“Ada apa, Herman? Tumben ke sini masih pagi. Memangnya kamu nggak kerja?” Indra menghampiri rekannya itu seraya membawakan kopi panas. Herman menarik napasnya dengan kasar, duduk di salah satu bangku di teras rumah Indra seraya menatap kendaraan yang berlalu lalang di depannya. “Ndra, aku punya masalah.” “Masalah? Santi lagi? Atau Cici?” Herman menatap Indra yang duduk di sebelahnya, “Bukan.” “Lalu apa?” “Kenapa tiba-tiba saja adikku menciut kembali?” “Menciut? Bukan’kah memang tidak pernah besar?” Indra tekekeh ringan. “Ndra, aku ini serius lho.” Herman mendengus, pelan. Indra menatap jalanan dan ikut memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang di depannya. “Herman, harusnya kamu tahu jika semua itu hanyalah fatamorgana.” “Fatamorgana?” “Ya, semua itu tidak nyata. Punyamu meman