"Jani, Mama sama Papa mau bicara bentar. Penting banget, kalau Jani main sama dek Huda dulu nggak apa-apa, ya. Mama anterin sekarang." Wajah Rinjani tampak kebingungan, namun aku tidak punya pilihan lain selain mengungsikannya, mungkin Rinjani akan berpikir jika aku ini tengah mengusirnya yang ingin menghabiskan waktu dengan Papanya. Mata kecil tersebut beralih ke arah Papanya, bukannya mempermudah segalanya agar cepat selesai, Mas Juan justru memperumit segalanya. "Sudahlah, Dek. Bicaranya bisa nanti-nanti, kasihan si Jani. Dia cuma pengen kumpul sama kita loh." Aku berdecak kesal, benci sekali rasanya aku dengan sikapnya yang sok bijak ini. Sekarang, kembali lagi suamiku ini memerankan sosok yang penyayang, dia lupa apa berbulan-bulan ini dia bahkan tidak punya waktu untuk anaknya? Ke