“Itang istrinya abang?”
Hening...
“ADOOOH... Abangggg sadis!!!” sebelum menjawab, Gege sudah menjentikkan telunjuk dan ibu jarinya ke arah kening Aruna, berharap kesadaran gadis itu kembali.
“Cemburu boleh, o’on jangan.” senyum Gege langsung menarik sebelah tangan Aruna memasuki rumahnya.
“Assalamualaikum maaah.” teriak Gege saat sampai di depan pintunya, dan sedetik kemudian seorang wanita cantik paruh baya tergopoh membukakan pintu berwarna coklat tua itu. Wanita itu masih kelihatan sangat cantik diusianya, mengenakan blouse berwarna hijau tosca dipadu dengan celana kulot berwarna abu cerah.
“Abang kok gak bilang kalo mau pulang?” serunya langsung menyongsong sang putra dengan pelukan.
“Semalam udah abang kabari mah, pasti mamah belum cek HP kan?” Gege membalas pelukan ibunya lebih erat.
Aruna yang berada dibalik punggung Gege tersenyum tipis melihat interaksi penuh kasih sayang ibu dan anak itu.
“Abang samo sia?” (*sama siapa) mamah Rita menengok kebelakang punggung putranya dan mengulas senyum saat menatap iris mata bening milik Aruna.
“Assalamualaikum tante. Saya.. A- a- Aruna, biasa dipanggil Nana” Aruna memasang senyum tiga jari saat menyeruak dari balik punggung Gege, ia langsung mengambil tangan kanan mamah Rita dan mengecupnya penuh hormat
“Waaaah, baru pertama kali ini Abang bawa temen cewek ke rumah, ayo masuk.” mama Rita tanpa canggung mengaitkan tangannya pada lengan kanan Aruna dan membawanya masuk.
Aruna yang mengekor di belakang mamah Rita menoleh sekilas ke arah Gege memberi isyarat dengan matanya, Gege yang tertawa sumringah hanya mengendikkan bahu pada gadis itu. Mamah Rita yang tampak antusias dengan tamu barunya, membawa Aruna duduk di sofa empuk diruang tengah.
“Nana kamek bana, dima tingga?” (Cantik sekali, tinggal dimana?)
“Lah lamo bakawan samo bang Gege?” (sudah lama berteman sama Gege?)
“Maaah, Nana ini asli Jawa nggak ngerti lah dia diajak ngomong gitu” sahut Gege mendekati mereka setelah membuka jaket dan meletakkannya pada sandaran sofa.
“Oooh... jadi bukan orang sini, pantes cantiknya beda” respon mamah Rita
“Iya tante” Aruna hanya bisa tersenyum canggung dan menundukkan kepala
“Nana nih satu kost samo Okta, Wita, Elma mah, baru 5-6 bulan karajo disiko (*kerja disini).” jelas Gege
“Pasti temen spesial yo, ini pertama kalinya kan abang bawa cewek ke sini?” mamah Rita berbisik pada putranya.
“Iyo mah spesial pake telor, doain ya biar dia mau sama Gege.” jawab Gege masih berbisik.
“Nana udah diajak kemana aja sama Gege?” tanya mamah Rita menggenggam tangan Aruna.
“Hmm... tadi mampir ke Lembah Anai nte, trus gak tau kemana lagi, Nana gak begitu paham namanya.” jawab Aruna masih menunduk.
“Nana pengen ketemu itang mah, makanya abang ajak ke sini.” sahut Gege
“Oh ya?” mamah menoleh ke arah Aruna “Ya sudah nanti sore aja ketemu Gemintang ya, lagian di luar mulai gerimis tuh, abis ini makan siang ya.” lanjutnya.
Seketika Aruna mulai gusar mendengar mamah Rita menyebut nama panjang itang, ia makin penasaran dengan pemilik nama itu, namun hanya bisa menunggu hingga nanti sore sampai rasa penasarannya terjawab.
“Nana istirahat aja dulu, bisa pake kamar tamu. Mamah ke belakang dulu.” mamah Rita menunjuk salah satu kamar.
“Gak usah repot tante, Nana istirahat disini aja”
Aruna mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Rumah Gege masih perpaduan gaya modern minimalis dan klasik ditunjukkan dengan banyak unsur kayu pada beberapa bagian.
“Gue tinggal ke kamar bentar ya, ganti baju, mau ikut?” tawar Gege mengerlingkan sebelah matanya
“Ogah, aku di sini aja.” Aruna menarik bantal sofa warna hijau tua yang memangkunya.
Beberapa menit kemudian Gege sudah kembali lagi dengan tampilan lebih santai menggunakan kaos lengan pendek bergambar avengers dan celana kain sebatas lutut. Ia membuka penutup minuman dingin dan menyodorkannya ke arah Aruna.
“Masih capek?” Gege yang langsung duduk tepat disebelah Aruna mengulurkan tangan ke punggung Aruna dan memijatnya perlahan.
Aruna yang tak siap, menarik badannya ke belakang dengan lirikan membunuh tepat pada iris mata Gege
“Abang ngapain?”
“Mijit punggung lo, biasanya kalo abis perjalanan jauh punggung bakalan kaku banget.” Gege mendekatkan badannya dan memulai aksinya lagi.
“Nggak bang, aku udah biasa naik motor jauh-jauh gitu pas masih di Malang.” ia menjauhkan tangan Gege dari punggungnya, canggung rasanya ia sedekat ini di rumah Gege.
Aruna menatap pantulan wajah Gege di cermin depan mereka, hasssh ... kenapa masih saja mempesona dan, sialnya, aura tampannya makin bertambah...! Aruna menggeleng cepat menghilangkan pikiran liarnya, ia segera beranjak kearah pintu depan dan mengibaskan telapak tangannya karena mendadak gerah meskipun cuaca sangat dingin, ditambah gerimis yang belum reda.
“Bang dapurnya dimana? Aku bantu tante masak aja “ katanya menutupi kegugupan
“Kearah belakang, pojok kanan” Gege menunjuk ruangan dan tertawa kecil menyadari perubahan wajah Aruna yang salah tingkah.
***
Sampai di dapur, Aruna memperhatikan beberapa bahan yang sudah dikeluarkan mamah Rita dari dalam kulkas. Daging Iga, kentang, lada, pala, kayu manis, bawang bombai, bawang putih, daun bawang dan singkong? Aruna menaikkan satu alisnya
“Tante mau masak apa? Nana bantuin ya.” tawar Aruna
“Nana bisa masak?”
“Dikit tante.”
“Yaudah minta tolong rebus daging ini aja yaa.” mamah Rita menunjuk ke arah daging iga dalam wadah kedap udara seraya melirik panci berukuran sedang di samping Aruna.
“Siap”
Sejurus kemudian Aruna dengan sigap mengisi air dalam panci, memasukkan iga, dam menaruhnya ke atas kompor dan tak lupa menutupnya. Aruna melirik jam yang melingkar di tangannya untuk menghitung waktu agar daging itu lembut dan matang sempurna.
“Trus nte?” tanya Aruna lagi
“Panggil mamah aja ya? semua temen Gege panggilnya mamah.” pinta mamah Rita lantas tersenyum kearah gadis belia di depannya.
”Kupas dan iris bawang bombai ini bisa?” lanjutnya lagi dan Aruna mengangguk, dengan cekatan mengambil talenan dan pisau besar di meja sebelah kulkas. Ia mengupas dan mengiris bawang bombay dengan tempo cepat dan potongan rapi.
“Nana kayaknya udah terbiasa masak ya?” ucap mamah Rita, yang entah sejak kapan mematung ditepian meja bersebelahan dengan Gege dan kompak memperhatikan gerakannya.
“Iya tante, eh ma-;mamah, ho-ho- hobby aja ”Aruna yang mendadak kikuk dengan cepat menghentikan aktivitasnya merajang bawang dan berbalik menghadap dua orang itu.
“Dia jago banget mah.” Gege mengangkat ibu jarinya.
“Amaknyo punya catering besar di Malang dan Nana udah private masak sejak SMP mah.” lanjutnya lagi.
“Iya?? Waah... pinter banget dong ya.” puji mamah Rita yang sukses membuat Aruna merona.
“Masih belajar kok tan, eh mamah.” Aruna mengulum senyum.
“Mamah harus cobain bakso bikinan dia deh, sumpah enak banget.” ucap Gege yang masih memperhatikan Aruna.
Mamah Rita tersenyum mendengar penuturan putranya. “Boleh... Nana kalo ada waktu, sering main kesini ya, biar ada yang nemenin tante juga.” ucapnya antusias dan diangguki Aruna.
“Ini singkongnya buat apa mah?” Aruna menunjuk beberapa buah singkong besar di bawah meja.
“Gak tau deh, mamah bingung, maunya bikin cemilan yang simple gitu.”
“Bikin singkong keju gimana?” saran Aruna
“Nana bisa?” Aruna mengangguk yakin
“Ya sudah nana bikin singkong keju, mamah nerusin masak soup iga ya.” mamah Rita mengulas senyum.
Satu jam kemudian makan siang dengan berbagai menu menggiurkan sudah siap di meja makan, Aruna menatapnya bergantian dan mengabsen menu-menu didepannya. Soup Iga, terong lado ijo, peyek udang, bakwan dan singkong keju sebagai penutup.
Gege yang sedari tadi sudah siap dimeja makan makin lahap mencicipi semua menu dihadapannya.
“Bakwannya enak, tumben pake irisan cabe?” Gege beralih peran menjadi komentator untuk masakan kedua wanita idolanya.
“Biar pedesnya meledak-ledak bang” saut Aruna tanpa menoleh
“Bakwan sama singkong keju yang bikin si Nana.” saut mamah Rita mengendikkan dagu ke arah Aruna.
Gege langsung menoleh ke wanita kecil yang duduk tepat di sebelah kirinya. “Yakin lo yang bikin?” Aruna menyunggingkan senyum terbaiknya dan mengangguk
“Enak, besok bikinin lagi.” titah Gege.
“Diiih ... maunya” Aruna cemberut melirik sebal ke arah Gege.
“Mah, gimana? Nana udah lolos kan?” mama Rita mengerutkan kening mendengar pertanyaan putranya.
“Jadi calon mantu mama.” Gege makin tersenyum lebar menatap ibunya.
“Mamah sih yess,” mamah Rita mengacungkan kedua ibu jarinya dan tertawa lebar ”yang ini langsung dapet golden ticket dari mamah.” lanjut wanita paruh baya itu lagi.
Aruna yang masih bingung dengan arah pembicaraan ibu dan anak itu hanya bisa melongo tak percaya, bahkan ia menggantungkan sendok berisi nasi dan lado ijo yang tinggal beberapa centi didepan mulutnya.
“Aku gak mau jadi istri KEDUAAA!!” Aruna tak bisa mengontrol suaranya lagi saat emosinya membuncah
***