Kehilangan Fungsi S*ksual

941 Kata
"Kenapa sayang?" tanya Qeela. "Ohh, tidak Ma. Ini loh, ada pasien yang salah kirim," jawab Fira asal. Toh besok dia akan ke rumah lelaki itu. Dia akan mengembalikan sisa uang yang dikirim oleh Althaf. Sesampainya di rumah, Fira menelepon sahabatnya, dia bertanya ini dan itu tentang keadaan Althaf dan pengobatan apa saja yang harus dia lalui. "Fir, aku rasa, dia menyukaimu," celetuk Nico setelah menerangkan pengobatan untuk Althaf. "Kamu jangan gila Nico! Tidak mungkin dia menyukai wanita janda beranak dua sepertiku," ucap Fira. Sejak ditinggalkan oleh Richard, wanita itu merasa insecure pada dirinya sendiri. Dia merasa, meskipun wajahnya cantik dan pintar, itu tidak bisa membuat orang menyukainya dengan tulus. Buktinya, suaminya meninggalkan dia tanpa kabar dan berita. "Kamu ini bicara apa? Kalau saja istriku mau aku poligami, kamu pasti sudah aku nikahi," ucap Nico. "Jangan bercanda Nico, itu tidak lucu," kesal Fira. "Aku serius Fira sayaang," rengeknya. "Tau ah," wanita itu pun menutup panggilan teleponnya. Dia kesal dengan Nico yang selalu saja ingin menjadikannya istri kedua. Sampai-sampai, istri Nico memusuhinya. Karena lelaki itu terang-terangan mengatakan hal itu di hadapan sang istri. Dia pikir, dirinyalah janda gatal yang mengejar-ngejar suaminya. Keesokannya, Fira sudah datang di rumah mewah bernuansa klasik itu. Dia sudah disambut oleh Bibi dan membawanya ke dapur. "Eh Bi, ngapain saya dibawa ke dapur. Saya kan mau periksa Tuan Muda," protes Fira. "Tuan ingin makan malam buatan dokter. Sejak tadi pagi, Tuan mengamuk tidak mau makan. Makanan yang kami bawa dia buang semua. Pas kami tanya, ternyata beliau ingin makan hasil masakan Dokter," cerita Bibi. "Tapi Bi, saya ini tidak bisa memasak. Saya hanya bisa mengobati orang. Mungkin, itu juga yang menyebabkan mantan suami saya dulu meninggalkan saya. Nanti kalau masakan saya tidak enak, Tuan muda marah," elak Fira yang kembali mengingat kesalahannya. Dokter cantik itu memang tidak pandai memasak. Sejak kecil, dia lebih senang dengan dunia pengobatan daripada di dapur. Fira tidak tahu saja, jika Althaf ada di belakangnya. Lelaki itu tiba-tiba merasa kasihan dengan Fira. "Apa benar suaminya dulu meninggalkannya hanya karena dia tidak bisa memasak? Sungguh picik sekali mantan suami Fira," batinnya. Althaf jadi ingin tahu, bagaimana kehidupan dokter cantik yang saat ini merawatnya. Sementara itu di dapur. "Udah, Dokter bikin aja, kalau memang nggak enak, biar saya yang bilang kalau itu masakan saya," putus Bibi. Fira akhirnya memasak menu yang biasa dia hidangkan untuk kedua putranya. Kata si kembar, mama kalau masak nasi goreng enak, catet hanya nasi goreng. Karena masakan lain, mereka pasti mengomel kurang inilah, kurang itulah. "Cuma ini Bi, yang bisa saya masak," ucap Fira. "Ya udah, biar Bibi yang bawa," sahutnya. Fira mengikuti Bibi dari belakang. Wanita bertubuh tambun itu pun membuka pintu kamar sang majikan. "Tuan, ini makanannya," ucap Bibi. Lelaki itu hanya berdehem sebagai jawaban. Setelah meletakkan piring itu di nakas. Bibi pun pergi meninggalkan mereka. Fira melipat tangannya di d**a. Dia ingin tahu, bagaimana reaksi lelaki ini terhadap masakannya. Althaf pun mengambil piring itu kemudian mulai menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Menurut Althaf, rasanya tidak buruk, meski tidak bisa dikatakan enak. Hanya saja, Althaf tidak habis pikir, apa benar suami Fira meninggalkannya hanya karena dia tidak pandai memasak. "Apa rasanya enak?" tanya Fira hati-hati. "Kemarilah," titah Althaf. Wanita itu pun mendekat. "Buka mulutmu," titahnya. Bak kerbau dicucuk hidungnya, Fira pun membuka mulutnya. Althaf menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Fira. "Kau rasakan sendiri bagaimana masakanmu," ucap Althaf dingin. Fira mengerucutkan bibirnya. Dia meminta pendapatnya, kenapa malah disuruh mencoba sendiri? Wajah Fira terlihat menggemaskan saat kesal seperti itu. Andai Fira adalah istrinya, pastilah sudah dia cium bibir indah itu. "Sudah tahu kan, rasanya," kata Althaf. "Sudah, setelah makan kita akan mulai terapi," kesal Fira. Lelaki itu pun melahap semua makanan itu. Setelah selesai makan, Fira mendorong kursi roda Althaf ke halaman depan. Disana, sudah ada bantalan listrik yang Fira beli saat dia pulang kerja tadi. "Apa ini?" protes Althaf. "Ini adalah bantalan listrik yang biasa dipakai untuk orang yang mengalami masalah seperti Tuan," terang Fira. Wanita itu pun memasang bantal itu di punggung Althaf. Rasanya sedikit nyaman saat Fira memasang alat itu. "Tuan, harusnya Tuan datang ke rumah sakit, di sana, alat-alat untuk fisioterapi sangat lengkap. Sementara di rumah, hanya terbatas," terang Fira. "Aku tidak mau," ketusnya. Fira menghela nafas panjang. "Bagaimana kalau kita panggil seorang terapis ke rumah?" usul Fira. "Aku tidak mau," jawaban yang sama keluar dari mulut Althaf. Kesal dengan sikap keras kepala Althaf, Fira pun menakut-nakutinya. "Tuan, kalau Tuan tidak mau berobat, tidak hanya otot kaki Anda saja yang tidak bisa digerakkan. Otot yang lain pun tidak," ucap Fira ambigu. "Apa maksud kamu?" sentak Althaf. "Mohon maaf sebelumnya Tuan. Ke depannya, Tuan tidak akan bisa melaksanakan tugas Tuan sebagai seorang suami," timpal Fira. "Jelaskan secara gamblang Zafiraaa!" teriak Althaf yang kesal karena ucapan Fira yang berputar-putar. "Anda mungkin akan mengalami hilangnya fungsi s*ksual Anda. Anda mungkin tidak akan bisa 'itu' karenanya," terang Fira sambil menggerakkan tangannya dalam tanda kutip. Althaf tersenyum, terbesit ide untuk mengerjai dokter cantik di hadapannya. "Bagaimana kalau kita uji coba?" usul Althaf. "Maksudnya Tuan?" tanya Fira tidak mengerti. "Coba dokter berdiri di hadapan saya dalam keadaan toples, kita lihat, dia bereaksi atau tidak," ujar Althaf dengan santainya. Fira lalu mengambil bantal sofa kemudian melemparkannya di hadapan Althaf. Untungnya, lelaki itu menangkapnya. Fira tidak peduli jika lelaki itu marah. "Kenapa punya pasien satu, sudah lumpuh, m***m pula?" gerutunya. Althaf tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan Fira. Namun, sesaat kemudian dia terdiam. Selama ini, dia memang belum pernah merasakan tegang pada otot bagian bawahnya. Dia jadi takut, kalau apa yang diucapkan oleh Fira itu benar terjadi. "Kenapa diam? Benar kan yang aku katakan? Kamu mengalaminya?" kesal Fira. "Dokter, bagaimana cara mengobatinya kalau itu terjadi?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN