Bab 51

2441 Kata
Alex sontak kepikiran akan perkataan Revan yang kini malah membuat dirinya merasa ketar-ketir, karena apa yang di katakan oleh sahabatnya ada benarnya juga, tidak ada kemungkinan Tia akan menolak jika ia mempunyai pacar dan Alex tidak ingin itu terjadi, hatinya sudah menetap di gadis yang dijodohkan olehnya tersebut. "Lex, lah malah diam," kata Revan ketika melihat sang sahabat terdiam. Hingga dimana Alex tersadar dan melangkah ke arah Revan yang tidak jauh dari tempat ia terdiam, Revan sonta terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Lu mikirin apa yang gue omongin ya? Santai saja, adik gue enggak gampang buat jatuh cinta, jadi kalau lu mau ngejar buat dapetin seutuhnya Tia tanpa perjodohan gue restuin lu," jelas Revan yang kini merangkul Alex, laki-laki tersebut tersenyum tipia mendengarnya. Sedangkan di sisi lain Tia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dengan gusar membuat ketiga sahabatnya yang melihat jelas mengerutkan keningnya satu sama lain nenatap lurus keheranan ke sahabatnya tersebut. "Ada apa Nona Tia, mukanya kok kusutt gitu," kata Siska penasaran. Gadis tersebut mendaratkan tubuhnya tepat di bangkunya, ia menaruh tas di atas mejanya, helaan nafasnya terdengar kasar sebelum akhirnya ia melipat kedua tangannya di atas meja yang membuat ketiga sahabatanya hanya menatap mengerti. "Heran gue, akhir-akhir ini kayanya lu kurang banget tidur ya," cetus Rima. "Kesal gue sama Alex! Kenapa akhir-akhir ini dia jadi jemput gue mulu si, gue jadi enggak puas tidurnya," kata Tia dengan ngedumel yang membuat ketiga sahabatnya menatap satu sama lain. Siska berkata, "Dimana-dimana orang tuh senang dijemput, di ajak bareng, lah ini malah ngedumel. Tia emang agak lain ya." Gadis tersebut menghela nafasnya perlahan, menatap jengah ke arah ketiga sahabatnya. "Masalahnya dia jemput gue kepagian sampai diajak sarapan sama keluarga gue," jelas Tia yang membuat ketiga sahabatnya melongo tidak percaya. "Hah?! Serius lu dia pagi-pagi buta kerumah lu?" tanya Rayna seolah tidak percaya akan hal tersebut. "Menurut lu, gue bohong gitu. Mana mungkin, nih mata gue jadi saksinya," cetus Tia. Rima menyela, "Ya mungkin saja dia sengaja, lu kan suka tiba-tiba enggak mau dan pergi gitu saja, jadi dia mutusin untuk langsung kerumah lu pagi-pagi buta karena dia tahu kalau lu enggak mungkin nolak apalagi di depan keluarga lu." Mereka terdiam mendengarkan selaan dari Rima yang panjang x lebar tersebut. "Masuk akal juga si perkataan lu," kata Siska yang seraya setuju akan hal yang dikatakan sahabatnya tersebut. Tia hanya mendengus kesal lalu memejamkan matanya membuat ketiga sahabatnya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Terserah dunia Tia ajalah," cetus Rima membuat Tia yang mendengar tersenyum simpel. Bell masuk berbunyi membuat siswa-siswi yang masih berada di luar kelas sontak beranjak melangkah menuju ruang kelasnya masing-masing, sedangkan Tia kini duduk dengan tegap sambil merentangkan kedua tangannya. Guru yang mengajar sudah hafal akan gadis tersebut. "Baik, kita tuntasin pelajaran sebelum libur selama 3 hari nanti," kata Sang Guru yang membuat murid yang berada dikelas sontak mendongak dengan raut wajah penuh tanda tanya. "Emang kita bakal libur 3 hari Pak? Ada apa?" tanya Jojo memecahkan keheningan. Guru tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah ke arah depan ruang kelas setelah meletakkan buku yang ia bawa. "Akan ada family geatring dari sekolahan untuk para guru-guru, jadi murid akan diliburkan selama 3 hari," jawab Pak Gena. Semua murid yang berada didalam kelas tersebut sontak terdiam satu sama lain, lalu beberapa detik kemudian bersorak yang membuat kelas ramai seketika. Pak Gena yang melihat jelas tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan sebelum akhir mengetuk papan tulis beberapa kali dengan penghapus papan tulis. "Sudah, kita lanjutkan pelajaran kita hari ini. Kalian ini kalau urusan libur saja senangnya bukan main," ucap Pak Gena yang membuat mereka yang dikelas hanya menyengir kuda saja "Kita bisa liburan ini," cetus Siska menoleh ke arah kedua sahabatnya yang duduk di belakangnya. Tia menyahut, "Gue bisa tidur bebas." "Lu lama-lama kaya beruang yang hibernasi, tidur mulu maunya," cetus Rima yang membuat Tia menyeringai tipis. Pelajaran mulai berlangsung, Pak Gena mulai menerangkan dan meminta para murid mengerjakan soal yang tersisa diminggu kemarin namun sesekali ada murid yang membuat kebisingan namun Pak Gena hanya memperingatinya untuk tidak mengganggu. "Pak, nanti kelas 3 kita masih di ajar Bapak enggak?" tanya Reza membuat semua murid yang mendengar sontak terdiam memperhatikan pria paruh baya tersebut. "Kalian maunya gimana?" tanya Pak Gena yang membuat semua terdiam, sang guru tersebut sontak tersenyun tipis menatap ke arah para muridnya. "Bap– ah baik kita lanjutkan minggu depan, selamat berlibur 3 hari untuk kalian," kata Pak Gena ketika bell istirahat berbunyi membuat para murid yang berada di kelas sontak menghela nafasnya. "Yah Pak, enggak dijawab dulu ini pertanyaan saya?" tanya Reza, Pak Gena hanya tersenyum tipis saja ke arah mereka lalu melangkahkan kakinya keluar kelas tanpa satu katapun, semua yang berada dikelas sontak terdiam saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya beranjak berdiri melangkah keluar kelas. Tia beranjak berdiri membuat ketiga sahabatnya sontak mengernyitkan dahinya. "Lu mau kemana maemunah?" tanya Siska dengan bingung, Tia yang sudah melangkah menghentikan sejenak langkahnya lalu menoleh ke arah ketiga sahabatnya lalu menjawab, "Ya mau kekantin lah, emang lu pada enggak laper?" Ketiga gadis tersebut sontak langsung beranjak berdiri dan menyusul keberadaan sahabatnya tersebut. "Lah ya mau, laper gue juga," ujar Siska yang kini mulai merangkul lengan tangan Tia. Mereka berempat kini melangkahkan kakinta keluar dari ruang kelas, tatapan memuja bahkan iri tak ada henti-hentinya mengarah ke mereka terutama Tia, namun gadis tersebut sangatlah baisa menanggapinya. Rayna bertanya, "Kalau mereka tahu yang sebenarnya gimana?" "Berarti salah satu di antara kalian cepu," cetus Tia sambil menyeringai yang membuat ketiga gadis tersebut menelan salivanya dengan kasar, bagaimana tidak perkataan dengan nada dingin dan datar terdengar ditelinga mereka sangat amat mencekam. Siska menyela, "Yailah Ti, enggak bakal kita cepu mau dibayar berapa juga." Gadis tersebut sontak menoleh ke arha ketiga sahabatnya dengan serius yang membuat ketiga gadis tersebut menatap dengan terkejut. "Ya lu pada tau resiko aja," cetus Tia yang membuat ketiga sahabatnya hanya menatap satu sama lain sebelum akhirnya manggut-manggut, mereka berempat kembali melanjutkan langkah kakinya dengan Tia yang sesekali tersenyum tipis menyeringai. Tepat mereka berada di depan area kantin sambil melihat kesana kemari ke arah kedai kantin-kantin yang berjejer rapih dan ramai akan pembeli. "Lu pada mau pesan apa?" tanya Rayna. "Gue pengen siomay sama es teh manis aja deh, lagi musuhan ama nasi siang ini," ujar Tia yang membuat Siska sontak menoleh lalu menyela, "Lah tumben amat lu musuhan sama nasi." Tia hanya mengangguk pelan saja lalu memberikan selembar uang 20 ribuan kepada sahabatnya. "Saosnya pisahin ya, gue cari tempat," kata Tia. "Yeuh kebiasaan lu anjinc," cetus Siska yang membuat Tia hanya menyengir kuda saja lalu melangkahkan kakinya mencari meja yang kosong. Gadis tersebut kini duduk tepat dimeja kosong yang diketahui dekat dengan meja yang sudah menjadi tempat patennya anak The Boy's. Tia memainkan ponselnya menscroll sosial media yang sedang ia buka, sesekali ia tertawa karena melihat video lucu yang muncul diberandanya. "Astaga kenapa bisa gitu si," gumam Tia yang tertawa pelan, beberapa siswa-siswa melihatnya dengan jelas ketawa gadis tersebut seolah benar-benar candu untuk di dengar, terlebih Tia semakin terlihat memancarkan auranya. "Woi! Ketawa mulu, lagi bagu apa barangnya." Tia mendongak melihat ke arah sumber suara yang ternyata sudah ada Rega dan Revan dihadapannya. Tia mencetus, "Mata lu barang." Dengan sedikit sarkas yang membuat Rega hanya terkekeh pelan. "Ketawain apa emang si?" tanya Revan yang kini mulai duduk tepat di hadapan sang adik. "Video lucu," jawab Tia dengan santainya, mereka hanya ber Oh ria saja mendengarnya. Gadis tersebut mengerutkan keningnya menatap sekitar lalu bertanya, "Lu berdua doang? 3 orang lagi mana?" Revan menyahut, "Riko, Bary lagi pesan makanan." "Alex?" tanya Tia dengan penasaran, Revan yang baru saja ingin menjawab keburu di sela oleh Rega, "Nah itu dia." Ketika melihat sahabatnya melangkah ke meja mereka, sorot mata para penghuni kantin sontak tidak teralihkan ketika Alex lewat. "Gilaa, padahal cuman lewat doang tapi berasa kaya nonton orang penting," ujar Rega yang tidak habis pikirnya. Tia terkekeh pelan lalu menyahut, "Makanya lu jadi ganteng biar diperhatiin kaya gitu kalau jalan." Rega menyela, "Lah kurang ganteng ama gue?" Gadis tersebut yang mendengar sontak mengernyitkan dahinya menatap heran. "Lu kebanyakan gabung sama Revan nih jadi pedenya kebangetan," cetus Tia. Revan sontak mendongak menatap sang adik lalu berkata, "Eh kupret, gue lagi diam segala bawa-bawa gue. Kalau gue si jelas ganteng keturunan Ayah." Dengan nada pedenya membuat Tia yang mendengar sontak memutar bola matanya dengan jengah. "Yang lain mana?" tanya Alex yang langsung duduk tepat disamping gadis tersebut, Tia yang melihat sontak sedikit terkejut akan hal tersebut. Rega menjawab, "Biasa lagi pesan." Alex hanya ber Oh ria saja lalu beberapa detik kemudian ia menoleh ke arah Tia. "Kenapa?" tanya Tia dengan sedikit ketus ketika melihat dirinya diperhatikan. "Sudah pesan?" tanya Alex dengan nada datarnya membuat Tia mengerutkan keningnya bingung, namun ia menjawab, "Sudah." Revan dan Rega hanya saling menatap satu sama lain, mereka berdua juga menaikkan kedua alisnya sebelum Rega bertanya, "Kok gue enggak ditanyain Lex?" Sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat Alex kini menatap lurus ke arah sahabatnya yang duduk di hadapannya. "Tanpa ditanya gue juga udah tahu jawabannya," balas Alex dengan santainya membuat gadis tersebut terkekeh, sedangkan Rega yang mendengar menatap bete kepada sahabatnya. "Ah lu mah giliran sama Tia lembut banget, ama gue kasarr banget," ujar Rega. Tak lama kemudian Siska, Rima, Rayna melangkah ke meja yang ada Tia dan ketiga laki-laki yang mereka kenal. "Tadi Bary, sama Riko lagi pesan tuh," kata Siska sambil menoleh ke arah kedai yang masih di tunggu oleh kedua laki-laki yang ia sebut namanya tersebut. "Iya, emang mereka yang pesanin," balas Revan dengan senyum tipis, Siska yang melihat jelas terdiam sejenak sebelum akhirnya ia manggut-manggut dan duduk di bangku yang kosong melompong. Rima berkata, "Ini pesanannya Nyonya Tia." Sambil memberikan sepiring siomay serta es teh manisnya, gadis tersebut jelas tersenyum manis menerimanya. "Taratencuuu cantik," kata Tia, Rima yang mendengar sontak hanya menatap jengah ke sahabatnya tersebut. Hingga dimana Bary dan Riko kini datang dengan bawa nampan berisi makanan serta minuman pesanan ketiga sahabatnya tersebut. "Lah lu udah pesan emang Lex?" tanya Rega yang heran ketika Bary memberikan makanan serta minuman yang menyegarkan. "Dia mah tahu kepengenan gue," balas Alex yang mmebuat Bary menyela, "Matamu, ini karena lu udah chat gue ya bangke." Alex hanya terkekeh pelan mendengarnya sambil mengaduk piring yang berisi batagor pesanannya. Tia hanya melirik sejenak sambil mencetus, "Lagi timbang pesan doang segala ngchat, males banget." Ketiga sahabatnya sontak menatap dengan sorot mata yang tidak percaya sebelum akhirnya berkata, "Mbak, enggak sadar diri ya." Dengan kompaknya yang membuat kelima laki-laki yang berada disana sontak tertawa pelan karena mendengarnya. "Aw senjata makan tuannya," cetus Rega. Revan menimbrung, "Makanya kalau mau ngatain lihat kondisi De." Sambil tertawa membuat Tia hanya mengrucutkan bibirnya ke arah mereka yang tertawa seraya meledeknya. "Eh eh gimana ini jadi enggak mau camping?" tanya Bary sambil menyeruput minuman yang telah ia aduk. Mereka terdiam sejenak menoleh ke arah laki-laki tersebut yang membuat Bary menoleh sambil mengernyitkan dahinya. "Kenapa? Salah? Kan besok kita juga libur 3 hari," ujar Bary membuat semua hanya manggut-manggut. "Berangkat jam berapa? Berarti gue harus prepare hari ini dong," celetoh Siska dengan hebohnya yang membuat ketiga sahabatnya menatap dengan lekat keheranan. Tia menyela, "Enggak ada yang nyuruh lu prepare, kalau enggak mau prepare ya enggak papa. Paling keblangsak disana." Siska yang mendengar sontak mengerucutkan bibirnya yang membuat gadis tersebut sontak terkekeh pelan melihatnya. "Gimana nih jadinya? Kita berangkat sore aja nih. Siang balik, main dulu ke curug tuh," ujar Bary sambil menoleh memastikan kepada mereka semua yang berada dimeja tersebut. Rega menyahut, "Boleh lah. Mobil apa touring nih?" "Kayanya si lebih enak motor," cetus Revan. "Berarti kita bagi-bagi nih siapa ama siapa naik motornya," ujar Bary membuat ia mulai melihat-lihat untuk siapa saja yang berpasangan. Alex berkata, "Lu sama gue." Semua sontak menoleh karena suara tersebut membuat Tia nengernyitkan dahinya lalu menyela, "Yeuh gue mau naik motor sendiri." "Kalau gitu gue yang ijin sama keluarga lu," ujar Alex yang membuat gadis tersebut sontak menatap melotot tidak percaya, Revan yang melihat adiknya kesak sontak hanya tertawa. "Kalau udah ke keluarga mah, angkat tangan aja. Gue yakin seratus persen keluarga pasti nyuruh lu barengn sama Alex," cetus Revan yang membuat Tia hanya menatap dengan raut wajah betenya. "Lu malah ngbela dia si!" seru Tia dengan nada kesal. Rega kini menyahut, "Kalau di terawang juga walau Revan enggak ngbela lu bakal tetap disuruh bareng Alex." "Lu enggak usah ijin-ijin sama keluarga gue. Gue mau naik motor sendiri pokoknya," kata Tia yang seolah tidak mau dibantah. "Gimana kalau kita naik mobil saja berempat." Rima mengusulkan membuat Rega sontak langsung berkata, "Enggak seru kalau gitu mah, kalau mau naik mobil ya naik mobil semua biar kompak gitu." Rima terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Yah gue sama siapa dong, pasti kalau bawa motor sendiri enggak akan sanggup gue." Revan menyela, "Kode itu Ga." Sambil menyenggol sahabatnya yang kini tersenyum tipis, sedangkan Rima mendongak dengan sorot mata terkejut. "Eh enggak maksut kode soalnya, gue bisa sendiri kok," ujar Rima. "Lu sama gue nanti," kata Rega yang membuat semua lantas langsung senyam-senyum dibuatnya. "Berarti kita berdua Na," kata Siska yang membuat Rayna menoleh lalu mengangguk. Revan mencetus, "Cewek jangan bawa motor sendirian, Siska sama gue. Rayna sama Bary." Baru saja Rayna seolah ingin membantah Revan kembali berkata, "Enggak ada bantahan demi keselamatan dan Tia lu sama Alex." Dengan nada yang serius membuat Tia mendengus dengan kesal. "Eh kesian banget ini teman gue yang satu enggak ada boncengan," cetus Rega sambil merangkul Riko yang kini menyahut, "Yeuh enak saja lu, gue mah tinggal tunjuk aja." Bary menimbrung, "Ya lu mah enggak tahu-tahuan aja Ga cewek dia banyak banget." "Mau bawa yang anak sekolahan mana?" tanya Revan dengan menyeringai meledek ke sahabatnya. Siska menyela, "Emang banyak banget?" Dengan nada yang heran tidak percaya, Revan yang melihat wajah terkejut Siska sontak tertawa pelan lalu menyahut, "Playboyy international dia mah." Siska yang mendengar reflek bertepuk tangan yang membuat mereka menoleh ke arah gadis tersebut. "Eh buseh gue ditepuk tanganin, dikira burungg kali gue," celetoh Riko sambil sesekali tertawa pelan membuat semua yang mendengarnya juga ikut tertawa. Istirahat telah usai banyak siswa-siswi yang bergegas pergi sebelum mendengar bell masuk pelajaran berikutnya berbunyi, kelima laki-laki dan keempat gadis tersebut juga beranjak berdiri lalu melangkah meninggalkan area kantin tersebut yang mulai sepi. "Nanti malam kita kumpul di cafe` Dragon's," kata Bary. "Emang harus banget kumpul?" tanya Rayna dengan sedikit jengah membuat Bary terdiam sejenak lalu menjawab, ",Ya kalau enggak bisa enggak papa si." Rayna sontak menatap sekilas sebelum akhirnya hanya manggut-manggut ber Oh ria. Mereka kini sudah memasuki kelas masing-masing dan duduk dengan rapih di bangku, para guru yang mengajar sontak memasuki ruang kelas untuk ia mengajar. Semua hening seolah bersiap dengan pelajaran yang terakhir walau mata yang mengantuk dengan aura yang semakin malas berada diruang kelas tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN