“Kunci pintunya.” Daven berucap tidak bersemangat, sama halnya dengan tanggapan Arsy yang tampak enggan dekat-dekat dengannya. Arsy terlihat jelas melakukan segala sesuatunya dengan terpaksa. Bahkan bukannya bergegas menjalankan titahnya, Arsy malah terdiam ragu tanpa perubahan berarti. Padahal, Arsy juga yang membuatnya berusaha memperbaiki keadaan dan sebisa mungkin bersikap adil. Namun, Arsy juga yang malah menolak semua usahanya. “Kalau aku bisa jalan, aku sudah tutup dan mengunci pintunya dari tadi, Sy!” sergah Daven lirih lantaran Arsy tak kunjung bereaksi lebih. Arsy mendengkus pasrah. “Kenapa enggak sama mbak Livy saja, sih, Mas?” Arsy juga sengaja bertutur lirih. Ia sengaja menjaga suaranya agar tidak mengusik penghuni rumah mengingat waktu yang sudah sangat malam. Sudah pukul s