Om Mau Nggak Jadi Papaku
Dor dor dor
Ciiiit bruak bruak bruak
"Mampus kamu, selamat tinggal Althaf, kali ini, kamu akan mati. Dan Ayahmu akan memberikan perusahaanmu padaku. Hahaha." Seorang lelaki berkacamata hitam sedang menyaksikan dari kejauhan sebuah mobil yang terguling-guling karena pecah ban depan dan belakangnya.
*****
"Dokter, tolong, ada korban kecelakaan," teriak salah saru perawat UGD.
Melihat kondisi lelaki itu membuat dokter memutuskan untuk langsung menyiapkan ruang operasi.
"Panggil Dokter Nico," titah dokter di UGD.
"Dokter Nico sudah pulang Dok," jawab perawat itu.
"Kalau begitu, kamu panggil dokter Fira saja," putus dokter di UGD.
"Tapi Dok, Dokter Fira kan dokter anak," sanggah perawat itu.
"Sudah, kamu panggil saja dia sebelum lelaki itu meninggal karena kehabisan dar*ah," amuknya.
Perawat itu pun berlari ke ruangn Fira. Dengan nafas terengah engah, wanita itu berkata, "Dokter, disuruh mengoperasi pasien kecelakaan."
"Saya Sus?" tunjuk Fira pada dirinya sendiri.
"Iya Dok, pasien sedang kritis, dokter Nico sudah pulang," jawabnya.
Demi kemanusiaan, akhirnya Fira mau melakukannya. Meski sepanjang perjalanan menuju ruang OK dia ngedumel mengumpati Nico.
Fira sudah siap di ruang OK. Wanita itu pun menjalankan tugasnya. Dua jam kemudian, Fira sudah keluar dari ruang OK. Tubuhnya terasa lelah. Setelah ini, dia akan mendapatkan protes dari dua lelakinya karena pulang terlambat.
"Hai boys," sapa Fira pada kedua putranya.
Tidak ada jawaban dari keduanya. Dua bocah kecil itu hanya diam sambil melipat tangannya di d**a. Jangan lupakan tatapan elangnya yang 11 12 dengan ayah kandungnya.
"Mami darimana? Kenapa pulang malam lagi? Padahal, Mami udah janji tidak akan pulang terlambat lagi," omel Zayden.
Fira berjongkok di hadapan putranya. Dia mengusap kedua rambut putranya.
"Maafkan Mami sayang. Tadi, ada operasi mendadak, jadi, Mami harus menolongnya. Kalau tidak ...." Fira tidak meneruskan kalimatnya.
Dia yakin kalau kedua putranya mengerti apa maksud perkataannya.
"Pasiennya perempuan atau lelaki?" tanya Zayn.
Fira yang paham maksud perkataan putranya langsung memberi tahu dengan detail pasien yang ditanganinya kali ini sambil bersungut kesal.
"Lelaki, umur 40 tahun, tampan, tapi ... dia lumpuh. Kamu pasti malu kan punya Papa lumpuh," ledek Fira.
Dia sudah bosan dijodohkan oleh putranya dengan pasien-pasiennya. Hampir semua pasiennya.memang tidak pernah ada yang menolaknya, hanya saja, hati wanita itu seolah tertutup. Tak jarang, istri pasiennya marah karena ulah kedua putranya karena suaminya meminta ijin untuk menikah lagi dengannya.
Kedua bocah itu tidak percaya dengan ucapan sang Mami. Mereka saling menatap, kemudian tersenyum menyeringai bersama.
Usia Zayn dan Zayden kini sudah 5 tahun. Mereka sangat ingin memiliki seorang Papa, layaknya Adam dan Hawa saudara sepupunya.
Dia sudah bosan diledek oleh teman sekelasnya karena tidak memiliki Papa. Meski, semua yang mereka alami tak pernah terdengar oleh Fira. Mereka tak ingin sang mama bersedih.
Keesokannya, perawat berlarian menuju ke ruang VVIP karena pasien di ruangan itu mengamuk dan membuang semua barang yang ada di sana.
Tidak ada satupun dokter yang bisa menenangkan lelaki itu. Bahkan, Nico sendiri yang biasanya sabar, juga tak mampu mengatasinya.
"Kemana semua perawat, Sus?" tanya Fira.
"Sedang di ruang VVIP Dok, pasien yang dokter operasi semalam mengamuk," jawabnya.
Tak lama, datang Nico. "Fir, tolong aku, pasien kamu tidak bisa dikendalikan. Dia bahkan mengancam kami dengan pisau jika mendekat," keluh Nico.
"Itu bukan urusanku. Dia kan pasienmu. Sudah bagus tadi malam aku mengoperasinya. Sekarang, itu tanggung jawabmu," sungut Fira.
Dia sedang kesal, karena semalam dia didiamkan oleh kedua putranya karena pulang terlambat gara-gara pasien Nico.
"Ayolah Fira sayang, tolonglah sahabatmu ini. Kamu kan baik, cantik, seksi lagi. Mau ya, ya?" pinta Nico setengah mengiba.
Mata Fira melotot mendengar ucapan lelaki di hadapannya ini. "Tidak mau," ketus Fira sambil membalikkan badannya.
Wanita itu pun masuk ke dalam ruang prakteknya. Sementara Nico, lelaki itu kebingungan karena tak tahu lagi harus minta tolong sama siapa.
Pucuk dicita ulam pun tiba. Nico melihat dua jagoan Fira sedang menuju ke arahnya. Dia akan meminta dua bocil ini untuk membujuk sang Mama.
Nico pun membisikkan rencananya pada Zayn dan Zayden. Kedua bocah itu pun tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
Mereka bukannya menuju ke ruangan Fira melainkan langsung ke ruangan VVIP. Dia sudah sangat ingin memiliki Papa. Maka dari itu, mereka nekat mendatangi kamar VVIP.
Dua bocah itu menggelengkan kepalanya saat melihat semua barang yang pecah di lantai. Keduanya menatap lelaki yang sedang menangisi nasibnya itu.
"Ehem-ehem," deheman dua bocah itu menghentikan tangisan lelaki itu.
"Siapa kalian? Kenapa bisa masuk kemari?" tanya lelaki itu dengan ketus.
Rasanya, dia ingin melempari dua bocah itu dengan gelas dan piring yang ada di nakasnya. Namun, dia juga tidak sampai hati jika kedua bocah itu terluka.
Melihat wajah tampan lelaki yang tengah merana itu membuat kedua bocah itu menganggukkan kepala bersamaan.
"Kami mencari ruangan Papa kami," ucap Zayden dingin.
Lelaki itu mendongakkan kepalanya. "Kalian salah kamar," ketusnya.
Dua bocah itu pun tiba-tiba duduk di samping kiri dan kanan lelaki itu.
"Om, nggak malu sama kita, sudah besar, kok nangis?" ledek Zayn.
"Pergi! Aku ini sudah lumpuh, tidak akan ada lagi yang bisa kulakukan selain duduk di kursi roda," cicitnya.
Zayn tersenyum pada saudara kembarnya. "Tangan Om, masih bisa gerak kan?" tanya Zayn.
Lelaki itu mengangguk lemah.
"Itu artinya, Om masih bisa bekerja menggunakan tangan Om," celetuk Zayden.
"Semua bawahanku pasti akan mengejekku melihat keadaanku," lirihnya.
"Kalau begitu, Om bekerja di balik layar saja," timpal Zayn.
Lelaki itu terdiam. Kemudian mendengus kesal meski yang dikatakan oleh dua bocah ini ada benarnya. "Kekasihku pasti akan meninggalkanku setelah tahu aku cacat begini," lirihnya.
"Kalau begitu, Om bisa cari kekasih yang lain. Wanita di dunia ini tidak hanya satu. Untuk apa Om menangisi wanita yang tidak mau menerima Om apa adanya," ucap Zayden sok bijak.
"Apa Om mau kami carikan penggantinya?" tawar Zayn.
Lelaki itu akhirnya tersenyum. Ada-ada saja tingkah dua bocah kecil ini. Masih kecil tapi sudah sok dewasa. "Kalian ini, masih kecil. Sudah sana pergi! Kamu cari saja ruangan Papamu," usir lelaki itu.
Zayn berdecak, sepertinya, tak mudah baginya untuk mempengaruhi lelaki ini.
"Om, gimana kalau kita taruhan?" tawar Zayn.
"Malas, sudah lebih baik kalian pergi!" lelaki itu masih kekeh mengusirnya.
"Bagaimana kalau kami bisa mencarikan Om kekasih baru lagi?" Zayden pun tak kalah kekeh ingin jadi mak comblang lelaki itu.
Lelaki itu pun memicingkan matanya. Meski dia ragu dengan ucapan dua bocah kecil ini. Entah mengapa, hati kecilnya mengatakan, kalau dia harus mencobanya.
"Memangnya, kamu bisa? Terus, kira-kira, ada nggak, yang mau sama Om?" tanyanya.
"Bisa. Nama Om siapa? Umur? Pekerjaan? Kami akan masukkan Om dalam situs perjodohan," jawab Zayn dengan sombongnya.
Lelaki itu pun tak bisa lagi menahan tawanya. Baru kali ini dia melihat ada dua bocah kecil yang cara bicara dan juga tongkat kepedeannya menyerupai orang dewasa. "Nama Om Althaf. Umur 40 tahun. Pekerjaan, CEO PT Aksara. Namun, Om tidak mau kalau lewat perjodohan. Kalau kamu memang bisa, harus dengan perkenalan biasa. Dan tentunya, bukan lewat situs perjodohan," ucap Althaf penuh penekanan.
Kedua bocah itu pun mengangguk bersamaan. "Baiklah, karena Om sudah setuju, maka kami akan mencari kandidat pertama. Om ... mau nggak jadi Papa kami?" pinta keduanya dengan mata puppy eyes.