Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Seperti janjinya pada Sicilia, Sandi akan pulang lebih awal jika pekerjaannya sudah selesai. Sebelum pulang ke rumahnya, Sandi menyempatkan diri untuk mampir ke toko emas. Ia membelikan sebuah cincin berlapis emas delapan puluh persen seberat dua gram. Cincin cantik dengan ujungnya berbentuk hati dan dihiasi batu permata di bagian tengahnya. “Ini, Pak. Sekalian ada surat-suratnya di dalam.” “Iya, terima kasih.” “Sama-sama, Pak.” Sandi menerima dompet kecil itu dan menggenggamnya dengan erat. Seulas senyum terpatri dari bibir pria itu. Sesampainya di rumah. “Assalamu’alaikum ....” “Wa’alaikumussalam ... Lho, kok tumben abang cepat sekali pulangnya.” Sicilia menyambut suaminya dan menyalami pria itu dengan takzim. “Bukan’kah abang sudha berjanj