Mereka kini berkumpul di gazebo rumah tersebut yang berada di taman kecil rumah tersebut, mereka duduk dengan santai sambil menaruh barang masing-masing yang dibawa. "Ini ada lagi enggak yang diperluin? Jangan sampai sana nanti minta turun," ujar Rega sambil melihat ke arah tas-tas yang berjajar rapih.
"Lu yakin kita touring motor? Bawaan banyak gini," cetus Tia ketika melihat ternyata barang bawaan mereka lumayan untuk yang namanya anak camping atau bahkan kebanyakan.
Revan terdiam sejenak sebelum berkata, "Kayanya kita harus bawa satu mobil deh." Sambil menoleh ke arah mereka semua namun semuanya seolah terdiam dan tidak ingin membawa mobil hingga Tia menatap jengah lalu mencetus, "Biar gue yang bawa."
"Tap–"
"Biar gue sama Tia di mobil," kata Alex yang membuat Tia sontak menoleh dengan sorot mata yang terkejut lalu menyela, "Ih apaan, enggak. Gue bawa sendiri saja, lu naik motor saja." Semua terdiam memandang satu sama lain.
"Queen." Suara berat tersebut sontak membuat mereka menoleh, Tia yang mendengar jelas memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya sebelum akhirnya menoleh ke arah laki-laki dengan rahang tegas, alis tebal melangkah mendekat ke arahnya.
"Eh Bang Rey," kata Tia sambil menyengir kuda yang membuat Rey yang melihat jelas terkekeh pelan, semau beranjak berdiri berlaga sopan dihadapan laki-laki tersebut. "Ti, dia siapa?" tanya Siska berbisik.
"Bukannya ini cowok yang pernah digosipin sama lu Ti?" tanya Rayna dengan berbisik, gadis tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya menghampiri dan berdiri tepat di samping Rey.
Tia merangkul laki-laki tersebut lalu berkata, "Ini abang pertama gue, namanya Reyfan panggil saja Bang Rey." Ia mendongak dengan cengiran khasnya membuat Rey hanya mengulumkan senyum tipisnya lalu mengacak-ngacak pelan rambut sang adik dengan gemas.
"Kayanya ini yang dinamakan keluarga good looking, good rekening," kata Bary yang menatap tiada henti ke arah Rey yang tersenyum mansi, ia yang sebagai laki-laki saja terpesona apalagi para wanita.
Ketiga gadis tersebut mengangguk seolah mengiyakan perkataan laki-laki tersebut. "Kalian mau camping berapa hari?" tanya Rey sambil melihat ke arah mereka yang ada dihadapannya.
Revan menyahut, "Besok sore juga balik bang." Rey hanya manggut-manggut saja.
"Tia sama siapa?" tanya Rey yang membuat gadis tersebut terdiam sejenak melepas perlahan rangkulan tangannya tersebut, Rey menoleh ke arah mereka yang juga ikut terdiam sebelum akhirnya Alex berkata, "Sama saya Bang, naik mobil."
Rey tersenyum tipis sambil manggut-manggut. "Bang, aku mau naik mobil sendiri saja," kata Tia dengan raut wajah merajuk, yaps ketiga sahabatnya menoleh satu sama lain ia melibat sisi lain sahabatnya tersebut.
"Boleh," kata Rey yang membuat Tia kini menoleh ke arah abang pertamanya lalu merangkul kembali lengan Rey dengan raut wajah yang senang tiada tara namun Rey belum tuntas dalam perkataannyan, "tapi kamu enggak usah ikut, keliling Jakarta saja," lanjut Rey yang membuat gadis tersebut melepas rangkulannya dengan raut wajah yang cemberut.
Mereka yang mendengar sontak tertawa pelan. "Senang lu pada?!" seru Tia dengan nada kesal, ia bersedikap seolah mengacuhkan Rey yang kini tersenyum tipis melihat sang adik merajuk. "Jadi gimana? Mau keliling sendiri atau bareng Alex dan ikut camping mereka," kata Rey dengan lembut yang kini tangannya menyentuh pucuk kepala sang adik.
Tia menoleh ke arah gadis tersebut dengan sorot mata yang jengah, Rey hanya mengulumkan senyum tipis sambil menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban dari sang adik. "Oke, oke aku bareng Alex. Puas?" Dengan nada yang sedikit kesal membuat Rey tersenyum lega lalu mengelus pelan pucuk rambut gadisnya.
"Gitu dong, nanti abang tambahin uang jajan ya baby girl," kata Rey yang membuat Tia semakin mengerucutkan bibirnya menatap jengah sang abang, Revan yang mendengar sontak berdehem sambil menaikkan kedua alisnya.
Rey bertanya, "Kenapa? Mau juga?"
"Yaiyalah pasti," jawab Revan sambil menyengir kuda yang membuat Rey hanya terkekeh mendengarnya. "Irian aja lu dasar," cetus Tia, sedangkan Revan hanya bermenye-menye meledek gadis tersebut.
Mereka yang berada disana tanpa sadar ikut tertawa pelan melihat secara langsung canda tawa abang adik yang menurut mereka harmonis tersebut. "Jadi semua barang di mobil ya?" tanya Rega.
"Yasudah kalian mau berangkat sekarang?" tanya Rey yang membuat mereka kini mengangguk bersama, tanpa pikir panjang mereka langsung membawa tas dan peralatan mereka menuju mobil yang akan dikendarai Tia dan Alex.
Siska berkata, "Ti, pakai mobil gue saja." Gadis tersebut menoleh ke arah sahabatnya lalu mengulurkan tangannya yang membuat Siska sontak memberikan kunci mobil miliknya. "Sudah di serviskan ini?" tanya Tia.
"Ngeremehin gue, lu?" tanya Siska dengan sorot mata yang serius, Tia hanya mengulumkan senyum tipisnya lalu melemparkan pelan kunci mobil sahabatnya lalu ia tangkap kembali. Hingga dimana ia melemparkan kuncil kembali, Alex menangkapnya yang membuat t*i berkata, "Eh kok lu ambil si." Dengan nada tidak terima.
Alex berkata, "Gue yang bawa."
"Enggak, enggak. Gue saja sini," balas Tia yang berusaha merebut kembali kunci mobil yang berada di tangan laki-laki tersebut. "Ambil saja kalau bisa," cetus Alex yang kini meninggikan tangannya agar gadis tersebut tidak bisa meraih kunci mobilnya.
"Lu berdua ya, kunci mobil aja segala rebutan," kata Rega yang tidak habis pikir.
Bary mencetus, "Gue jadi ragu lu berdua dijodohin dah, kok bisa kepikirab ya orangtua lu berdua." Yang lain hanya terkekeh saja saat mendengarkannya. "Jodoh enggak ada yang tahukan," kata Alex dengan nada datarnya sambil satu tangan menangkap gadis tersebut untuk tidak terjatuh.
Mereka yang melihat jelas melihatnya, terlebih kedua insan tersebut saling memandang satu sama lain. "Ish nyari kesempatan aja lu," kata Tia sambil mendorong pelan tubuh laki-laki tersebut.
Alex hanya tersenyum tipis melihatnya. "Aduh panasa banget ini, besok gue minta dijodohin ah," ujar Siska sambil sesekali mengipas wajahnya dengan jari jemarinya.
"Dijodohin sama Revan maksutnya?" tanya Tia yang membuat sahabatnya tersebut jelas menatap terkejut, muka Sisak berubah menjadi merah karena gugup karena pertanyaan sahabatnya tersebut.
Mereka kini menaiki motor berboncengan, terkecuali Riko yang hanya membonceng angin saja, sedangkan Tia dan Alex sudah memasuki mobil setelah menatap barang bawaan di dalam bagasi mobil. "Jangan lupa kirim maps ke grup," kata Tia sebelum yang berada dimotor melajukan kendaraannya.
Rega sontak mengambil ponselnya lalu mengirim lokasi tepat keberadaan campingnya mereka nanti. "Sudah gue kirim," kata Rega sambil mengangkat ponselnya, Tia lantas langsung mengecek ponselnya dan mencetus, "Oke doki." Laki-laki tersebut menutup kaca helmnya lalu melajukan motornya, sedangkan Rima yang diboncengi kini melambaikan tangan ke arah Tia seraya berpamitan untuk duluan.
"Sudah?" tanya Alex membuat Tia kini menoleh sambil menyenderkan tubuhnya di bangku mobil lalu menjawab, "Sudah nih, ada di grup."
Alex terkekeh pelan sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan standar menjauh dari keberadaan rumah mewah tersebut. "Kalau ngantuk tidur saja," ucap Alex sambil menyetel lagu untuk menemani mereka selama di perjalanan.
"Baru juga berangkat masa iya gue disuruh tidur," cetus Tia yang membuat laki-laki tersebut hanya mengulumkan senyum tipisnya.
Mobil berwarna putih melaju cepat ketika berada di toll, untuk saja hari tersebut hari weekday jadi tidak terllau macet jadi bisa mengurangi waktu perjalanan mereka. Hingga dimana mereka kini memasuki perjalanan bebatuan setelah menempuh perjalanan 1 jam 30 menit. "Lex, kan gue belum ngasih tahu jalannya. Nanti kalau salah gimana?" tanya Tia sambil melihat ke kiri dan kanan.
"Enggak, gue sudah pernah kesini dan tahu jalannya," jawab Alex dengan santainya yang membuat gadis tersebut kini memposisikan tubuhnya sedikit tegap lalu menoleh ke arah laki-laki yang masih fokus menyetir. "Kenapa lu enggak bilang? Ngapain gue dari tadi pegangin handphone kaya orang tolil," cetus Tia dengan sedikit kesal.
Alex berkata, "Lu enggak nanya gue, tapi langsung minta kirimin lokasi sama Rega." Gadis tersebut jelas langsung mematikan ponselnya lalu bersedikap dengan sorot mata yang malas ke Alex.
"Ngeselin lu!" seru Tia dengan ketus yang membuat Alex tersenyum tipis lalu dengan refkek ia mengelus pelan pucuk rambut gadis tersebut sambil berkata, "Iya iya, maaf." Tia yang mendapat perlakuan tersebut jelas terdiam seolah badannya membeku akan sikap Alex.
"Jangan berantakin! Sama aja kaya Bang Rey lu," ujar Tia sambil menyingkirkan pelan tangan laki-laki tersebut dari pucuk rambutnya.
Alex menyahut, "Lah gue kan calon adik iparnya." Gadis tersebut yang sedang merapihkan rambutnya sontak menoleh ke arah laki-laki tersebut dengan sorot mata yang terkejut lalu berkata, "Entar dulu, kenapa lu jadi kepedean ya?" Dengan nada yang serius.
"Tapi kenyataan kan?" Alex menyeringai dengan sangat pedenya yang membuat gadis tersebut jelas menggelengkan kepalanya pelan karena tidak habis pikir. "Kalau nyatanya enggak gimana? Gue bisa saja nolak perjodohan kita," ucap Tia dengan santainya.
Alex tersenyum miring lalu bertanya, "Terus kenapa enggak lu batalin saja?" Tia menoleh dengan sorot mata yang terkejut akan pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.
Gadis tersebut terdiam seketika lalu menatap lurus ke arah jalanan bebatuan yang masih terlihat sangat panjang. "Ya karen–" dering telepon berbunyi seolah menghentikan kata-kata yang belum terucap dari gadis tersebut.
"Angkat," kata Alex, Tia mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya mengambil ponsel laki-laki tersebut dan lalu mengangkatnya.
"Halo Lex, lu sudah dimana? Masih jauh enggak?" Pertanyaan cerocos dari suara bass yang sedikit cempreng jelas membuat gadis tersebut sedikit menjauhkan ponsel dari telinga yang membuat Alex mengerutkan keningnya bingung.
"Ngomongnya santai saja bisa enggak si? Kuping gue sampai budekk ini," cetus Tia yang membuat Alex hanya terkekeh pelan.
"Eh kok lu yang angkat Ti, Alexnya mana?"
Tia yang mendengar jelas memutar bola matanya jengah sebelum ia menyahut, "Harus banget pertanyaannya gue jawab?"
"Hehe enggak usah, pasti lagi nyetirkan. Kalian sudah sampai mana?" Tia melirik sekilas ke arah laki-laki tersebut lalu menyahut, "Udah masuk gang tempat campingnya kayanya."
"Kayanya?"
"Iya kayanya," kata Tia.
"Yasudah, kita sudah sampai semua tinggal nunggu lu berdua." Gadis tersebut hanya berdehem saja sebelum akhirnya mematikan teleponnya lalu meletakkan kembali ke tempatnya.
Alex bertanya, "Kenapa?"
"Sahabat lu tuh kalau ngomong enggak bisa santai ya, astaga kuping gue sampai pengeng ini," kata Tia sambil mengusap pelan kupingnya yang membuat Alex tersenyum tipis lalu menyahut, "Nanti gue bilangin Bary." Gadis tersebut terdiam atas perkataan laki-laki disampingnya.
Hingga dimana mereka telah sampai di parkiran kendaraan tempat camping tersebut, kedua insan tersebut juga melihat para sahabatnya menunggu mereka. "Nah itu mereka," ujar Rega sambil menunjuk ke arah mobil putih yang melaju ke arah mereka.
Alex memarkirkan mobik tersebut telat dihalaman kosong tempang akang parkirnya mengarahkan, hingga kini kedua insan tersebut turun dari mobil. "Lu nyasar kemana dulu?" tanya Rayna.
"Lu enggak lihat kita bawa mobil," cetus Tia yang membuat Rayna mengulumkan senyum tipisnya. "Nih kunci mobil lu," kata Alex sambil menyodorkan kunci tersebut ke arah Siska yang sedang memvideokan keadaan sekitar.
"Taruh sama lu saja, gue takut lupaan soalnya," balas Siska yang membuat Alex hanya mengangguk pelan lalu memasukkan kunci mobil tersebut ke kantung celananya. "Ambil tuh barang-barangnya," kata Tia yang membuat keempat laki-laki sontak mengambil peralatan serta logistik.
"Perasaan kita camping cuman seharian dah, kenapa bawaannya banyak banget," ucap Riko dengan herannya.
"Nanti juga habis, lihat saja. Seenggaknya logistik kita aman," ujar Rega yang membuat Riko hanya manggut-manggut. Setelahnya mereka kini melangkahkan kakinya berjalan masuk ke jalan datar dengan kanan kiri yang terisi kebun teh yang indah. "Eh udah bayar belum kita?" tanya Rima.
Rega menyahut, "Sudah, tinggal masuk saja."
"Emang kalau camping harus bookingg dulu ya?" tanya Tia dengan bingung, pasalnya ia belum pernah kecuali waktu SMP dulu itupun persami.
Revan mencetus, "Iyalah De, soalnya banyak juga yang campimg nanti kalau tiba-tiba kehabisan tenda gimana?"
"Bawa tenda sendirilah," sela Tia yang seolah tidak mau kalah dari sang abang.
"Ribet tahu Ti, belum masang-masangnya. Mending bayar langsung terima jadi," jelas Bary yang membuat gadis tersebut hanya manggut-manggut lalu melanjutkan langkah kakinya dengan hati-hati karena penuh bebatuan yang licin.
Rega Revan berjalan terlebih dahulu paling belakang ada Alex. "Lu sering camping?" tanya Tia tiba-tiba sambil menoleh ke arah laki-laki tersebut.
Alex menatap gadis tersebut yang terlihat ngos-ngosan. "Jarang, kalau lagi mau saja," jawab Alex yang membuat gadis tersebut hanya manggut-manggut saja. "Emang harus jalan kaya gini dulu?" tanya Tia dengan nafas yang kini tersenggal.
"Lu enggak pernah olahraga?" tanya Alex yang membuat gadis tersebut menoleh sambil mengerutkan keningnya bingung. "Enak saja, gue sering olahraga," balas Tia dengan yakinkan yang membuat laki-laki tersebut terkekeh pelan.
Alex menangkap tangan gadis tersebut ketika hampir saja jatuh karena terpeleset. "Bisa hati-hati enggak?" tanya Alex dengan nada yang khawatir namun Tia mendengarnya seperti membentak, hingga gadis tersebut menghela nafasnya gusar lalu melepas tangan yang menahannya tersebut. "Mana ada yang tahu kalau mau kepleset," cetus Tia dengan nada kesalnya.
Gadis tersebut kini melangkah mendahuli membuat Alex yang melihat sontak terdiam menatap punggung Tia sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menyusul. "Maaf," kata Alex yang membuat Tia melirik sejenak ke arah laki-laki yang kini sudah berada disampingnya.
"Buat apa minta maaf?" tanya Tia dengan nada sarkasnya tanpa menoleh atau melirik ke arah laki-lako disebelahnya tersebut. "Lu ngiranya pasti gue bentak lu kan tadi? Gue cuman khawatir doang, maaf kalau nada gue sedikit tinggi," jelas Alex yang seolah berusaha untuk membuat gadis tersebut mengerti.
Tia menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah Alex yang kini juga menghentikan langkah kakinya. "Kenapa? Kaki lu sakit? Kesleo?" tanya Alex dengan raut wajah yang khawatir, hingga ia kini berjongkok memastikan kaki gadis tersebut baik-baik saja.
"Gue enggak kenapa-napa Lex," kata Tia yang membuat laki-laki tersebut mendongak menatap Tia. "Terus kenapa berhenti?" tanya Alex yang kini kembali berdiri tegap di hadapan gadis tersebut.
Tia terdiam sejenak lalu mengernyitkan dahinya. "Ah enggak tahu lupa, lu si gara-garanya," kata Tia dengan nada cemberut, Alex yang mendengar jelas hanya mengerutkan keningnya bingung.
"Lah kenapa?" tanya Alex, Tia hanya mendengus kesal lalu melanjutkan langkah kakinya yang membuat Alex semakin menatap heran ke gadis tersebut.
"Salah gue dimana? Kok dia kesal sama gue?" tanya Alex dengan bingungnya, laki-laki tersebut kini melangkahkan kakinya menyusul Tia yang melangkah perlahan dengan rasa kesal, gadis tersebut kesal karena lupa ingin berkata apa karena keburu mematung melihat sikap khawatirnya Alex tadi.
Hingga sudah berjalan sekitar 200 meteran dari parkiran mereka telah sampai di tempat camping dan yaps benar saja banyak juga yang camping walau tidak terlalu rame hanya beberapa saja tenda yang berdiri. "Tenda kita yang mana?" tanya Rima.
"Entar dulu gue kabarin kang tendanya dulu," kata Rega yang kini mengambil ponsel disaku celananya, sedangkan ketiga gadis tersebut sibuk memfoto pemandangan yang indah seolah mata mereka langsung terhipnotis tidak berpaling. "Rega boleh juga nyari tempatnya," gumam Tia sambil melihat kesekelilingnya.
Alex tersenyum tipis melihat gadis tersebut, entah kenapa melihat senyum dibibirnya membuatnya ingin ikut tersenyum. "Suka?" tanya Alex dengan lembut membuat gadis tersebut hanya manggut-manggut saja, matanya masih melihat keadaan sekitar yang benar-benar asri.
"Ah iya saya lihat Kang," kata Rega yang langsung mematikan teleponnya yang membuat semua mengerutkan keningnya bingung.
Bary bertanya, "Akangnya mana Ga?"
"Tuh yang dadah dadah," jawab Rega sambil menujuk seorang pria yang sedang melambaikan tangannya, mereka semua sontak mengernyitkan dahinya lalu melihat ke arah pria yang ditunjuk oleh Rega.
Mereka melangkahkan kakinya menuruni tangga bebatuan, setelahnya mereka melangkahkan kakinya ke dataran yang landai dan melewati tenda-tenda yang sudah berpenghuni. "Bang Rega ya?" tanya Pria yang terlihat sekitaran umur 25 tahunan.
"Iya Kang, saya yang pesan tenda 2 dengan kasur dan fasilitas casan Kang," jelas Rega sambil menunjukkan bukti transferan yang berada di ponselnya.
"Ah iya, ini tendanya sudah saya pasang dan semua sudah lengkap," kata akang tersebut yang membuat mereka semua melihat ke tenda yang sudah berdiri kokoh.
Rega manggut-manggut lalu berkata, "Kalau gitu terimakasih ya Kang atas bantuannya."
"Sama-sama atuh, kalau mau ke kamar mandi ada di atas ya enggak jauh dari tangga bebatuan tadi," jelas akangnya yang membuat mereka semua manggut-manggut sambil melihat ke arah tangga bebatuan tersebut.
Akang tersebut berlalu pamit dari hadapan mereka sembilan. Mereka lantas langsung prepare untuk masak karena kebetulan mereka juga belum makan pas menuju ke area camping tersebut. "Keren juga camping ada kasurnya," kata Siska yang langsung mendaratkan tubuh untuk duduk di kasur tenda tersebut.
"Nanti malem kita bikin api unggun enggak? Kayanya seru si deep talk bareng," kata Rima sambil melihat ke arah mereka semua.
Tia merebahkan tubuhnya di kasur yang benar-benar empuk, kepalanya bertumpu kepada kedua tangannya yang ia jadikan bantal. "Ahhh akhirnya bisa rebahan," ujar Tia sambil menarik nafasnya dalam-dalam lalu memejamkan matanya.
"Emang lu kurang rebahan dirumah?" tanya Revan yang tidak habis pikir akan sang adik yang suka sekali rebahan atau mungkin sudah menjadi hobinya.
"Eh diam aja lu, mending cepet bikinin makanan," ujar Tia yang membuat mereka semua sontak terkejut hingga menghentikan aktifitasnya, Revan hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu mencetus, "Emang gue kaga ada harga dirinya sebagai abang." Tia yang mendengar sontak tertawa pelan mendengarnya.
Siska menepuk paha gadis tersebut yant membuat Tia sontak meringis perih lalu bertanya, "Ish kenapa si Sis?"
"Enggak soan kaya gitu sama abang lu," ucap Siska menasehati yang membuat Tia kini memposisikan dirinya duduk lalu mengernyitkan dahinya menatap sahabatnya lalu beralih ke sang abang yang tersenyum tipis namun dengan aktifitas sibuk menyalakan kompor portable yang mereka bawa. "Senang lu bang dibelain sama sahabat gue," ujar Tia.
Revan menoleh ke arah kedua gadis tersebut lalu terkekeh pelan mendengarnya, Siska sontak terkejut akan perkataan sahabatnya. "Ih Tia apaan si," ucap Siska berbisik.
"Lah salah gue dimana?" tanya Tia yang membuat Siska kini terdiam mengerucutkan bibirnya, gadis tersebut kini beranjal berdiri lalu membantu para laki-laki yang sedang menyiapkan bahan untuk makanan mereka, sedangkan Rima kini asik memvideokan moment tersebut.
"Eh dadah dadah dong," kata Rima, ketiga laki-laki tersebut melambaikan tangannya dengan pede bahkan Bary memberikan flying kiss ke video, sedangkan Revan hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil terkekeg melihat kelakuan sahabatnya tersebut.
Alex sedang melangkahkan kakinya menyusuri area camping tersebut sambil memotret beberapa view yang bagus, Tia melihatnya sambil mengerutkan keningnya hingga ia beranjak berdiri. "Lu mau kemana Ti?" tanya Siska yang kini mulai menimbrung untuk ikut sibuk memasak.
"Nyari nyamuk dulu," jawab Tia yang membuat sahabatnya sontak menatap melongo mendengarnya. "Nyamuk si di cari," nimbrung Rayna sambil terkekeh pelan.
Gadis tersebut hanya menyengir kuda lalu melangkahkan kakinya perlahan menyurusi area camping tersebut. "Si Tia ngapain nyari nyamuk ya? Kan datang sendiri nyamuk mah," kata Siska dengan polosnta yang membuat mereka yang mendengar sontak melongo menatap ke arah gadis tersebut yang mukanya bingung.
"Van, lu serius ini?" tanya Bary menoleh ke arah Revan yang kini tersenyum tipis mendengar kepolosan gadis yang kini duduk tepat di hadapannya.
Rima dan Rayna memutar bola matanya dengan jengah, mereka menatap satu sama lain sebelum akhirnya menepuk jidatnya secara bersamaan. "Istigfar gue punya teman kaya lu," kata Rayna yang tidak habis pikir akan kepolosan atau kebodohann sahabatnya.
"Ka, lu mau lihat enggak nyamuk yang dicari Tia kaya apa?" tanya Rega sambil menaikkan kedua alisnya seolah semakin membuat Siska penasaran hingga bertanya, "Kaya gimana si emang?"
Revan memperingati, "Ga." Laki-laki tersebut jelas menyengir kuda saja sebelum akhirnya menatap ke arah kedua insan yang kini berjalan berdampingan yang membuat Siska mengerutkan keningnya lalu mengikuti arah pandangan Rega.
Bukan hanya Siska, kini semuanya menoleh penasaran akan yang dilihat laki-laki tersebut. "Aishh nyamuk dingin," cetus Bary.
"Yailah bisa banget," ujar Rima sambil tersenyum tipis melihatnya. "Oh itu nyamuknya," kata Rayna sambil manggut-manggut tersenyum geli.
Siska memicingkan matanya lalu berkata, "Itu mah Alex." Semua kembali terdiam dan pandangannya kini menoleh ke arah Siska.
"Gimana kalau kita lanjut masak aja," kata Riko seolah menyudahi kepolosan gadis tersebut.
Bary berkata, "Van boleh enggak si gue hih'n. Gregetan gue asli."
"Berani sentuh, berani ributkan?" tanya Revan sambil menaikkan kedua alisnya, nada yang dikeluarkan jelas datar nan dingin yang membuat Bary sontak memutar bola matanya dengan jengah lalu berkata, "Udah emang cocok lu berdua, ceweknya polos cowok ya kang gebokk."
Sedangkan di sisi lain kedua insan tersebut berjalan berdampingan dengan langkah yang sama. "Lu ngapain ikutin gue?" tanya Alex sambil melirik ke arah gadis tersebut.
"Emang enggak boleh? Ada yang larang?" tanya Tia dengan nada juteknya membuat laki-laki tersebut yang sedang memotret sontak menghentikan langkah kakinya membuat Tia terdiam mengernyitkan dahinya.
Alex memajukan langkah hingga membuat gadis tersebut memundurkan langkahnya perlahan. "Sebenarnya mau lu apa?" tanya Alex yang membuat Tia jelas bertanya balik, "Maksut lu?"
Laki-laki tersebut menyeringai tipis yang membuat Tia semakin dalam mengerutkan keningnya. "Lupain," kata Alex yang kini melanjutkan langkah kakinya yang membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya dengan bingung. "Alex! Ih apa si maksut dari perkataan lu!" seru Tia dengan nada sedikit kesal, hingga Alex membalikkan badan lalu menaruh jari telunjuknya ke bibir yang membuat gadis tersebut sontak bungkam.
"Jangan ganggu ketenangan yang lain," ucap Alex dengan lembut, Tia sontak menoleh ke arah sekitarnya yaps benar saja ia menjadi ousat perhatian karena teriakannya tersebut.
Tia berlari kecil hingga tanpa sadar merangkul lenfan Alex dan memukulnya pelan. "Lu mah bikin gue malu," ucap Tia, Alex hanya tersenyum tipis saja menanggapinya lalu berkata, "Kan lu yang teriak."
"Lu kenapa jalan duluan," ucap Tia dengan nada cemberut, mereka masih berjalan menyusuri area camping yang banyak pohon-pohon besar nan menjulang tinggi.
Tia berkata, "Lu nyari apaan si? Balik ayuk, kayanya makanan juga sudah matang." Alex melirik ke arah gadis tersebut yang sedang melihat kesana kemari dengan was-was.
"Ayuk," balas Alex yang membuat Tia mendongak menatapnya lalu mengangguk pelan. Kedua insan tersebut berbalik badan lalu melangkah untuk kembali ke tenda mereka.
Sedangkan di sisi lain, mereka sedang menunggu keberadaan dua insan tersebut untuk makan bersama. "Ini dua orang pacaran kemana lagi," cetus Bary ketika melihat ke arah tempat mereka pergi.
Hingga beberapa menit kemudian kedua insan yang mereka tunggu terlihat, namun mereka yang melihat jelas memandang satu sama lain. "Ada kejadian apa nih sampai mereka rangkulan tangan gitu," kata Rega yang heran.
"Gue enggak salah lihatkan?" tanya Bary.
Rayna mencetus, "Kalau lu enggak lihat lu buta namanya."
"Ehem ehem dari mana nih," kata Siska sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat kedua insan tersebut hanya terdiam sambil mengernyitkan dahinya. "Gandengan terus, mau nyebrang Mbak?" tanya Revan dengan nada meledek, sedangkan Tia yang baru menyadari lantas langsung melepas rangkulannya.
"Gelap tadi, ngeri kesandung gue," elak Tia.
Rima menyela, "Kesandung cinta kali."
"Sudah matang?" tanya Alex seolah mengalihkan pembicaraan karena melihat Tia seolah gugup akan ledekan dari mereka semua.
"Daritadi, nunggu lu berdua doang ini kita. Coba, kurang setia kaya gimana kita," ujar Rega.
Riko menimbrung, "Sampai kelantih gue." Alex yang mendengar sontak terkekeh pelan lalu duduk di soace yang kosong, sedangkan Tia menghampiri ketiga sahabatnya dan duduk bersama.