Bab 1
Alex mengendarai motornya dengan kecepatan standar di ikuti empat motor lainnya, ya hari ini kebetulan semua teman nya ingin main ke rumah nya. Alex menambah kecepatan, di iringi seringai yang terbentuk di bibirnya. Setelah menempuh jalanan, mereka sampai dan memarkirkan motornya berjejer di dalam bagasi rumah alex. Mereka berlima memasuki rumah Alex, ya ini bukan pertama kalinya mereka ke rumah Alex, mereka sering kerumahnya Alex untuk hanya sekedar bermain game atau menikmati makanan yang melimpah.
"Lex di ruang bawah aja," ucap Bary.
Riko menyahut, "Iya, biar enggak cape naik turun tangga."
"Yaudah ruang tamu aja," balas Alex, lalu mereka melangkah ke ruang tamu. Tanpa ada kata malu, mereka langsung mencari posisi enak untuk sekedar duduk atau rebahan di sofa ruang tamu pria tersebut.
"Bi tolong buatin minum, fanta aja cuman sediain es batu," ucap Bary berteriak, ya sudah di bilangkan Bary teman kecil Alex jadi waktu sang sahabat menetap di LN ia yang menjaga rumahnya, jadi tidak heran ia berlaku seperti itu.
Bibi yang mendengar lalu menyahut, "Iya Den, siap." Alex yang mendengar hanya menyeringai kecil saja.
"Eh main ps lah kuy," ucap Riko sambil menaikkan kedua alisnya.
"Cemilan lah," ucap Rega mengkode Alex. Alex hanya tersenyum tipis saja, ia lalu berjalan ke arah kulkas, untuk mengambil cemilan yang tersedia. Yaps yang mempunyai rumah memang menyetok cemilan untuk ketika adiknya pulang kerumah, atau untuk dirinya sendiri, oh atau bahkan untuk Bary yang sangat suka menyemil.
"Nih." Alex lalu menaruh semua cemilan yang ada di tangannya ke meja. Memang dasarnya mereka yang malu-maluin, mereka langsung merambat masing-masing yang mereka inginkan untuk di makan.
Alex kembali duduk, ia menghela nafasnya sejenak dan berkata, "Gue mau ngomong."
"Sok atuh akang ngomong," balas Revan.
"Iya ngomonglah," ujar Rega sambil menatap lekat dengan cemilan di genggamannya.
Riko menoleh dan menyahut, "Ada apa si, kayanya serius banget."
"Gue–"
"Den ini minumannya," ucap Bibi, lalu menaruh minuman di atas meja.
Bary berkata, "Makasih ya Bi." Sang Bibi hanya mengangguk dengan sopan, ia kembali ke area dapurnya untuk menyiapkan makan.
Revan menatap sahabatnya dan berkata, "Jadi mau ngomong apa Lex?"
Laki-laki tersebut menarik nafasna dan menghembuskannya secara perlahan, ia menatap mereka yang kini juga menatap lekat ke arah dirinya. "Gue suka sama Tia," ucap Alex, mereka yang mendengarnya langsung menghentikan aktifitas nyemilnya, mereka saling pandang satu sama lain, begitu juga Revan dan Rega.
"Maaf Ga, kalo gue suka sama cewek lu. Gue benar-benar enggak tahu perasaan ini muncul. Gue panas liat lu peluk dia, hapus air matanya, gue juga mau ada di posisi lu. Sekali lagi maaf, gue tau salah udeh suka sama cewek temen sendiri," jelas Alex panjang x lebar, membuat yang mendengarnya sungguh tak berkedip, pasalnya Alex bukan tipe yang bawel dan banyak bicara di antara mereka. Kini Revan dan Rega saling menatap satu sama lain.
Mereja berdua tertawa, sungguh mereka tidak bisa untuk menahannya
"Eh anjir lu bedua malah ketawa," ujar Bary dengan tatapan bingungnya.
Rega membalas, "Ya abis si Alex lucu." Ia kembali tertawa terbahak.
Revan berkata, "Ga lihat Ga, masa Alex suka sama cewek lu."
"Eh k*****t kenapa si lu pada," ucap Riko, Revan dan Rega berhenti tertawa. Rega dan Revan saling memandang seolah penuh arti, beberapa detik kemudian Rega menatap lekat ke arah Alex.
"Lu mau rebut tTa dari gue?" tanya Rega dengan mata yang serius.
"Bukan gitu Ga, gue cuman sekedar suka doang," balas Alex.
Rega lalu menyeringai kecil dan berkata, "Ambil aja, Tia juga cuman buat mainan gue doang kok." Dengan raut wajah santainya. Alex yang melihat mengepalkan tangannya sorot mata yang tajam seakan siap untuk menerkam.
Bary, Riko yang melihat sedikit agak khawatir terutama Bary karena ia sangat tahu emosi seperti apa yang membahayakan jika itu sudah ada di Alex, sedangkan Revan hanya tersenyum, sambil mengunyah cemilan yang ada di tangannya.
Bugh!
Alex memukul Rega dengan keras, hingga laki-laki tersebut terjungkal ke belakang. Bary dan Riko jelas terkekut dan menahan sosok yang sepertinya emosi.
"Lex tahan!" seru Bary.
"Brengsekk!. Kok lu mukul gue si," ujar Rega.
"Maksud lu apa bilang Tia cuman mainan lu?" tanya Alex, Rega yang mendengarnya hanya berseringai kecil, dan mengelap sudut bibir yang mengeluarkan darah sedikit karena pukulan keras sahabatnya
Rega bertanya, "Lu enggak suka?"
"Ga udah Ga, jangan mulai-mulai," ucap Riko menenangkan.
"Iya lu Ga, si Alex kalo udeh nyangkut orang yang di suka–" Bary terdiam sejenak dan memperhatikan sahabatnya sejenak.
"Eh kamperet lu kok malah diam." Revan jelas menatap bingung ke arah Bary.
"Lu bukan sekedar suka Lax, lu udeh sayang sama Tia. Karena lu enggak bakal kaya gini kalo cuman sekedar suka, bahkan lu berani mukulin teman," jelas Bary, Alex yang mendengar langsung menatap ke arah sahabatnya yang sedang tersenyum jahil, Alex tahu betul hanya Bary-lah yang tahu segalanya termasuk emosi dan perasaannya.
Rega menyeringai lalu berceletuk, "Wah wah pantesan sampai rela mukul wajah gue yang tampan ini."
"Bener kan lu sayang sama Tia?" tanya Bary, Alex diam mematung, ia membisu seketika. Baginya, sayang kepada pacar teman sendiri itu hal memalukan.
"Gak!" seru Alex mengelak.
Rega menyela, "Tuh Bar, orang dia enggak sayang."
"Yaudah lah Ga, lu bertahan aja sama Tia. Toh lu belom buat dia luka terlalu dalamkan," kata Revan memanas-manasi keadaan yang sebenernya sudah panas. Rega tersenyum lalu melirik Revan, dengan menaikan kedua alisnya.
"Gue telpon dia dulu deh, dia kan nurut sama gue. Gue ajak ke hotel aja kali ya," ucap Rega, sambil mengambil handphonenya yang berada di saku celananya. Alex sungguh mendidih, tangannya kembali terkepal, hatinnya sungguh tertampar.
"JANGAN BERANI-BERANI NYA LU SENTUH TIA!!" seru Alex dengan lantang namun dengan wajah yang sangat datar, jelas itu membuat Bary ketakutan. Rega yang memang dasarnya songong, malah menatap dan meledek Alex dengan senyum miring dan memainkan alisnya.
"Rega udah deh," kata Riko menasehati.
Bary mencetus, "Gue enggak mau hancurin persahabatan gara-gara cewek doang ya."
"Gue enggak sudi punya sahabat kaya dia," cetus Alex dengan nada tak sukanya
"Oh yaudah. Gue juga engvak butuh kok," balas Rega, Revan yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepala, sungguh Rega benar-benar songong namun ia menikmati drama yang di buat sahabatnya.
"Udeh Ga jujur aja, gue males lihat muka si Alex yang jelek gitu gara-gara marah," ucap Revan. Bary, Riko, Alex yang mendengar saling menatap ke arah Revan tak mengerti apa yang di maksud sahabatnya tersebut. Rega lalu tertawa terbahak.
"Maksud lu apa si Van?" tanya Riko.
"Ambil Tia, jaga dia." Mereka yang mendengar jelas terkejut kecuali Rega.
"Lu ngbolehin kita ngrebut pacar temen kita sendiri," kata Bary.
"Gue enggak mau langgar kode etik persahabatan," ujar Alex.
"Gue yang lepas Tia buat lu," ucap Rega, sungguh laki-laki itu memang sangat lah jahil.
"Gak!" seru Allex, ia menyingkirkan tangan Rega dari bahunya.
Rega bertanya, "Bener lu enggak mau sama Tia?.
"Gue enggak suka ngrebut pacar orang," kata Alex.
"Apalagi teman sendiri," lanjut Alex.
"Bang Revan, Tianya buat aku yaaa. Abis Alex enggak mau si," ucap Rega seakan-akan memanja kepada Revan, sedangkan yang tak mengerti hanya melongo tak percaya, apa yang di maskud Rega berkata itu? Buat dia? Bukannya emang mereka sudah pacaran?
Revan tersenyum tipis lalu berkata, "Ambil Ga, jaga adek gue baik-baik. Temen gue yang itu udeh menolak karena enggak mau."
"ADEK?" tanya Bary. Riko, dan Alex berbarengan. Sedangkan Revan dan Rega hanya mengangkat alisnnya lalu tersenyum kepada mereka yang sedang bergelut dengan otak mereka sendiri mencerna Revan dan Rega bicarakan.