Bab 45

1200 Kata
Hari silih berganti kini ketiga sahabatnya sudah mengetahui soal hubungan dirinya dengan Alex, perjodohan yang sejujurnta tidak ia harapkan namun apa daya keinginan orangtuanya tidak bisa ia tolak begitu saja. "Gue naik motor sendiri," kata Tia yang membuat Alex yang menyodorlan helm kepada gadis tersebut sontak terdiam. "Kenapa?" tanya Alex yang membuat gadis tersebut mengenryitkan dahinya lalu mencetua, "Ya enggak kenapa-napa, enggak ada alasan juga. Gue cuman mau naik motor sendiri aja." Gadis tersebut lalu melangkah ke arah motor sport miliknya yang sudah terparkir di halaman rumahnya. "Iringan saja kalau lu tetap kekeh mau bareng sama gue," kata Tia yang membuat Alex terdiam sejenak lalu menghela nafasnya gusar, mau tidak mau ia harus mengikuti perkataan gadis tersebut. Tia memakai helm fullface-nya lalu melajukan motornya terlebih dahulu keluar dari perkarangan rumahnya, Alex yang melihat lantas menutup kaca helm fullface-nya lalu menyusul motor gadis tersebut. "Lihat, persis seperti kamu kan?" tanya Rifan sambil merangkul mesra istrinya melihat anak gadisnya yang makin hari sangat terlihat seperti sosok dirinya. Caca menatap sendu serta khawatir. "Aku tidak mau dia mengikuti jejakku Mas," ujar Caca yang membuat Rifan menatap lekat ke arah sang istri lalu berkata, "Kalaupun dia ikutin jejak kamu, dia menjadi wanita tangguh." Wanita paruh baya tersebut tersenyum manis mendongak menatap ke arah sang suami. "Yasudah sana kamu berangkat," kata Caca, pria paruh baya tersebut melirik ke arah jam ditangannya lalu menatap sang istri sebelum akhirnya mengecup singkat pipi sang istri. "Rey mana? Apa dia tidak mau berangkat?" tanya Rifan sambil melihat ke arah dalam rumah. Caca sontak mengikutinya lalu berteriak, "Bang Rey! Kamu kerja tidak? Ayah mau bareng kamu sepertinya." Rifan yang mendengar teriakan nyaring sang istri hanya terkekeh pelan saja. Sedangkan di sisi lain kedua motor salimg beriringan disamping berenti tepat di lampu merah, Tia merentangkan tangannya sambip menunggu lampu hijau menyala. Gadis tersebut kini menoleh ke arah laki-laki disampingnya sambil menaikkan kaca helm fullface-nya. "Lex, mau balapan enggak?" tanya Tia dengan nada yang serius. "Kalau gue menang apa untungnya?" tanya Alex dengan sorot mata yang serius. Gadis tersebut terdiam sejenak seolah berpikir namun setelahnya ia berkata, "Yang kalah kabulin 7 permintaan yang menang ." Laki-laki tersebut tersenyum tipis menyeringai ketika mendengarnya, sorot matanya seolah menantang. "Oke, deal!" seru Alex, kedua insan tersebut kini saling menatap nyalang lalu menutup kaca helm fullface-nya masing-masing, sorot mata mereka lurus menatap jalanan sambil sesekali melihat ke arah lampu yang belum kunjung menghijau. Kedua insan tersebut seolah telah siap akan melajukan motor sportnya, hingga dimana lampu hijau kini menyala dan emmbuat mereka melajukan motornya dengan kecepatan penuh yang membuat orang lain terkejut melihatnya. Alex memimpin di depan, namun ia sengaja melambatkan ketika terlihat Tia tertinggal namun ia akan kembali mengencangkan laju motornya ketika Tia sudah terlihat lagi. "Arghhh shitt!" seru Tia ketika ia harus mengrem mendadak ketika lampu merah menyala, sedangkan Alex sudah melaju tak terlihat. "Bisa-bisanya gue kalah sama dia! Alamat gue nurutin apapun mau dia ini mah," gumam Tia dengan kesal, seolah ia tidak terima terlebih ia yang menantang untuk balapan. Gadis tersebut melajukan motornya kembali setelah lamly sudah berwarna hijau. Hingga dimana Tia kini memasuki gerbang sekolahan dan melaju ke arah parkiran dengan raut wajah yang kesal dengan sorot mata yang tajam, Alex berdiri tepat bersandar di motornya menatap kehadiran gadis tersebut yang kini memarkirkan tepat disamping motornya. "Gimana Nona Tia? Sudah siap mengiyakan 7 permintaan gue?" tanya Alex. Gadis tersebut melepas helm fullface-nya setelah memarkirkan motornya. "Gue enggak akan kabur," kata Tia yang kini menatap lurus ke arah laki-laki yang tersenyum tipis menatapnya. "Ya kalau lu enggak mau si gue enggak masalah," kata Alex yang seolah mengompori gadis tersebut, nafas Tia sontak memburu menatap menyalang Alex yang kini menyeringai tipis. "Gue enggak akan kabur dari perkataan gue!" seru Tia yang kini menatap lekat Alex. Kedua mata insan tersebut saling menatap menantang selama beberapa detik, hingga akhirnta Tia menyudahi tatapan tersebut. "Oke, tungguin ya permintaan gue," kata Alex sambil mengelus pelan pucuk rambut gadis di hadapannya, setelahnya ia melangkah menjauh meninggalkan Tia yang terdiam dengan sorot mata yang tajam. "Siyalan!" seru Tia dengan sarkas. Tia mengatur nafasnya sebelum melangkahkan kakinya menyusuri. Koridor sekolahan menuju ruang kelasnya. Raut wajah gadis tersebut tidak bisa dipungkiri kalau benar-benar kesal semua yang melihat sontak bertanya-tanya apa yang terjadi hingga Tia membentuk wajah seperti itu. "ARGHHHH!!!!" seru Tia sedikit lantang, ia menghentakkan kakinya dengan kesal. Semua yang mendengar sontak memusatkan matanya ke arah gadis tersebut. "Lah itu orang kenapa?" tanya Siska ketika melihat sang sahabat bertingkah seperti itu. "Lu kenapa Ti? Ketabrak syetan atau ibliss?" tanya Rayna yang membuat gadis tersebut hanya menatap datar dengan helaan nafas yang memburu, Tia duduk dengan kasar yang membuat ketiga sahabatnya yang melihat hanya menatap satu sama lain. Rima menyela, "Kenapa si Ti? Kayanya kesal banget." "Gue kalah taruhan," ujar Tia yang membuat mereka bertiga kembali menatap satu sama lain sambil mengerutkan keningnya. "Kalah taruhan sama siapa? Revan apa Rega?" tanya Siska. Tia menjawab, "Bukan mereka berdua." Rayna bertanya, "Terus siapa?" Gadis tersebut terdiam sejenak menatap ke arah ketiga sahabatnya yang kini menatapnya seolah menunggu jawaban. "Alex," jawab Tia yang membuat ketiga sahabatnya kompak mengerutkan keningnya. "Lu taruhan apaan anjirt?" tanya Siska. Rima menyela, "Terus apa yang ditaruhin?" Tia hanya terdiam saja mendengarnya, ia malah merebahkan kepalanya dia atas tumpulan kedua tangannya yang ia jadikan bantal. "Yeuh, lu taruhin apa Ti?" tanya Siska yang penasaran, Tia hanya terdiam saja membuat ketiga sahabatnya semakin dalam mengerutkan keningnya. Bell masuk kini berbunyi, gadis tersebut menegapkan kembali tubuhnya menatap lurus ke arah depan kelas. Pelajaran dimulai, para murid kini hening tenang memperhatikan sang guru mengajar pelajaran di kelasnya. "Tia? Ada apa dengan kamu?" tanya sang Guru ketika melihat murid yang biasanya ceria kini seolah redup. "Tidak kenapa-napa Bu," jawab Tia dengan senyuman tipisnya, sang Guru yang mendengar sontak terdiam sejenak sebelum akhirnya hanya manggut-manggut dan kembali melanjutkan mengajarnya. Tia menoleh ke arah Rayna lalu bertanya, "Emang ketara banget di raut wajah gue?" Dengan nada yang sedikit berbisik, Rayna terdiam sejenak lalu memperhatikan sekilas sang sahabat sebelum ia mengangguk untuk menjawabnya. Bell istirahat kini berbunyi membuat semua siswa-siswi bersoraj senang, mereka berhamburan keluar setelah sang guru yang mengajar keluar kelas. "Ayuk kantin," kata Siska yang kini beranjak berdiri, kedua sahabatnya mengangguk lantas beranjak berdiri namun Tia malah kembali melanjutkan aktifitas seperti awal ia masuk, yaps merebahkan kepalanya di tumpukan tangannya. "Ti, ayuk!" ajak Rayna. "Mager gue," balas Tia yang membuat ketiga sahabatnya terdiam sejenak saling menatap satu sama lain sebelum akhirnta Siska mencetus, "Takut ketemu calon lu ya?" Dengan nada bertanya yang membuat Tia kini mendongak menatap ke arah sahabatnya. Tia mencetus, "Apaan si lu, gue emang lagi mager." "Ah bilang aja lu takut," kata Rima yang membuat Tia melotot tidak percaya , gadis tersebut beranjak berdiri membuat ketiga sahabatnya saling terkekeh sambil menatao safu sama lain. "Lah mau kemana?" tanya Rayna ketika melihat sahabatnya beranjak berlalu dari hadapan mereka. Tia mencetus, "Kantin." Ketiga sahabatnya tertawa pelan mendnegarnya sambil menggelengkan kepalanya pelan, tidak lupa mereka bertiga seolah bertos ria telah berhasil mengompori sahabatnya agar mau ke kantin. "Lu bertiga kenapa diam saja? Enggak jadi?" tanya Tia ketika melihat ketiga sahabatnya tak kunjung menyusul langkah kakinya, namun beberapa detik kemudian ketiga sahabatnya sontak langsung menyusul keberadaan Tia yanf membuat gadis tersebut jelas memutar bola matanya dengan jengah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN