APA KARENA AKU DUDA YA?

1048 Kata
“Saya juga bingung Pak Biru, saya ada operasi sudah saya tunda saya oper ke orang lain. Ada dua operasi saya hari ini, demi ayah Anda saya stay di sini bersama dokter yang lain, sahut dokter kepala. “Sampai sekarang belum terlihat titik signifikan. Boro-boro bisa terdeteksi apa yang masuk ke tubuhnya, karena sudah saya test lab keseluruhan belum ada hasil. Saya bingung ini.” “Baik dokter, silakan di makan atau di minum sambil istirahat menunggu perubahan,” Biru pamit dari ruang rawat super lengkap walau kecil itu. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Waduh aku tadi lupa. Harusnya kan aku bicara sama Senja masalah dia ingin diterkam oleh Wangi. Bagaimana ini? Sudah tengah malam malah aku lupa,” sesal Biru. Dia terlalu focus pada papanya sehingga lupa masalah Senja. ‘Katakan pada Senja maaf saya tadi malam lupa bicara dengan dia karena sibuk mengurus kakeknya. Jadi tolong katakan hari ini dia jangan sekolah. Kalau Anda berangkat kerja ya kerja saja. Tapi katakan Senja diminta menemui kakeknya dan jangan ke sekolah dulu,’ akhirnya tengah malam Biru menulis pesan untuk Pelangi ‘Baik Pak,’ jawab Pelangi cepat. ‘Loh kamu ngapain tengah malam gini masih online?’ Biru tak berharap segera direspon, setidaknya dia pikir Pelangi akan memberitahu Senja esok pagi. ‘Saya sedang mengerjakan tugas kuliah Pak,’ jawab Pelangi. ‘Oke selamat belajar,’ tulis Biru. Tanpa membalas Pelangi langsung menutup ponselnya “Ih nggak bilang terima kasih, nggak bales pula. Gila tuh orang benar-benar ya nggak peduli sama aku. Apa karena dia tahu aku duda ya?” “Masih banyak kok yang ngantri duda satu anak tajir dan keren ini. Cuma Pelangi yang memang nggak peduli. Mungkin karena dia sudah terlalu sakit hati sama mantan suaminya.” “Ah ngomong-ngomong mantan suaminya, mungkin juga tadi dia marah gara-gara aku nggak jemput di mushola, malah aku nyuruh orang jemput. Nggak apalah yang penting sudah aku jemput. Daripada dia diikutin oleh mantannya itu,” Biru berupaya tidur, walau dia masih kesal atas perilaku cueq Pelangi. Hampir subuh Tara baru mulai ada perkembangan. Biru medapat panggilan dari tiga dokter yang stanby. Tentu saja itu membuat Biru sedikit tenang. “Tapi masa kritis belum lewat ya Pak Biru. Hanya ada sedikit tanda-tanda bahwa dia akan bertahan hidup. Hanya itu saja. Entah dia akan bertahan dalam artian hanya menjadi vegetatif atau benar-benar bisa survive,” jelas dokter. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tadi malam daddymu bilang dia lupa bicara sama kamu, entah ibu tidak tahu masalah apa, tapi dia bilang dia lupa karena terlalu sibuk dengan kakek. Jadi pagi ini dia bilang kamu tidak usah sekolah dulu.” “Ada hal penting yang membuat dia mengatakan hal tersebut. Itu yang daddymu pesankan. Jadi kamu bertahan saja di rumah tidak berangkat,” ucap Pelangi. “Oke,” jawab Senja tanpa membantah. Biasanya dia membantah. Itu yang membuat Pelangi jadi bingung, ada apa dengan Senja? Kok tumben dia tidak membantah pesan Biru. Terlebih harus diam di rumah, tidak ke sekolah. Yang artinya tidak keluar bersama dirinya. Tapi kali ini Senja tidak membantah sama sekali. “Aku tidak suka sama guru SD yang suka datang tiap siang. Aku tidak suka dia. Dia orang jahat,” ucap Senja pada Pelangi, saat Pelangi akan berangkat kerja. Pagi ini di meja makan hanya ada Senja dan Pelangi saja. Bahkan Julanar pun tidak ada Julanar tentu sibuk di kamar pengobatan. Di rumah ini ada satu ruang khusus untuk pengobatan. jadi siapa pun yang sakit semua alat kedokteran yang urgen ada di situ. ada tabung gas oksigen ada yang infus dan segala macamnya semua ada di situ bahkan alat pacu jantung juga ada. Memang satu ruang itu seperti rumah sakit kecil, Biru memang menyiapkan ruang tersebut untuk berjaga-jaga bila ada kasus yang tidak boleh dieksposis di luar, jadi dirawatnya di rumah saja sama seperti yang sekarang terjadi pada Tara. “Mommy juga tidak suka sama dia, tapi kan kita tidak boleh dorong orang untuk menjauh. Jadi ya biarkan saja, yang penting Mommy tidak meladeninya. Itu prinsip Mommy sih. Biarkan saja apa maunya,” ucap Pelangi. “Tapi dia jahat, sangat jahat. Dia dan saudaranya jahat,” ucap Senja. Pelangi tidak mengerti siapa yang dimaksud saudaranya oleh Senja. Dan apa maksud jahat yang anak itu ucapkan. “Ya sudah Mommy berangkat ya,” kata Pelangi. “Ini tadi malam Mommy sudah siapkan yang perlu kamu lakukan di rumah selama jam belajar di sekolah,” Pelangi memberikan kertas untuk di kerjakan oleh Senja, kertas mewarnai, kertas kosong untuk menggambar, kertas lipat, pokoknya semuanya. Hari ini karena Senja tidak sekolah Pelangi naik motornya sendiri. Tentu maksudnya adalah motor baru yang disiapkan oleh Biru. ‘Ya ampun kenapa dia berangkat sendiri?’ tanya Biru ketika mengetahui Pelangi pergi membawa motor tanpa diantar oleh sopir. “Non Pelangi tadi bilang karena den Senja tidak sekolah maka saya tidak perlu mengantarnya Tuan,” kata sopirnya Senja. “Haduh bagaimana ini?” kata Biru. Dia memang lupa. “Tadi Mommy sebenarnya ingin bicara dengan Daddy. Dia ingin bertemu sama orang yang sering nungguin dia di sekolah, tapi hari ini dia nggak bisa karena hari ini guru SD yang deketan dia mau ngajak makan siang. Nanti Mommy digeret-deret jadi harus makan sama dia.” Tentu saja Biru tambah panik mendengar bahwa Pelangi akan digeret oleh seorang guru SD untuk makan siang bersama. ‘Makan siang kok dipaksain?’ begitu pikir Biru. “Daddy. Laki-laki itu jahat, saudaranya jahat, saudaranya yang bikin Mommy terlempar,” Senja tidak mengerti apa kata yang terlintas di penglihatannya tapi itu yang dia bisa katakan pada Biru. “Maksud kamu apa Mommy terlempar?” tanya Biru. “Perempuan itu sama laki-laki yang nungguin dia tiap hari itu mau bikin Mommy terlempar. Terus sekarang perempuan lain yang saudara guru SD. Perempuan saudaran guru SD ini pernah bikin Mommy terlempar.” Biru harus mencerna kata-kata Senja sedemikian rupa. Alisnya mengernyit. ‘Apa jangan-jangan yang dimaksud Senja guru SD adalah saudaranya Dwi ya? Yang membuat Pelangi terlempar dari rumah Hasto, yaitu orang yang menunggu Pelangi sepanjang hari di sekolah.’ “Tapi nanti guru SD itu bergandeng tangan sama perempuan itu padahal kemarin perempuan itu mau gandeng orang yang nunggu di depan sekolah. Tapi orang yang di depan sekolah nggak mau.” “Perempuan itu minta orang di depan sekolah ngikat aku. Tapi orang depan sekolah nggak mau.” “Sekarang perempuan itu mau gandeng guru SD.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN