TAK ADA AMPUN

1035 Kata
“Ada apa Pak Sandy?” tanya tiga ajudan Tara yang masuk. “Saya juga nggak tahu. Coba cek di CCTV ruangan ini. Tiba-tiba Bapak bilang Bapak sudah tidak enak badan, wajahnya pucat dan keluar keringat dingin sebelum pingsan. Saya nggak tahu kenapa,” kata Sandy. Tapi sayang CCTV ruangan tersebut sudah diambil aksesnya oleh Biru sehingga tidak ada yang bisa kontrol CCTV ruangan itu lagi. Biru yang sedang mengamati CCTV tersebut. Dia matikan seluruh akses untuk mengambil rekaman CCTV. Sehingga ajudan Tara juga tidak bisa mengakses. Kalau anak buahnya Tara tahu, tentu mereka akan antisipasi karena Biru dan Tara sudah memperhatikan, sudah mencurigai anak buahnya Tara dari team Jalak ada yang sudah disusupi. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Iya ada apa?” tanya Biru saat menerima telepon dari komandan team Jalak yang bertugas mengawal Tara. “Tuan besar pingsan, saya bawa pulang atau bawa ke rumah sakit seperti biasa Tuan?” tanya ketua team Jalak. “Kamu diam saja di situ. Kamu kepala team kan? Kumpulkan semua team Jalak. Tidak ada yang pergi dari ruangan itu satu pun.” “Team Betet dan Nuri sebagai pengganti sudah siap, dua langkah lagi sampai depan pintu ruangan Papa. Mereka yang akan overhandle tugas kalian untuk mengawal Papa. Jadi ingat team Jalak bertujuh kumpulkan dan saya tunggu di tempat biasa. Tidak ada satu pun yang kurang, kalau kalian tidak ingin kepala kalian lepas dari badan!” kata Biru tegas. “Baik Tuan Biru,” jawab komandan team Jalak yang tak tahu mengapa team yang dia pimpin harus ke markas. Biru langsung memanggil dokter dan mengatakan Tara sedang bersiap di bawa pulang oleh pengawal menuju ke rumah. Jadi diminta dokter mengobati di rumah saja tidak usah di rumah sakit atau di kantor. Anggota team jalak tentu saja jadi saling curiga, mengapa mereka dibebas tugaskan dan tugas diambil oleh teamBetet dan Nuri dan tidak tanggung-tanggung Biru menurunkan dua team atau 14 orang, untuk menggantikan mereka yang hanya bertujuh. Pasti itu adalah antisipasi kalau mereka melawan. Mereka jadi saling curiga antara team pasti ada yang tidak beres, sehingga Tuan mereka bisa pingsan tanpa diketahui. Padahal makanan dan minuman semua dari dapur dan kalau dari dapur berarti sudah lolos uji coba oleh team yang bertugas. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Di tempat biasa yang tadi Biru katakan bukan hanya dua team yang menunggu team Jalak, tapi tiga team jadi 21 orang menunggu 7 orang dan saat ini mereka bukan menggunakan pakaian biasa tapi pakaian hitam-hitam pakaian yang menandakan itu tanda sangat penting tentu saja Team Jalak kaget, karena di tempat biasa atau markas mereka ditunggu team kutilang, parkit, gelatik. “Kalian tahu mengapa saya kumpulkan di sini?” tanya Biru tegas dan datar. Ternyata Biru sudah di lokasi lebih dulu dari team jalak. Semua diam sepi tak ada yang berani menjawab “Saya menduga berkaitan dengan sakitnya Tuan Tara barusan. Tuan mencurigai salah satu dari kami sudah tidak jujur,” kata seorang anggota team Jalak yang paling muda. “Ternyata bukan salah satu dari kalian!” Biru memandang team Jalak. “Ada tiga orang dan itu sudah saya lihat. Kalian mau mengaku di sini atau langsung saya tembak kepala atau saya penggal leher!” “Kalian tahu kan saya nggak pernah main-main pada semua yang bersalah,” kata Biru. “Kalian pikir kalian bisa diloloskan oleh orang yang menekan kalian, hanya karena kalian diancam anak atau istri atau kakek atau siapa pun orang terkasih kalian akan bahaya kalau tidak menuruti perintah orang yang membayar Anda?” “Kalian tahu walaupun Anda mengikuti pun, anak atau istri atau kakek atau siapa pun yang jadi sandera itu sudah mati semua sebelum kalian bertindak!” “Saya perlihatkan ini!” tanpa banyak cakap Biru memperlihatkan di layar lebar ruangan tersebut sebuah tayangan yang sangat miris. Di ruangan tersebut memang ada layar 2 X 1 m² khusus untuk menayangkan apa pun yang Biru ingin kemukakan pada teamnya. Karena memang untuk membahas suatu tindakan diperlukan foto akurat, slide atau video. Jadi di ruangan ini memang dipersiapkan layer lebar. Dan benar saja orang yang diancam yang menjadi sandera dari tiga orang teamnya Tara semuanya sudah terkapar di rumah mereka masing-masing tapi belum diketahui siapa pun termasuk tetangga. “Seharusnya kalau kalian hafal karakter saya, kalian hafal karakter Papa saya begitu terima ancaman kalian lapor saya personal. Saya pasti akan melindungi dan akan membiarkan rencana mereka berjalan tetapi kalian tetap aman.” “Kalau seperti ini apa yang mau kalian katakana? Nyawa keluarga kalian sudah hilang, nyawa kalian juga akan hilang karena mereka tak ingin Anda semua buka mulut. Itu kalau kalian bebas dari saya.” “Itu kan pilihan kalian? Kenapa tidak mau jujur sama saya?” teriak Biru. Kepala Team Jalak kaget tiga anak buahnya bisa diintimidasi sedemikian rupa sedang dia tidak tahu apa-apa. “Saya minta maaf Tuan Biru. Saya minta maaf. mereka tak lapor pada saya ada kesulitan seperti itu. Seharusnya mereka lapor saya biar kami juga berpegang tangan untuk membantu mereka dan kami akan lapor pada Tuan dan Tuan Tara.” “Kalau seperti ini maafkan saya. Saya berani menerima hukuman karena tidak mengerti dan bisa sampai kebobolan seperti ini. Saya mengaku salah,” kata komandan Jalak gentle. “Sebenarnya kamu nggak salah 100%. Merekanya saja yang bodoh tidak percaya sama komandan seperti kamu. Mereka terlalu bodoh tidak percaya sama saya dan Papa saya, padahal mereka kerja pada kami.” “Apa kami pernah membiarkan kalian tenggelam? Mereka orang lama loh. Kalau mereka orang baru saya bisa mengerti. Tapi ini mereka orang lama. Jadi saya sangat menyesal.” “Ini pembelajaran buat kalian yang lain. Saya tidak akan ada ampun. Apa pun yang terjadi kalian harus mati, karena targetnya Papa saya mati. Nggak akan mungkin saya tukar nyawa Papa saya dengan orang lain.” “Kalau papa saya tidak selamat. Saya bersumpah, siapapun keluarga kalian akan saya habisi. Tapi kalau Papa saya selamat ya cuma kalian yang saya habisi. Dan orang yang sudah mati di rumah kalian masing-masing itu saya nggak peduli.” Biru meninggalkan ruangan itu. Tandanya eksekusi harus dijalankan. Tiga orang itu tanpa perlu memperjelas apa pun tanpa perlu minta ampun karena tidak akan pernah ada ampunan dari Biru dan Tara hanya diam. itulah akhir takdir mereka yang sangat bodoh tak mau lapor Biru saat dicekal lawan. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN