Edric masih berdiri menunggu di samping pintu bar sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana. Ia bergidik sendiri merasa dingin mulai menyerang tengkuknya. Pemuda berbadan tegap itu mendecak samar karena menyesal tidak memakai pakaian yang tebal tadi. Hanya memakai kemeja seadanya dengan kaos putih polosnya. Kalau tahu cuaca akan sedingin ini, ia akan memakai mantel tebalnya. Edric menaikan alisnya tinggi saat melihat beberapa orang berbondong-bondong masuk ke dalam bar sembari tergelak bersama. Menikmati kebersamaan mereka seakan tiada hari esok. Berbeda dengan ia dan Elang yang berusaha saling menguatkan satu sama lain agar bisa mencapai tujuan mereka berdua. Ia menghela samar sesaat, mengingat lagi pertemuan pertamanya dengan Elang di depan rumah Jeremy saat itu lalu mereka b