“Gimana, Ci?” Yeni yang semula berniat tiduran, mengurungkan niatnya karena penasaran dengan pembicaraan Sicilia dengan Santi. Sicilia menghela napas. Wanita itu pun mendudukkan bokongnya di atas kasur santai yang terdapat di ruang keluarga rumahnya. “Kenapa wajahnya seperti itu, Ci? Ada masalah?” Sicilia menggeleng, “Kak Santi jadi mau jual rumahnya.” “Oiya? Memangnya sudah ada pembeli?” “Bu Nur, Ma.” “Nur yang tinggal di belakang?” “Iya, Bu Nur yang suka kreditin baju dan panci-panci.” “Bukan’kah Santi ada hutang juga sama dia? Kalau mama tidak salah, lumayan banyak lho.” “Iya, Ma.” “Jadi berapa Santi mau jual rumahnya?” “Kata kak Santi, bu Nur sanggupnya hanya tujuh puluh juta saja. Sekalian potong hutangnya kak Santi sama bu Nur sebesar tiga juta.” Yeni menarik napas, lalu