08

1702 Kata
Happy reading and enjoy~ "Tapi apa maksudnya dengan jantung Aslan?" Sebastian terdiam sejenak, menimang-nimang apakah ia harus memberitahu Elina atau tidak, tetapi kemudian lelaki itu menjawab, "Sebenarnya waktu kecil jantung Aslan pernah dibelah dan diletakkan ke pegunungan Moroa. Lelaki itu sudah memakai kekuatan iblis sejak lama dan para petinggi juga tahu takdir Aslan. Lelaki itu pasti menjadi penguasa dunia dan akan menjadi yang terkuat. Mereka tidak tahu bahwa ketika menjadi yang terkuat, Aslan menggunakan kekuatannya untuk menyakiti orang-orang yang lemah. Seharusnya lelaki itu sadar bahwa saat ini tidak ada negara mana pun yang berani melawannya." Aslan seharusnya sadar bahwa ia tidak perlu melakukan itu untuk menghancurkan negara-negara kecil, karena tidak bisa seluruh kerajaan menjadi satu dan hanya dipimpin oleh dirinya saja. Meskipun dia adalah manusia terkuat, tapi ia juga butuh seseorang untuk mengatur setiap bagian-bagian kecil yang berada di kerajaan nya.  Sudah waktunya Aslan menghentikan perburuan nya pada negara-negara kecil seperti negaranya dahulu. Karena ketamakannya itu, rakyat-rakyat kecil pun membencinya dan ingin balas dendam padanya seperti Elina.  "Tapi kita bisa merubahnya tanpa harus mengambil jantungnya untuk menghentikan pergerakannya, kan?" Sebastian menggeleng masam, ia menjawab dengan suara muram. "Aku sudah mencobanya sedari dulu, aku adalah teman masa kecilnya, dan hingga sebesar ini, dia tidak pernah berubah sama sekali, juga tidak pernah berniat untuk berubah, Elina." "Baiklah jika itu menurutmu, egonya terlalu tinggi. Jadi, untuk saat ini apa langkah awal yang harus kita lakukan?" "Kita harus mengembangkan kekuatanmu terlebih dahulu, di Alasjar ini banyak mata-mata Aslan. Kita harus mencari tempat yang lebih privasi, jika ada orang yang melihat kita berdua, mereka akan salah paham. Aku sebagai sahabat baik Aslan dan kau sebagai ratu Alasjar, kita berdua bisa dituduh berselingkuh." Elina menghela napas pelan, meskipun sudah berada di Alasjar sebelum hari pernikahannya, ia masih tidak tahu seluk beluk kerajaan ini. Satu-satunya ruangan yang paling akrab dengannya adalah kamarnya sendiri, tidak mungkin ia mengundang Sebastian ke kamarnya, bukan? Ia tahu jika perpustakaan ini pun tidak aman bagi mereka berdua. Satu ide muncul di pikirannya, ia mendongak dan menatap Sebastian dengan mata berbinar. "Bagaimana jika aku meminta izin untuk mengunjungi daerah-daerah terpencil di kerajaan ini, dengan alasan ingin memperkenalkan diriku sebagai ratu Alasjar yang baru. Di hari pernikahanku tidak banyak yang mengenalku, karena aku pingsan saat itu. Kau yang menentukan tempatnya dan daerahnya, karena aku sama sekali tidak tahu daerah-daerah yang berada di kerajaan ini. Nanti kita akan bertemu di sana." Sebastian melipat kedua tangannya. "Aku pikir itu bukan ide yang baik, apa kau yakin Aslan akan mengizinkanmu mengunjungi rakyat-rakyatnya? Ingat, mungkin negara-negara kecil di luar sana membenci Aslan, tapi tidak dengan rakyatnya sendiri. Lelaki itu sangat adil dan menyayangi seluruh rakyat-rakyatnya dia tidak akan mengizinkanmu mengambil alih kepemimpinannya, karena hal itu bisa menyebabkan rakyatnya menyukaimu." "Jadi, bagaimana caranya kita bertemu?" tanya Elina dengan nada putus asa. Sebastian tersenyum misterius. "Bagaimana jika kau meminta izin untuk menenangkan pikiran mu. Katakan pada Aslan bahwa kau butuh hiburan di mana orang tidak mengenalmu sebagai ratu, bilang padanya bahwa itu salah satu cara membuat darahmu lebih nikmat." Elina terkekeh, ia mengusap ujung matanya yang berair. "Kau yakin hal itu akan berhasil?  Sebastian mengangkat kedua alisnya. "Kita lihat saja," katanya penuh percaya diri. Elina berdiri, menepuk-nepuk gaunnya untuk menghilangkan debu yang berada di sana. "Baiklah, aku akan meminta izin terlebih dahulu. Setelah itu kita akan bertemu di perpustakaan ini untuk membicarakan rencana kita lebih lanjut." "Jaga dirimu baik-baik, jangan memancing amarahnya." Mengangguk kecil sebagai jawaban, ia segera berbalik. Elina menggerakkan kecil tangannya untuk memanggil Irene. Ia tidak tahu apakah Aslan akan mendatangnya malam ini atau tidak, tapi satu hal yang dipahami, tidak boleh terburu-buru ketika kau membuat rencana besar dalam hidupmu, semua butuh proses. Elina juga meyakini bahwa penjahat tidak akan kekal hidup di dunia selamanya, ia pasti menang melawan lelaki itu. Dan menunjukkan kepada Dewa bahwa mereka tidak sia-sia memberikan darahnya pada Elina, juga kesempatan kedua karena terlahir kembali. Ia mengepalkan tangannya, aura merah menguar dari tubuhnya. Hanya segelintir orang yang tahu bahwa saat ini ratu Alasjar itu sedang dipenuhi tekad yang kuat. Tunggu, bukankah tadi dia ke perpustakaan ingin mencari buku? Mengapa ia pulang tidak membawa salah satu buku yang berada di perpustakaan, jika begini apa gunanya ia ke perpustakaan! **** Padahal dia sendiri yang bilang bahwa melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru tidak menghasilkan hasil yang bagus, tetapi nyatanya ketika ia benar-benar berada di posisi itu, ia juga tidak sabar. Aslan mengatakan padanya bahwa lelaki itu akan datang mengunjunginya seminggu sekali dan tadi malam lelaki itu baru saja meminum darahnya, itu berarti Aslan akan mengunjunginya tujuh hari kedepan. Erlina mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia sedang berpikir bagaimana caranya membujuk Aslan agar datang ke kamarnya. Apa ia harus mengunjungi lelaki itu ke ruangannya? Ia menggeleng kuat-kuat, tidak, Aslan pasti curiga padanya jika ia terburu-buru. Tapi bisa saja lelaki itu menganggapnya ingin berjalan-jalan, mengingat bahwa dirinya selalu dikurung dan dikucilkan. Menarik napas panjang, Elina keluar dari kamarnya. Ia langsung tersentak ketika tubuhnya menabrak seseorang yang berdiri di depan pintu kamarnya. Ia langsung mendongak dan matanya bertatapan dengan netra tajam milik Aslan. "Ya-Yang Mulia," sapanya gugup.  Ia membenci lelaki ini, tapi entah kenapa ketika berada di hadapannya Elina merasa gugup. Aslan menarik tangannya, lelaki itu membawa Elina ke kamarnya. Aslan sama sekali tidak bersuara, lelaki itu membimbing Elina untuk duduk di atas ranjang. Seluruh tubuh Elina menegang, apakah Aslan sudah mengetahui niat buruknya? "Sudah kukatakan kau akan tidur denganku setiap malam, bukan?"  Aslan menaikkan alisnya sebelah, menatap malas ke arahnya.  "Lagi pula, aku tidak tertarik padamu. Kau tidak perlu memasang wajah seperti itu." Elina mengatupkan kedua bibirnya, ia tidak membantah. Hanya menatap Aslan sinis. Sungguh, ia benar-benar tidak nyaman berada di sini.  "Bolehkah aku meminta sesuatu padamu, Yang Mulia? Sebagai hadiah pernikahan kita." Aslan tersenyum miring. "Apakah kau belum sadar posisimu di sini, permaisuri? Ratu hanya gelarmu, istri hanya statusmu. Pada dasarnya kau bukan siapa-siapa. Pantaskah kau meminta hadiah atas pernikahan kita?" Elina berdiri, ia menunjuk lehernya. "Kalau begitu, biarkan aku meminta hadiah dari kesakitan yang kurasakan." Aslan bertepuk tangan dengan gaya elegan. "Ternyata nyalimu besar juga, aku bisa memakluminya karena kau selalu tinggal di dalam ruangan terpencil di kerajaanmu. Aku akan memaafkan ayahmu karena telah mendidikmu menjadi putri yang tidak sopan. Mungkin kau belum tahu, bahwa aku bisa melakukan apa pun yang ku mau tanpa harus memikirkan kesakitan dari orang yang kusakiti." Elina kehilangan kata-kata, jika begini bagaimana bisa ia pergi dengan Sebastian? "Maafkan saya karena sudah lancang, Yang Mulia. Saya pikir setelah menikah bisa melakukan apa pun yang tidak bisa saya lakukan ketika di Damansus dulu, saya sudah berangan-angan terlalu jauh. Kalau begitu, selamat malam, Yang Mulia." Elina merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia buru-buru menutup matanya, tidak ingin melihat reaksi Aslan. Karena ia sudah bisa menebaknya, lelaki itu pasti berdiri dengan wajah datar dan menatapnya seolah-olah ia sudah gila. Tapi pikirannya salah ketika ia mendengar Aslan bertanya, "Hadiah apa yang kau inginkan?" Elina tidak langsung menjawab, ia ingin memastikan apakah pendengarannya yang salah atau memang lelaki itu menawarkan hadiah untuknya. "Aku tidak akan mengulangi ucapanku untuk yang kedua kalinya. Jadi jangan berpura-pura tuli." Elina langsung membuka kedua matanya, ia segera duduk dengan sopan. "Saya ingin berjalan-jalan di pasar, Yang Mulia. Saya akan menyamar, saya hanya ingin berbaur layaknya rakyat biasa. Saya ... saya ingin melihat dunia luar." "Aku akan ikut denganmu." Ia langsung melebarkan matanya, menatap Aslan secara langsung.  "Kenapa?" "Saya sangat senang jika Anda mau menemani saya, tapi ... tapi pergerakan saya tidak leluasa." "Pergerakanmu? Memangnya apa yang ingin kau lakukan? Kau merencanakan sesuatu di belakangku?" Elina langsung menggeleng kuat-kuat untuk menyangkal. "Bukan seperti itu, Yang Mulia. Anda penguasa bumi, saya ... saya merasa tidak pantas jika jalan berdua dengan Anda." Aslan tersenyum miring "Aku tidak akan jalan di sampingmu. Aku hanya ikut denganmu ke pasar, bukan berarti aku menemanimu." Elina menunduk, wajahnya tampak lesu. Jika Aslan ikut sudah pasti mereka tidak bisa bertemu. Dengan lemah ia kembali membaringkan tubuhnya.  "Aku tidak jadi pergi bersamamu. Kau tidak perlu memasang wajah seperti itu. Tapi sebelum aku membebaskanmu, aku akan meminum darahmu terlebih dahulu, malam ini juga."  Senyum Elina mengembang. Ia memiringkan rambutnya dan menyerahkan lehernya secara sukarela. Aslan tersenyum sinis. Tanpa Elina sadari perbuatannya yang terlalu bersemangat membuat Aslan curiga. Selama ini pengamatan Aslan tidak pernah salah, untuk saat ini ia akan membiarkan wanita itu bermain-main terlebih dahulu.  Aslan mendekat, taringnya langsung muncul ketika aroma darah Elina tercium, ia pernah meminum darah keturunan dewa-dewi yang lain, tetapi entah mengapa tidak ada darah mereka yang selezat Elina.  Mungkin karena wanita ini tidak pernah berinteraksi dengan makhluk-makhluk yang lain, dia selalu dikurung, mungkin karena hal itu darahnya terasa berbeda. Jauh di dalam hatinya Aslan yakin bahwa yang saat ini menjadi istrinya bukanlah Daviana yang asli, melainkan jiwa keturunan dewa-dewi yang sudah mati. Jika begini, apakah yang saat ini berada di tubuh Daviana adalah keturunan dewa-dewi yang suci? Jantungnya berdetak, menandakan ada bahaya di sekitarnya.  Saat ini ia memang berada di kerajaannya dan tidak jarang orang ingin membunuhnya di dalam kerajaannya sendiri, tetapi hal itu sangat jarang, terlebih, ketika ia berada di dalam kamarnya.  Aslan sudah membuat pertahanan diri yang kuat di sekitar kamarnya. Alasan mengapa hingga saat ini ia tidak bisa dikalahkan adalah jantungnya, yang selalu memberi alarm agar ia segera bersiap-siap melindungi diri saat ada bahaya yang berada di sekitarnya.  Aslan sendiri tahu bahwa jantung yang saat ini berada di dalam tubuhnya adalah jantung buatan. Jantungnya yang asli berada di pegunungan Moroa, itu adalah kelemahannya. Jika musuhnya tahu bahwa ia punya jantung di pegunungan itu, maka mereka berlomba-lomba untuk mencarinya. Sebab, kelemahan Aslan berada di jantung aslinya.  Aslan tidak langsung menancapkan taringnya ke leher Daviana, ia menunggu hingga jantungnya kembali tenang. Tidak ada tanda yang menunjukkan akan adanya bahaya, itu berarti satu-satunya bahaya yang berada di sekitarnya adalah permaisurinya sendiri. Tidak salah lagi Daviana memang merencanakan sesuatu yang buruk. Lihat saja ia akan meminum darah wanita ini hingga habis, sehingga apapun itu rencana jahatnya yang akan dilakukan besok terhalang karena tubuhnya yang lemah. Aslan menghembuskan napasnya di leher Daviana, hingga membuat wanita itu kegelian. Lalu tanpa membuang waktu lebih lama lagi, ia menancapkan kedua taringnya ke leher wanita itu.  Elina langsung mendongak, Aslan meminum darahnya dengan rakus. Ia bisa merasakan darahnya tersedot, seluruh tubuhnya melemah. Hingga perlahan pandangan matanya mengabur, dadanya terasa sesak. Elina jatuh, tidak sadarkan diri. Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN