07

1724 Kata
Happy Reading and Enjoy~ Elina memegang kepalanya yang terasa sakit. Ia seperti pernah mengalami hal ini, dirinya seperti pernah bertemu dengan Sebastian, tapi dimana? Ia terdiam cukup lama untuk meredam denyutan mengerikan di kepalanya. Sepertinya ia pernah melihat potongan kejadian ini di masa depan. Bukankah sudah dikatakan, bahwa ia akan melupakan kejadian di masa depan yang pernah dilihatnya ketika Aslan meminum darahnya? "Berikan aku alasan kenapa kau ingin membantuku dan balas dendam pada Aslan. Aku belum memercayaimu sepenuhnya, apa kau ingin menjebakku?" tanyanya sinis.  Sebastian tertawa renyah, lelaki itu terlalu suka bercanda dan tidak pernah menganggap serius ucapannya. Membuat Elina tidak mempercayainya.  "Yang Mulia putri Daviana, apakah Anda mengira bahwa Anda satu-satunya keturunan Dewi yang bisa melihat masa depan?" Ba-bagaimana Sebastian bisa tahu? Mereka baru saja bertemu dua kali, dan pertemuan itu juga singkat. Mungkin pertemuan kali ini yang paling lama, tapi tidak mungkin dia bisa tahu secepat itu, kan? Bahkan Aslan saja tidak mengetahuinya.  "Pasti saat ini Anda bertanya-tanya mengapa saya bisa mengetahuinya." Sebastian tersenyum lembut, lelaki itu maju beberapa langkah sehingga jaraknya begitu dekat dengan Elina. "Sama sepertimu, aku juga keturuna Dewa, Elina." Elina menjauhkan tubuhnya dari Sebastian, ia menatap lelaki itu dengan mata terbelalak. Bahkan lelaki itu tahu nama aslinya! Seluruh tubuh Elina melemah, ia butuh sandaran saat ini.  Dan tiba-tiba saja, kursi yang berada jauh darinya tertarik, lalu mendarat mulus tepat di belakangnya.  "Silahkan duduk dulu, Yang Mulia. Kulihat Anda menjadi pendiam." Tidak perlu diperintah dua kali karena memang ia butuh sandaran, Elina langsung mendudukkan dirinya. Mengatur napas agar stabil.  "Aku sudah lama hidup dengan darah Dewa, itulah mengapa aku tidak pernah menunjukkannya. Aku bertingkah bodoh agar tidak ada yang menyadari bahwa sebenarnya aku memiliki kekuatan. Atas petunjuk Dewa aku mulai mencari orang-orang yang terlahir dari darah suci. Dan aku menemukanmu satu tahun yang lalu." Sebastian terdiam menunggu reaksi Elina. Saat melihat Elina menatapnya dengan sorot menuduh, Sebastian kembali melanjutkan. "Aku yakin kau tidak akan percaya, tapi aku diberi kemampuan khusus dan paling unggul di antara orang-orang yang memiliki darah suci yang lain. Aku bisa melihat dan mengakar kadar kekuatan yang dimiliki orang-orang, termasuk punyamu. Saat melihatmu waktu itu aku langsung tahu bahwa kau punya kekuatan yang belum disempurnakan. Kekuatanmu cukup besar dan istimewa, itulah sebabnya kau bisa hidup lagi setelah bunuh diri." Elina memegang kepalanya, denyutan mengerikan itu datang lagi setelah mendengar penjelasan Sebastian. Lelaki itu seperti bagian dari hidupnya yang mengetahui segalanya.  Bahkan Sebastian juga tahu ia pernah jadi b***k dan memilih bunuh diri.  "Aku juga bisa melihat masa depan, sama sepertimu. Hanya saja kau belum sempurna. Tenang saja, aku tidak mengikutimu. Aku melihat masa depanmu." Sebastian tersenyum misterius. "Sebenarnya pertemuan tadi malam sudah kurencanakan. Aku ingin menunjukkan kekuatanku padamu, agar kau berpikir seperti yang kau pikirkan saat ini." "Dan pertemuan kali ini juga sudah kau atur?" tanya Elina sinis. Sebastian menggeleng. "Tidak juga. Aku tahu kau pasti akan datang ke perpustakaan untuk mencari buku itu." "Apa alasanmu ingin balas dendam pada Aslan?" Seketika wajah Sebastian menggelap, tangan lelaki itu terkepal.  "Tujuanku hampir sama denganmu, Aslan telah membunuh kekasihku." Elina menajamkan matanya. "Tapi dia tidak membunuh kekasihku." Sebastian mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Saya mengatakan sama bukan berarti sama dalam segala hal, Yang Mulia. Saya tidak tahu siapa orang penting yang dia bunuh dalam hidup Anda, tapi jika boleh menebak, dia telah meratakan desa Anda, benar?" Elina memijit dahinya pelan. Karena Sebastian mengetahui segala rahasianya, ia pikir lelaki itu tahu segalanya. Jika seperti ini ia hanya membuat malu dirinya sendiri.  Ia mengibaskan tangannya ke udara. "Mari kesampingkan hal itu, yang harus kita fokuskan adalah tujuan kita." Sebastian mengulum senyum. "Jangan terburu-buru, Yang Mulia. Aslan bukan orang yang mudah untuk kita kalahkan, ah, atau bisakah aku memanggilmu dengan sebutan Elina?" Elina menghela napas pelan, Sebastian tahu dirinya bukan putri Daviana. Tidak ada salahnya untuk menjadi diri sendiri, bukan? "Baiklah, panggil saja aku Elina, tapi dengan satu syarat. Saat kita hanya berdua. Jika di hadapan banyak orang walaupun itu hanya pelayan biasa, panggil aku dengan gelarku saat ini." Sebastian tersenyum lebar. "Setuju," katanya dengan nada puas. "Pertama-tama, beri tahu aku bagaimana caranya kau meningkatkan kekuatanmu? Aku pernah dengar bahwa kekuatan dewa tidak bisa diaktifkan tanpa guru." "Bisakah kita berbicara secara privasi?" Sebastian menaikkan alisnya sebelah. "Sekarang kita sedang berbicara secara privasi." Sebastian mengedikkan dagunya ke arah Irene berada. "Apakah kau yakin pelayanmu bisa menjaga rahasia?" Seketika Elina sadar, saat tadi ia menuju pintu perpustakaan Irene mengikutinya. Wanita itu berpikir ia ingin pergi.  Ia menatap Sebastian dengan mata terbelalak. Paham maksud Elina, Sebastian menggeleng. "Aku pastikan dia tidak mendengar pembicaraan kita, dia baru berada di sana setelah menyadari kau sudah tidak ada di tempatmu lagi. Sekarang, perintahkan dia tetap berada di sana, sementara kita pergi ke ruangan yang lebih privasi." Semoga ini adalah pilihan yang tepat. Elina seperti tersihir dengan apapun perintah Sebastian. Apa lelaki itu menggunakan kekuatannya untuk membuat Elina mengikuti semua ucapannya? Ia akan lihat bagaimana ke depannya. Untuk saat ini Sebastian satu-satunya orang yang bisa menolongnya.  Saat mereka sudah berada di ujung perpustakaan, Sebastian memulai kisahnya.  "Apa kau tau bahwa manusia keturunan dewa memiliki umur yang panjang?"  Elina menggeleng, ia baru mengetahuinya.  "Kita diberi keistimewaan dengan umur yang panjang. Umurku sendiri bahkan sudah ratusan tahun." Sebastian menoleh ke arahnya dan tersenyum. "Aku sudah tidak ingat lagi berapa umurku," katanya pelan.  "Aku mempelajari kek iniuatanku bertahun-tahun yang lalu. Alasanku tetap sembunyi karena manusia keturunan dewa tidak boleh membeberkannya pada siapapun. Jika manusia yang lain tahu, mereka akan memanfaatkan kita. Karena kita bisa menyembuhkan manusia, melihat masa depan, memberi ketenangan, dan juga memberikan kehidupan yang panjang. Ada fakta yang paling unik, sama halnya seperti kucing, kita memiliki nyawa sembilan. Apabila kita memilih mati, dewa akan menghidupkan kita kembali dalam bentuk yang berbeda, sama sepertimu." Elina tidak pernah mengetahui cerita ini, ia menatap mata Sebastian lekat-lekat. Tidak ada kebohongan di sana, tapi benarkah itu? "Dulu aku punya guru yang mengajariku untuk meningkatkan kekuatanku. Dia sudah cukup untuk mati. Seharusnya keturunan dewa tinggal di kuil dan hidup dengan nyaman, memberikan berkah pada manusia dan melihat masa depan mereka. Itulah seharusnya yang kita lakukan, tapi beberapa tahun yang lalu, hal itu tidak berlaku lagi. Manusia-manusia mulai iri dan marah mengapa mereka tidak punya darah dewa, dan saat itulah manusia berlomba-lomba mencari kekuatannya sendiri. Ada yang meminta bantuan iblis, dan ada juga yang mendapatkannya karena bekerja keras dan berdiam diri selama beberapa tahun untuk melatih diri. Aslan, termasuk dalam keduanya, lelaki itu mendapatkan kekuatannya dengan usaha dan juga bantuan iblis."  Sebastian terdiam, lelaki itu menatap ke langit-langit perpustakaan, seolah-olah mengeruk kenangan lama.  "Dan selebihnya kau bisa menebaknya sendiri, banyak manusia yang pada akhirnya seperti Aslan, tapi tidak sedikit dari mereka yang gagal. Aslan menjadi satu-satunya orang terkuat yang meraih kekuatannya dengan usaha sendiri. Bahkan kekuatannya melebihi manusia yang berdarah dewa. Kita hanya bisa melihat masa depan, dan kesejahteraan lainnya untuk manusia. Beda dengan Aslan yang mempunyai kekuatan dalam segala hal. Lelaki itu bisa teleport, bahkan bisa mearik benda-benda yang berada di dekatnya, dan banyak sekali keunggulannya yang lain. Jika ingin mengalahkannya kita harus bersatu dan melatih kekuatan tenaga dalam." "Kuharap aku bisa mempercayaimu, Sebastian." "Oh, kau harus mempercayaiku, karena saat ini, akulah satu-satunya orang yang sebangsa denganmu. Kau masih muda Elina, kau tak pernah tahu sejarah asal usulmu. Buku-buku tentang keturunan dewa semakin sulit dicari. Untungnya, aku punya tiga diantara 20 buku yang tersebar. Kau bisa membacanya dan mempelajari semuanya, jika kau tidak mengerti aku siap memberitahu." "Berikan aku buku itu, aku akan mempelajarinya di kamar." Sebastian tersenyum kecil. "Aku kagum pada semangatmu, tapi sayang sekali saat ini aku tidak membawanya ikut serta. Buku-buku itu tersimpan rapi di negaraku tinggal saat ini." ELina langsung berdiri. Seharusnya ia tidak mempercayai Sebastian, lelaki itu sedari tadi hanya membual dan mencinptakan berita palsu.  "Lupakan, aku tidak mempercayaimu." Dengan marah ia berbalik, tapi lengannya dicekal.  "Buku itu rahasia, kau tahu sendiri bahwa orang-orang seperti kita terancam. Semua akan menjadi b***k Aslan, jika aku membawanya apa kau tidak berpikir Aslan mungkin akan mengetahuinya? Jangan terburu-buru, Elina. Sikapmu yang seperti ini membuat Aslan bisa mengetahui identitasmu dengan mudah. Cepat atau lambat dia akan tahu bahwa saat ini yang berada di tubuh putri Daviana adalah orang lain." Elina kembali duduk, memegang dahinya yang terasa berdenyut. Sebastian benar, ia terlalu gegabah. kedatangan Sebastian secara tiba-tiba, dan dengan tidak masuk akal mengetahui rahasia besarnya. Itu membuatnya tidak habis pikir dan diam-diam ia juga marah. marah kepada diri sendiri. "Maafkan aku," katanya pelan. "Pikiranku kusut dan tubuhku juga melemah. Kau tahu Aslan meminum darahku tadi malam, kan?" "Aslan meminum darahmu!" Suara Sebastian naik satu oktaf.  "Ini bahaya! Dia sudah tahu bahwa kau bukan putri Daviana."  Sepanjang perbincangan mereka, bahkan ketika Elina tadi mengancamnya, Sebastian tidak pernah menunjukkan ekspresi panik seperti saat ini.  "Aslan bisa menjadi manusia abadi, Elina. Darah suci yang berada di tubuhmu akan bercampur dengan darah iblis yang berada di tubuhnya, itu akan menyusahkanmu, karena mulai saat ini, kejadian-kejadian yang kau lihat di masa depan juga bisa dilihatnya. Itu akan merambat pada perkembangan kekuatanmu." Sebastian berdiri, berjalan mondar mandir di hadapan Elina.  "Kita harus cari cara," ucapnya panik. "Aku berencana memberikannya darah Orch, kau tahu orch, kan? Hewan liar yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit itu." "Bagaimana caranya?" Elina mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku sedang memikirkan bagaimana caranya menangkap hewan itu. Aku tidak bisa bermain pedang maupun benda tajam lainnya, hewan itu terlalu buas." "Aku akan membantumu untuk menangkapnya. Tapi apakah kau yakin Aslan mau meminumnya jika kau menyajikannya dalam gelas? Kurasa dia lebih suka meminumnya secara langsung dari lehermu." "Entahlah," jawabnya muram. Ia juga tidak yakin Aslan mau.  "Apakah kau tahu mengapa dia meminum darahku? Ingatanku memburuk sejak dia meminum darahku." "Dia memiliki penyakit jantung dan obatnya adalah darah manusia keturunan dewa, atau wanita suci. Sebenarnya dia bisa sembuh dalam sekejap jika memakan mataku dan matamu." "Mataku dan matamu?" Sebastian mengangguk. "Penyakit jantungnya adalah bukti bahwa dia bisa menjadi manusia abadi jika menggabungkan kekuatan dewa dan iblis. Itu efek sampingnya. Kita tidak akan tahu apa yang dia lakukan jika menjadi kekal, Aslan tidak pernah puas dengan hasil yang dia dapatkan saat ini." "Jika aku membunuhnya dengan belati di saat dia meminum darahku, apakah bisa?" Sebastian terkekeh. "Kau yakin?" tanyanya dengan nada mengejek.  "Sebelum belatimu mengenai tubuhnya dia sudah lebih dulu mengetahuinya. Jalan satu-satunya, menemukan jantung Aslan di pegunungan Moroa." "Pegunungan Moroa katamu! Yang benar saja." Seketika tubuh Elina mendingin. Siapapun yang pergi ke gunung itu, tidak akan pernah selamat.  Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN