Kesunyian masih menyelimuti kebersamaan Daven dan Arsy. Mereka masih terjaga meski waktu sudah dini hari. Arsy masih bertahan di sudut sebelah pintu, sedangkan Daven terbaring lemah menatap hamparan langit-langit di atasnya. Dan meski Yama sudah tidak ada di sana, bisa dipastikan, pria itu akan menerobos masuk andai Daven sampai berani melukai Arsy bahkan itu sekadar bertutur dengan nada tinggi. “Kamu tahu dia siapa?” tanya Daven yang kemudian memberanikan diri untuk menoleh dan menatap Arsy. Arsy yang jujur saja sudah sangat mengantuk, berangsur menghela napas pelan. “Setelah apa yang terjadi, Mas terluka parah dan malah ditinggal istri Mas, masa iya Mas masih arogan begini?” Ia melirik tak habis pikir Daven. “Siapa yang arogan, aku hanya bertanya!” lirih Daven tapi masih membentak. Su