12

507 Kata
‘Sritt ... tit tit!" Nizam mengklakson dengan cepat dan berkali-kali. Sebuah motor hendak melaju kencang ke samping Qisti, dan hendak meraih ponsel di tangan Qisti, tapi terhalang mobil Nizam yang dengan cepat mengklakson agar motor di depannya menjauh dari Qisti. Qisti sangat ketakutan dengan apa saja yang baru terjadi, begitu juga dengan Nizam yang sangat khawatir dengan keadaan Qisti. Nizam langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Qisti yang sudah terpaku di pinggir jalan sambil menggenggam ponselnya di depan d**a dengan tangan bergetar. “Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Nizam yang ingin memastikan kondisi Qisti. Qisti hanya menggeleng, dia belum mampu untuk menjawab pertanyaan Nizam, tangannya masih bergetar karna dia hampir di copet. “Ayo, ikut saya sekarang, jalanan ini tidak aman untuk gadis seperti kamu,” ucap Nizam sambil menarik tangan Qisti untuk masuk ke dalam mobil, dia sudah tidak peduli dengan penolakan Qisti, biarlah Qisti marah, yang penting Qisti sekarang harus berada di dalam mobilnya, demi keselamatan dirinya. Qisti hanya menurut saja, dia benar-benar tidak bisa membantah saat ini. Nizam membuka pintu mobilnya dan menyuruh Qisti masuk ke dalam mobil, setelah memastikan Qisti sudah berada di dalam mobil dengan sempurna, Nizam menutup pintu mobilnya dan dia masuk ke dalam mobil untuk lanjut menyetir. “Sekolah kamu yang mana?” tanya Nizam pada Qisti. “SMA 1,” jawab Qisti singkat, Nizam bisa melihat Qisti yang masih ketakutan. “Sudah, tenangin diri kamu dulu, yang penting kamu selamat, lain kali harus hati-hati,” ucap Nizam yang tak mendapatkan respon apa pun dari Qisti. “Kamu baik-baik saja kan?” Nizam kembali bertanya. “Sudah, jalan terus, saya hampir telat ini!” “Oh, maaf.” Nizam kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai ke sekolahnya Qisti. “Kamu mau membunuh saya?” tanya Qisti yang melihat Nizam melajukan mobil seperti kesurupan. “Tidak, mana mungkin saya ingin membunuh kamu.” “Kurangi kecepatan mobil kamu!” teriak Qisti yang membuat Nizam dengan cepat melajukan mobilnya kembali normal. “Nah, itu sekolahnya,” ucap Nizam saat mobilnya memasuki jalan depan sekolahnya Qisti. “Sudah! Di sini saja!” ucap Qisti yang memberhentikan mobil Nizam. “Loh, kenapa?” “Gua bilang, di sini saja ya di sini!” “Jangan galak-galak Nona, nanti jatuh cinta loh,” ucap Nizam yang ingin menggombal Qisti. “Cih, sorry! Anda bukan tipe saya!” ucap Qisti yang membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Nizam. Nizam menurunkan kaca mobil, dan berucap, “Terima kasih Neng,” sindir Nizam yang membuat Qisti makin jengkel. Qisti cepat-cepat ingin turun di jalan sebelum sampai di sekolahnya, dia tidak mau jika teman-temannya lihat kalau Qisti berangkat sekolah dengan seorang lelaki dewasa. Nizam memastikan Qisti masuk ke dalam sekolah dengan baik-baik saja, setelah Qisti masuk sekolah, Nizam pun kembali pergi untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai pengajar pondok pesantren. Dari kejauhan, sopir Ara ternyata di minta oleh Ara untuk memantau Qisti dari belakang. “Non Qisti sudah sampai ke sekolah Nyonya.” “Dengan lelaki yang tadi kamu bilang?” tanya Ara. “Iya Nyonya.” “Kamu tahu siapa lelaki itu?” “Sepertinya lelaki yang kemarin mengantar motornya Non Qisti Nyonya.” “Baik-baik, apa mereka terlihat bermesraan?” “Tidak Nyonya, Non Qisti terlihat galak sama lelaki itu.” “Berarti bukan pacarnya ya?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN