nya. Namun satu satu nya yang tertangkap di pupil matanya adalah sosok Afnan yang sudah duduk di tengah keramaian orang didampingi oleh Ayah nya. Tidak bisa dibohongi, dia memang tampak sangat tampan hari ini, yang membuat nilai lebihnya adalah saat matanya tepat menatap kearah mata Aina dengan menunjukkan ekspresi yang sama sekali tidak bisa ditebak. "Ah tidak sadarlah Aina, kamu bahkan tidak pernah mencintainya, kenapa kamu harus mengaguminya, sadarlah ini hanya sebuah pernikahan yang dijodohkan orang tuamu, kamu bisa melepaskan pernikahan ini saat orang tuamu sudah mulai lengah dan mencari kesalahan dalam pernikahan ini." Ucap Aina dalam hati. Tidak lama menunggu, ijab kabul juga sudah selesai dilaksanakan, acara pasang cincin pun sudah selesai dilaksanakan. Sekarang hanya ada acara penjamuan tamu yang datang, Aina dan Afnan hanya duduk di atas bangku pelaminan melihat semua tamu yang datang. Tidak pernah terfikirkan oleh Aina, kalau dia sekarang benar benar sudah menjadi istri orang dan orang itu bahkan bukanlah orang yang dikenalnya. Aina benar benar sudah melepas masa lajangnya. Aina hanya melamun selama acara dimulai dan berlangsung, tiba tiba Afnan menyadarkan nya dengan sentuhan tangan nya diatas punggung tangan Aina. "Setidaknya penampilan mu hari ini pantas dilihat." Bisik Afnan "Kamu sudah bosan hidup?" Gumam Aina sambil melepaskan tangan Afnan dari tangan nya. "Aina tidakkah kamu berfikir kalau ini akan menjadi hal yang menarik? Kita sudah menikah, tentunya walaupun ini hanya karena perjodohan tapi kamu sudah menjadi milikku, kamu tahu apa yang ada dipikiran orang tua kita? Mereka akan meminta cucu pada kita cepat atau lambat." Ucap Afnan mencoba untuk menggoda Aina. "Kamu pikir aku mau? Aku bahkan belum menyelesaikan kuliahku bagaimana aku bisa melakukan itu, aku harus menyelesaikan kuliahku." "Apa setelah menyelesaikan kuliahmu kamu akan mau melakukannya?" Ucap Afnan sambil tersenyum miring. "Ngimpi." Afnan hanya tersenyum menatap Aina, sedangkan Aina bahkan tidak memperdulikannya karena sangat kesal. Acara demi acara sudah berlalu, sampai akhirnya semua acara telah selesai. Karena merasa kelelahan, Aina melepas semua pakaian nya dan hanya memakai pakaian tidur dan berbaring ditempat tidur yang sudah disiapkan. Baru saja merebahkan tubuh keatas kasur, Afnan tiba-tiba masuk kedalam kamar dan ikut merebahkan tubuhnya disamping Aina. Aina berguling menjauhinya, namun Afnan terus mendekati Aina. Tidak punya cara lain, kaki Aina mulai bergerak dan menendang Afnan untuk menjauh dari nya. "Aahh!!! Aina tidak bisakah kamu bersikap lebih manis padaku?" Ucap Afnan kesal. "Kenapa? Apa karena sekarang kamu suamiku jadi aku harus bersikap baik? Aku sudah berusaha membujuk mu untuk membatalkan pernikahan kita, tapi kamu malah gak peduli sama omonganku dan terus menulis cerita gila mu itu." Teriak Aina. "Kenapa? Apa kamu sekarang mulai merasa cemburu dengan buku yang aku tulis? " Ucap Afnan genit. "Aishhhh pergilah, aku mau tidur." Jawab Aina sambil menarik selimut. Namun dengan jiwa pantang menyerah, Afnan kembali berguling mendekati Aina. Bukannya tidur mereka malah hanya berantam didalam kamar, karena berebut tempat tidur. Setelah merasa kelelahan, Afnan akhirnya mengalah dan dia tidur diatas sofa, sedangkan Aina tentunya tidur diatas kasur. Sungguh melegahkan. Hari yang melelahkan, rasanya tulang-tulang Aina akan berpisah dari dagingnya satu persatu. Pagi sekali Aina bangun dan mencuci wajah nya. Kemudian berjalan kedapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. "Aina? sudah bangun sayang? Afnan mana?" Tanya Tante Anggi kepada Aina. "Afnan masih tidur Tan." Jawab Aina kemudian meminum segelas s**u. "Tan? Aina kamu gak boleh manggil begitu, Mama, panggil Mama mulai sekarang, oke?" "Hee iya Ma. Oh ya Aina mau kekamar dulu mau mandi juga terus mau berangkat kerja." Ucap Aina. "Kerja apa? Bukankah Afnan sudah beritahu kamu semua rencana nya?" "Rencana?" "Iya, Afnan bilang kalian akan pergi liburan untuk bulan madu kalian, tempatnya sih belum ditentukan. Karena dia bilang mau pergi kemana pun kamu mau pergi." "BULAN MADU? Tan, eh Ma, Aina kami baru menikah dan bahkan belum mikiri soal itu." "Mau bagaimana lagi, kalian sudah menikah dan memang seharusnya begitu. Berjuanglah sayang, kuliahmu masih bisa diambil cuti." Jawab Mama genit sambil meninggalkan Aina. Aina kembali kekamar dan melihat Afnan masih terlelap diatas sofa yang ditiduri nya. Karena merasa tidak enak hati, Aina menghampiri Afnan dan membangunkannya. Bukannya bangun, dia bahkan tidak bergerak sedikit pun saat Aina membangunkannya. Merasa kesal melihat tingkahnya, Aina menarik tangannya untuk bangun, tapi dia kembali ke posisi awalnya. "Afnan, rencana apa yang sudah kamu pikirkan tentang pernikahan ini?." "Hmm? Apa maksudmu?" Jawab Afnan dengan malas. "Mama bilang kamu rencanain mau pergi bulan madu." "Hmm, aku merencanakan nya." "Kenapa? Aku gak pernah mau ini semua, sekarang juga kamu batalkan ini semua." "Apa yang kamu pikirkan? Aku tidak akan menyentuh sehelai rambut mu pun walaupun kamu sudah menjadi istriku, Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku, karena aku pikir akhir-akhir ini pikiranku terlalu buntu dan tidak bisa memulai garis baru dari buku ceritaku. Akan aneh kalau aku pergi sendiri, jadi aku putuskan untuk pergi denganmu, dengan alasan untuk bulan madu supaya orang tua kita gak curiga." Jawab Afnan yang sudah duduk diatas sofa. "Kamu yakin cuman karena alasan itu?" "Percayalah, aku tidak akan melakukan apapun pada orang yang tidak mencintaiku, kecuali mungkin kamu berubah pikiran nantinya." Jawab Afnan sambil memandang genit kepada Aina. Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkam nya dan untuk menghidari masalah, Aina bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah sarapan, Aina berencana akan berangkat kerja tapi langsung dilarang oleh Afnan, dia menahan Aina didepan orang tua mereka, seolah olah hubungan mereka benar benar baik. "Hari ini aku akan ngajak kamu ke kantor aku, banyak yang harus aku urus jadi aku butuh teman dikantor." Ucap Afnan. "Apa kamu tidak punya sekretaris?" Tanya Aina. "Aku benci ditemani orang lain." Bukankah seharusnya dia sudah bisa menjadi aktor top? Bahkan orang tuanya tidak memperlihatkan sisi kecurigaan sedikit pun. Karena tidak mau keluarga curiga, Aina memutuskan untuk ikut dengan Afnan ke kantornya. Ini pertama kalinya Aina berkunjung ke kantor Afnan, Aina masih belum terbiasa dengan suasananya. Betapa terkejutnya Aina saat mereka datang seluruh mata tertuju ke arah nya. Mungkin memang begitu karna Aina masih baru disini, tapi jujur ini membuat nya merasa risih dan tidak nyaman. Karena mungkin melihat ketidaknyamanan itu, tiba tiba Afnan menarik tangan Aina dan menggenggam nya, mereka berjalan seolah tidak terjadi apa pun. Aina berusaha menariknya, tapi yang terjadi malah diluar dugaan. "Kamu ingin aku melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan? Jika tidak ingin, tetaplah diam dan ikuti aku, aku hanya berusaha membuat mu merasa nyaman didekatku." Bisik Afnan di telinga Aina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN