11

511 Kata
“Hehe ... Qisti mandi dulu Ma,” ucap Qisti yang berlalu pergi ke kamar mandi. Setelah mandi, Qisti pergi ke meja makan untuk sarapan. “Hari ini kamu Mama hukum!” ucap Mamanya dengan nada tegas. “Hukum? Pa, bujukin Mama biar tidak ngehukum Qisti,” rengek Qisti pada Firman, tapi Firman malah angkat tangan. “Jangankan kamu, Papa saja kena omelan Mama kamu kalau Papa ngelanggar aturan Mama kamu,” jawab Firman yang tak melihat ke arah istrinya takut di pelototin. “Ma, jangan galak-galak sama Qisti,” ucap Qisti yang kini mulai merayu Ara. “Tidak, kamu hari ini harus berangkat sekolah jalan kaki!” jawab Ara. “Apa Ma? Jalan kaki? Mama plis, Qisti tidak akan ulangi lagi Ma.” “Sudah, cepat habiskan sarapan kamu, ini uang jajan kamu, kamu masih bisa naik angkot dengan uang segini!” ucap Ara sambil meletakkan uang jajan Qisti yang sudah dipotong seperempat. Qisti menghabiskan makanannya dengan cemberut dan mengambil uang yang di berikan Ara. “Qisti pergi dulu,” ucap Qisti sambil menyalami kedua orang tuanya. “Hati-hati ya,” ucap Firman. “Iya.” Jawab Qisti cuek dengan muka masam. Selepas kepergian Qisti, Firman berujar pada Ara. “Apa Mama tidak terlalu kasar pada Qisti?” “Biar jadi pelajaran Pa, dibilang sama tetangga sebelah Qisti keluar dari rumah pakai motor, sudah gitu ngebut lagi.” Firman hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Ara, dia juga setuju kalau Qisti di kasih hukuman, agar tidak mengulangi kebiasaannya ngebut di jalanan. Di perempatan jalan, Qisti masih berjalan dengan muka masam. “Ini semua karna lelaki kemarin! Coba saja kalau dia tidak gangguin aku, Mama kan pasti tidak tahu kalau aku keluar rumah!” ucap Qisti dengan nada jengkel. “Malas banget naik angkot, desak-desakan, kalau jalan kaki, capek!” ucap Qisti dengan ngedumel. “Loh, kok dia jalan kaki?” ucap Nizam yang melihat Qisti dari belakang, Nizam sengaja mengikuti Qisti pagi ini, dia ingin tahu banyak tentang Qisti. “Pagi,” ucap Nizam sambil membuka kaca mobilnya dan tersenyum ke arah Qisti. “Lu! Ngapain lagi lu di hidup gua hah? Gara-gara lu kemarin aku kena hukum sama Mama, tahu?” “Oh ya, kalau begitu saya minta maaf.” “Tidak penting! Cepat enyahlah dari depanku!” Mendengar kalimat perintah Qisti, Nizam jadi tertawa, baginya itu bukan kalimat marah, tapi kalimat lelucon. Melihat Nizam marah, Qisti malah makin kesal. “Apa sih mau lu?” tanya Qisti dengan geram. “Mau saya? Mau saya ... ingin mengantar kamu sampai ke sekolah kamu,” jawab Nizam dengan senyum manisnya. “Jangan mimpi! Lu mau modus kan?” “Mau saya? Mau saya ... ingin mengantar kamu sampai ke sekolah kamu,” jawab Nizam dengan senyum manisnya. “Jangan mimpi! Lu mau modus kan?” ucap Qisti dengan sinis. “Jangan berburuk sangka, itu tidak baik!” jawab Nizam. Nizam turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Qisti. Sekilas terlihat Nizam sangat berbeda penampilannya dengan waktu kemarin, kali ini Nizam memakai kaos dengan paduan jaket di luar, celana jins dan sepatu. Qisti sempat terkesiap melihat ketampanan Nizam. “Hai Nona, silakan masuk Nona,” ucap Nizam yang mempersilahkan Qisti masuk ke dalam mobilnya. “Lu pikir gua mau nebeng mobil lo, maaf, gua tidak sudi!” ucap Qisti yang berlalu pergi dari hadapan Nizam, membuat Nizam menarik nafas panjang dan kembali mengejar Qisti dari belakang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN