“Kamu tidak bisa membawa Arsy begitu saja karena dia istriku!” Daven masih meledak-ledak. “Kenapa baru sekarang kamu mengakuinya sedangkan kemarin, kamu masa bodo, tetap saja tidak mau mengakui Umi Arsy sebagai istri kamu, padahal aku sudah meminta kamu membuatku bertemu dengan suami Umi Arsy?!” Yama tak kalah emosi. Mata tajamnya terus menatap sengit Daven, sementara kedua tangannya yang mengepal di depan tubuh sudah sangat ingin menghajar Daven. Setelah sempat merasa tertampar untuk ke sekian kalinya karena pengakuan Yama yang terus menyudutkannya meski semua itu juga kenyataan sekaligus kebenaran yang telah ia zalimi, Daven berkata, “Itu hakku, dan memang bukan urusan kamu!” Mata Daven berkaca-kaca karena ia terlalu takut kehilangan Arsy. Benih-benih cinta baru saja mulai tumbuh dan m