BERTEMU HASTO

1107 Kata
Biru makin ruwet memikirkan bahwa Wangi adalah dalang segalanya Wangi mau bekerja sama dengan Hasto untuk menculik Senja itu yang ditangkap Biru, tapi Hasto akhirnya tak mau. Dan Wangi sekarang ingin bekerja sama dengan guru SD untuk mengerjai Pelangi. Itu harus dia cegah. Ambisi Wangi memang terlalu menjadi-jadi. Bukan ambisi untuk mendapatkan dirinya apalagi cintanya, tapi hanya hartanya saja. ‘Aaaah, misi aku mengganti perusahaan Hasto menjadi milik Gerhana saja belum kesampaian, sekarang tambah lagi urusan Pelangi. Sepertinya aku harus ubah usaha ini menjadi milik mama saja agar aman.’ ‘Aku harus katakan pada Papa saat papa nanti sadar. Semua akan aku alihkan saja biar nggak ribet seperti ini. Karena Wangi sadar, semua harta nanti akan jatuh ke tangan Senja sebagai ‘anak kandungku’ diatas kertas, terlebih Senja lahir dalam pernikahanku dengannya. Jadi bila aku tak ada Wangi meraa bisa jadi wali Senja memegang semua hartaku.’ “Ya sudah sambil Daddy mikirin bagaimana caranya kamu berangkat sekolah dan rencananya perempuan itu tetap berjalan tapi kamu aman, kamu tetap di rumah dulu. Daddy akan siapkan segalanya agar kita tetap kondusif. Kamu sudah dibuatkan pekerjaan sekolah buat di rumah oleh miss Lala kan?” “Iya sudah. Aku disuruh menggunting ini dan menempel sesuai warnanya di buku. Lalu aku nggak suka kalau disuruh mewarnai, itu pembodohan. Aku maunya bikin gambar saja.” “Tapi maksudnya mewarnai itu agar kamu tahu ada Batasan. Tidak boleh keluar garis. Itu maksudnya orang membuat gambar untuk anak-anak seperti itu agar kamu telaten tidak keluar garis. Kalau kamu keluar garis tentu nilaimu buruk.” “Itu maksudnya. Jadi kamu tetap harus mengerjakannya. Jangan sampai nanti kamu ketinggalan dari teman-temanmu,” ujar Biru. “Baiklah aku akan kerjakan,” jawab Senja ogah-ogahan. “Bagaimana kondisi kakek? Apa kamu bisa melihatnya? Kamu kemarin tumben bisa melihat kakek,” tanya Biru. “Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa melihat kakek. Kakek akan tidur begitu terus, lama. Jadi Daddy nggak usah pikirin macam-macam. Tinggalin saja dulu kakek sampai dia capek tidur begitu,” jawab Senja malas, dia berjalan ke kamarnya untuk mengambil tugas dari miss Lala. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Mendapat bayangan seperti itu dari Senja, Biru akhirnya pun pasrah. Dia minta dokter untuk selalu datang mengontrol saja. Yang penting poin dari perkataan Senja adalah sampai dia capek tidur begitu. Artinya entah kapan papanya akan sadar kembali. Tiap hari ada dua perawat yang stand by di rumah ini mereka gantian sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri, bukan Biru yang mengatur. Yang penting selalu ada orang di ruang rawat tersebut. Tidurnya mereka juga ada kamar khusus di belakang, mereka punya satu kamar khusus untuk tidur. Dan di ruang perawatan juga ada satu bed untuk mereka istirahat. Jadi tidak sepanjang hari duduk. Yang penting semua fasilitas tersedia, makanan atau apa pun yang mereka butuhkan semua tinggal mengatakan pada bibik, tidak usah lapor pada Julanar apalagi pada Biru. Hanya pada bibik saja. Nanti Bibik yang melapor. Kecuali masalah Kesehatan, mereka harus langsung lapor pada dokter dan dokter nanti akan lapor pada Biru. Tidak seperti serta-merta mereka langsung bisa bicara dengan Biru. Biru mengurangi tegur sapa dengan para perawat dia tidak mau berhubungan komunikasi dengan para perawat tersebut kecuali darurat. Semua perawat yg pernah bertugas di rumah sakit super mini ini tahu hal itu. Tak bisa bicara sembarangan dengan tuan Biru! ‘Mengapa kamu naik motor? Seharusnya kan kamu diantar sopir walau Senja tidak berangkat. Nanti kuliah tetap harus menggunakan mobil atau motor dengan Adnan. Tidak boleh sendiri. Ingat itu!’ Pelangi membaca pesan yang dikirim oleh Biru, ketika dia baru saja tiba di sekolah. “La … Lala,” teriak Hasto melihat Pelangi baru saja memarkirkan motornya di tempat parkir para guru. Tentu saja Pelangi yang baru membaca pesan Biru, sedang bersiap membalas pesan jadi kaget, bagaimana Hasto sudah menunggunya di dalam yayasan! Pelangi langsung berlari ke arah satpam. “Apa tidak ada pengamanan? Kan katanya orang itu tidak boleh masuk. Kenapa dia ada di sini?” Tanya Lala pelan-pelan. “Wah maaf Miss, kami tidak melihat dia masuk. Kami pikir tadi dia mengantar seorang siswa,” kata satpam. Tiga orang satpam langsung membentengi Pelangi. Mereka tahu siapa Pelangi yaitu orang yang harus dijaga oleh mereka atas perintah Tuan Biru. Karena miss Lala adalah tutor dari Tuan Senja. Itu perintah Tuan Biru sehingga mereka langsung tahu apa bila miss Lala kecewa dan lapor pada Tuan Biru maka nasib mereka di ujung tanduk. “Tahan orang itu, saya mau masuk kelas,” kata Pelangi, dia pun langsung berjalan cepat menuju kelasnya. Hasto tak mau ada keributan, nanti bisa bahaya kalau sampai dia melakukan hal itu. Jadi dia pun mundur ketika satpam menyuruhnya keluar dari pagar Yayasan. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tadi seharusnya aku tuh nggak langsung teriak. Aku berdiri dulu dekat dia baru bicara. Aku salah terlalu antusias melihat kedatangannya menggunakan motor sendirian. Rupanya dia beli motor baru. Keren banget, motornya sama harganya dengan motor aku.” “Walau itu motor matic bukan sama dengan milikku. Gilaaa. Hebat banget ya dia sekarang. Padahal dia tidak membawa satu rupiah pun uang dari aku,” Hasto menyesali kecerobohannya yang ingin segera menemui Pelangi. “Gaji di yayasan ini berapa sih? Apa karena dia sudah jual rumah yang di Jakarta Utara ya, jadi dia belikan mootor itu? Tapi nggak mungkin. Orang seperti Lala nggak mungkin membelikan motor dari hasil jual rumah. Pasti hasil jual rumahnya dia belikan rumah lagi.” “Aku yakin itu. Jadi nggak mungkin malah boros seperti itu.” ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Iya Tuan kami mengaku salah,” kata satpam yang dihubungi oleh Biru. Rupanya Adnan melapor pada Biru bahwa Hasto bisa masuk ke area yayasan bahkan sempat menegur Pelangi. Padahal awalnya Adnan tak tahu. Biru mendapat telepon dari Pelangi, tapi bukan Pelangi bicara malah dia mendengar Pelangi protes pada satpan tentang keberadaan Hasto di dalam pagar yayasan. Rupanya tanpa sadar, saat Pelangi berlari ke satpam handphone yang sedang akan membalas pesan Biru malah kepencet memanggil. Itu sebabnya Biru minta Adnan menyelidiki kejadian pagi tadi. “Pertanggung jawabanmu pada Adnan, karena tadi dia yang lapor pada saya. Kalian ceroboh. Memang harus saya yang menegur, agar saya tahu. Tapi pertanggung jawaban kalian pada Adnan. Kalau kalian dipecat ya salah kalian sendiri. Kalian kan sudah dipesan sama Adnan bahwa orang itu tidak boleh masuk. Mengapa bisa masuk?” “Berarti kan kalian teledor. Efek keteledoran kalian ini yang bahaya. Pokoknya kalian harus bertanggung jawab!” “Iya Tuan, maafkan kami,” kata kepala satpam. “Dia sendiri tak ada di situ saat kejadian, karena dia baru pulang habis jaga malam jadi anak buahnya yang salah. Tapi karena Adnan menghubunginya dia terpaksa kembali ke yayasan sebab tak ingin dipecat. Tetap saja dia harus bertanggung jawab karena dia kepala satpam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN