Kebahagiaan Damar

1546 Kata
"s**t!" umpat Damar sembari memukul-mukul stir mobil, dia merutuki kebodohannya yang tanpa permisi telah mencium Khanza. Damar masih betah memandangi rumah Khanza dari dalam mobil, dia tak menghiraukan meski malam kian merangkak yang ada di benaknya hanya bagaimana cara dia untuk bisa mendapatkan maaf dari gadis cantik itu. Damar mendesah, dia bingung harus dengan cara apa agar Khanza mau memaafkan. Berharap Khanza keluar menemui dirinya tapi, yang di harapkan tak kunjung hadir. Di lirik sekali lagi rumah itu, tetap keadaannya tak berubah masih sepi hingga tak terasa kantuk menyerang dia. Damar terlelap di dalam mobilnya hingga siang menjelang dengan posisi tidur membungkuk mendekap stir mobilnya. Suara ribut-ribut terdengar dari luar mobil, tak lama ketukan di kaca pintu pun terdengar. Damar yang kesadarannya masih belum kumpul tiba-tiba di kagetkan dengan suara seseorang yang memanggi-manggil. Dia menoleh ke sumber suara dahinya mengernyit melihat ke sekeliling. Dia baru sadar kalau ternyata tertidur hingga semalaman di dalam mobil. Damar masih terdiam, dia belum beranjak dari jok mobilnya. Dia sejenak merenggangkan otot-otot tubuhnya yang rerasa kaku karena semalaman tidur dengan posisi duduk. Di rasa telah cukup mengembalikan kesadarannya dan juga badannya yang cukup rileks kembali, Damar gegas membuka pintu mobilnya dan ternyata sudah banyak orang-orang berkumpul mengelilinginya. Tatapan tajam dari seorang wanita seakan menusuk tembus ke dalam dadanya. Mata mereka beradu pandang wanita itu mendengus membuang muka. Damar menghembuskan napas gusar ternyata sang wanita masih memendam benci pada dirinya. "Maaf, Nak. Tadi Bapak mengetuk kaca mobil kamu, Bapak kaget ada mobil mewah terparkir di halaman rumah. Setelah Bapak tanya pada Khanza ternyata kamu temannya, kenapa tidak istirahat di rumah saja malah memilih tidur di dalam mobil?" ucap seorang Bapak begitu ramah pada Damar. Damar hanya bisa mengusap tengkuknya sesungguhnya dia malu karena telah tidur di situ. Semalam dia benar-benar tidak ingat kalau dia telah tidur, ketika dia terus menunggu Khanza untuk menemuinya gadis itu tak kunjung keluar kembali. "Maaf, Pak, saya sudah tidak sopan numpang parkir di halaman rumah Bapak tanpa permisi. Mungkin karena lelah saya sampai ketiduran di sini. Sekali lagi maafkan saya," ucap Damar sembari menangkupkan kedua tangannya. "Tidak apa, Nak. Hanya yang Bapak sesalkan itu kamu sebagai temannya anak saya kok, malah tidur di mobil bukannya di rumah apalagi kamu ke sini setelah mengantar Khanza. Kamu juga Za, kenapa sampai membiarkan teman kamu tidur di luar, bukannya di ajak masuk." Pak Rahman menegur anak gadisnya itu. Sedangkan Khanza mendengus sebal, dia menoleh ke Damar yang tengah mengulum senyum padanya. "Aku kan, tidak tahu kalau Damar masih berada di sini Pak, lagian kata dia hari ini mau balik ke Bali lagi. Aku kira setelah mengantarkan pulang dia langsung balik. Jadi, bukan salahnya aku dong, dianya aja yang mau tidur di situ kali," ucap Khanza sekenanya. Pak Rahman yang mendengar jawaban dari sang anak geleng-geleng kepala dia tak menyangka Khanza akan menjawab seperti itu. Damar sendiri hanya nyengir melihat jawaban ketus dari sang gadis. "Iya, Pak, ini salah saya malah ketiduran di sini. Em, saya pamit dulu maaf telah mengganggu kenyamanan keluarga Bapak. Za, aku pamit nanti sore aku terbangnya, kuharap kamu mau memaafkan aku." Damar berucap penuh harap pada Khanza. Khanza sendiri hanya menatap Damar, tapi, seulas tersungging senyum tipis di bibir seksinya. Orang-orang yang sempat berkerumun kini telah membubarkan diri setelah tidak ada hal yang mencurigakan dalam mobil tersebut, mereka sempat heran karena ada mobil mewah yang terparkir di sana. "Apa tidak sebaiknya, Nak Damar masuk dulu kerumah kami? Di rumah Nak Damar bisa istirahat sebentar sambil minum teh," tawar Pak Rahman bapaknya Khanza. Dalam hati Damar sagat girang sesungguhnya dia ingin masuk dulu ke dalam rumah Khanza, tapi, melihat tatapan sang wanita yang terlihat tak suka dia pun urung meski hatinya ingin. "Mungkin lain waktu saja Pak, saya berkunjung ke rumah Bapak itu juga jika di perbolehkan." Damar berkata sembari melirik ke arah Khanza, dia ingin melihat bagaimana ekspresi dari gadis tersebut. Muka Khanza sendiri terlihat datar seolah dia tak mengetahui apa pun yang di obrolkan bapaknya dan Damar. Laki-laki itu hanya bisa menghembuskan napas kasar ternyata susah sekali meluluhkan gadis keras kepala yang ada di hadapannya itu. "Tidak Nak Damar, sebaiknya mampir lah barang sebentar saja. Khanza, ayo, ajak Nak Damar ke rumah biar kita ngeteh dan ngemil bareng bukannya tadi ibumu sudah membuat cemilan?" ucap Pak Rahman tak mau di bantah. Mendengar perintah dari Pak Rahman yang tak mau di bantah pun akhirnya Khanza nurut dia mempersilakan Damar untuk masuk ke rumahnya. Meski dalam hati tak rela. Damar berjalan mengikuti langkah kaki Khanza dan Pak Rahman, dalam hati dia bersorak sebab si gadis jutek itu akhirnya luluh juga mengajak dia masuk. Sampai di dalam rumah, Damar di persilakan untuk duduk dan di temani ngobrol oleh Pak Rahman. Sedang Khanza sendiri di suruh untuk mengambil minuman. Tak lama Khanza datang dengan membawa nampan berisi minuman dan juga cemilan. Merasa tak tahan ingin buang air kecil, Damar memberanikan diri untuk ikut numpang ke kamar mandi. Khanza yang awalnya ragu, akhirnya mempersilakan lelaki bule itu untuk memakai toilet yang ada di kamar pribadinya sebab toilet yang berada di luar sedang ada yang memakai. Damar memperhatikan setiap sudut kamar Khanza, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum ternyata gadis jutek dan keras kepala itu mempunyai imajinasi tinggi terlihat dari tata letak interior kamarnya yang tidak terlalu besar tapi, enak di pandang dan juga sangat rapi. "Damar, kau masih di situ? Maaf, kukira kau sudah keluar," ucap Khanza sambil menundukan kepala dia tidak sanggup untuk bertemu pandang dengan bule itu, apalagi melihat Damar yang bertelanjang d**a dengan perut kotak-kotaknya. Damar menghampiri Khanza yang tengah diam mematung, dia lantas berkata. "Iya, Za. Aku baru selesai dari kamar mandi tapi, baju aku basah tadi kesiram air bisakah kamu meminjamkan baju untukku?" "Ba-baju? Maksud kamu aku harus meminjamkan baju untukmu, mana muat Damar postur tubuh aku dan kamu itu sangat jauh. Lagi pula aku ini perempuan, memangnya kamu mau pakai baju perempuan?" tanya Khanza dengan suara terbata-bata sambil menahan senyum. Dia membayangkan jika Damar memakai baju dirinya pastinya akan terlihat lucu. "Ayo, lah, Za. Mungkin kamu punya kaos yang besar yang bisa kamu pinjamkan untukku. Aku malu masa iya, harus telanjang d**a ke luar rumah. Tadi, beneran baju aku tak sengaja ke siram." Damar berkata sambil memelas berharap Khanza memberi pinjaman. "Ckk, nyusahin aja kamu tuh, Damar. Sebentar aku cari dulu, lagian kaya anak kecil aja pake kesiram segala," omel Khanza sambil mendelik sebal, tapi, meski ngomel-ngomel tangan dia tidak diam terus mencari-cari baju yang kiranya cukup untuk di pakai Damar. Lama mencari akhirnya dia menemukan kaos oblong milik Reno sang mantan, Khanza mengambilnya dan langsung menyerahkan pada Damar. "Nih, ada juga ini, mudah-mudahan muat karena aku tidak punya lagi itu juga milik... " Khanza tidak meneruskan obrolannya dia pun langsung terdiam. "Milik siapa baju ini, Za? Kenapa kamu tidak meneruskan omongan kamu itu?" tanya Damar penasaran. "Sudah lah, Damar itu tak penting. Sekarang lebih baik kamu pakai bajunya, aku risih melihat kamu seperti itu. Dan maaf lebih baik kamu segera pergi dari rumah aku," usir Khanza begitu tega. "Kamu ngusir aku, Za, Kenapa? Padahal aku masih betah tinggal di sini, rumah dan keluarga kamu sangat hangat. Aku dari dulu bermimpi untuk punya keluarga hangat seperti ini. Boleh sebentar saja aku tinggal lebih lama di sini? Aku, juga mau minta maaf soal yang semalan yang telah men... " Damar tidak bisa melanjutkan ucapannya sebab bibir dia sudah di bekap tangan Khanza. "Damar! Sudah lah, tidak usah membahas lagi soal yang semalam. Lupakan semua itu, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Yang terpenting sekarang kamu cepat pakai dulu bajunya." Khanza berkata sambil melotot, dia sebal pada lelaki bule ini yang terlalu banyak omong. "Baik lah, akan aku pakai tapi, tolong singkirkan dulu tangan kamunya aku susah mau memasukan bajunya karena terhalang tangan kamu." "Oh, iya, aku lupa. Sorry!" ucap Khanza sambil nyengir. Khanza beranjak keluar kamar, dia tidak ingin terus berduaan dengan Damar karena takut terjadi fitnah. Tak lama Damar pun menyusul dia keluar. Sekilas Khanza menatap Damar yang memakai kaos warna hitam, memang terlihat pas di tubuh Damar yang tinggi tegap juga kulit putihnya. Membuat si bule itu, ganteng paripurna. Bu Mila yang sejak tadi baru melihat Damar keheranan, karena dia tidak mengetahuinya. Dikira dia ada bule nyasar ke rumahnya ternyata setelah Khanza jelaskan bahwa Damar itu teman dia, Bu Mila pun mengerti dan langsung menyuruh Damar untuk makan bareng mereka. Damar begitu antusias mendapat ajakan makan dari Bu Mila, sebab dia merasa di hargai dan juga berasa mempunyai keluarga yang harmonis seperti sekarang. Bibirnya tak lepas menebar senyum bahagia, Khanza yang melihatnya hanya bersikap tak acuh. Dia cuek aja dengan apa yang di lakukan Damar dengan keluarganya. Bahkan setelah acara makan pun, dia langsung masuk ke kamarnya tak lagi menemani Damar. Sedangkan Damar sendiri dia melihat-lihat keliling halaman rumah Khanza yang kebetulan di tanami, bunga dan berbagai macam sayur dan buah-buahan. Damar tersenyum lebar melihat buah-buahan itu, yang tengah pada berbuah lebat. Dia mencoba untuk memetik buah-buahan itu sendiri setelah di suruh oleh Pak Rahman dan Bu Mila. Sungguh dia merasa bahagia sebab bisa bertemu dengan keluarga Khanza seperti sekarang ini. Berasa bosan dan juga karena akan terbang ke Bali akhirnya Damar izin pamit untuk pulang pada kedua orang tua Khanza. Seandainya Khanza mau menemani mungkin dia tidak akan bosan tapi, nyatanya gadis itu tidak mau keluar dia mengurung diri di kamarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN