bc

Mata Elang

book_age16+
253
IKUTI
1.4K
BACA
dark
others
mystery
loser
vampire
male lead
realistic earth
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Kisah Erlangga, Vampire ODD-EYE yang berjuang agar bisa hidup berdampingan dengan manusia. Banyak manusia yang terbunuh, itu adalah ulah Vampire yang ingin menguasi bumi. Berusaha untuk memusnahkan populasi manusia agar Vampire menjadi satu-satunya yang tersisa. Namun, Elang tidak membiarkan itu semua. Elang berusaha sekuat tenaganya agar manusia dan Vampire bisa hidup berdampingan tanpa ada rasa cemas dan takut.

Cover By: graphic vii / Novia Sarah

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Hujan turun dengan derasnya. Suara petir terdengar saling menyahut di atas langit mendung itu. Di tengah hutan yang gelap, terlihat sepasang suami istri tengah berlari kuat dengan menggendong kedua anak mereka.   Sang suami tidak henti-hentinya menoleh ke arah istrinya yang nampak kelelahan karena perutnya yang terlihat terluka karena diserang mendadak di dalam rumahnya. Disaat mereka hendak sedang makan malam bersama, namun para mahluk menyeramkan itu datang menyerang dengan membabi-buta. Jumlah mereka pun lebih dari ratusan, hanya untuk membunuh satu keluarga itu.   "Bagaimana ini, mereka semakin dekat ... kita harus bagaimana?" Panik sang istri sembari berlari ketakutan. "Kita harus sampai di depan goa sana, setidaknya mereka akan kesulitan untuk ke sana." Balas suaminya masih dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan. "Aku sudah tidak kuat lagi," kata istrinya lagi sudah menangis membuat lelaki jangkung bertubuh tegap itu menghentikan langkahnya.   "Tinggal sedikit lagi, kamu harus bawa anak-anak sampai ke dalam goa sana. Aku akan berusaha menghalangi jalan mereka, karena kekuatanku sudah tidak sekuat dulu ... aku hanya bisa bertahan sebentar saja." Ujarnya menatap sang istri tepat.   "Ayah, ibu ... kita mau kemana?" Keduanya tersentak kecil dengan mata mengembun. "Kita akan bermain di dalam sana, ayah kan sudah berjanji ... untuk membawa kalian jalan-jalan." Jawab ayahnya dengan tersenyum lebar, berusaha menyembunyikan kepanikannya.   "Elang masih tidur, apa sebaiknya Julian bangunkan saja?" Kekeh anak berumur tujuh tahun itu dengan mencolek-colek telinga adiknya yang mendengkur samar. "Jangan, Lian. Sekarang kamu, ibu sama adikmu pergi duluan ya ... ada yang mau ayah lakukan terlebih dahulu." Ujar ayahnya kembali tersenyum lembut.   "Julian boleh ikut?"   Ayahnya tidak menanggapi sudah berdiri menjulang tinggi. Lelaki jangkung itu perlahan mengeluarkan kedua taringnya, mata cokelatnya bertransformasi memerah seperti darah segar. Kedua tangannya mengeluarkan kuku tajamnya membuat aura di sekitarnya makin mencekam menakutkan.   Istrinya sudah kembali berlari dengan menggendong satu anaknya, sedangkan yang satunya lagi ia genggam tangannya erat. Wanita berambut panjang terurai itu makin berlari kuat dengan sesekali menoleh ke arah sang suami yang sedang menunggu lawannya.   Maura, menghentikan larinya dan  berjongkok sembari menatap Julian tepat.   "Julian, kamu janji sama ibu ya selalu jagain adik kamu ... ibu tidak bisa membiarkan ayah kamu sendiran sekarang."   "Kenapa, ibu? Ada apa sebenarnya?"   Maura merunduk samar dengan menatap Elang yang masih enggan untuk membuka matanya. Terlalu nyaman tidur dalam dekapan sang ibu. "Dengar, sekarang keluarga kita diserang oleh vampire-vampire yang ingin memusnahkan keluarga kita." Julian masih mengerjapkan matanya tidak paham dengan tersentak kecil saat mendengar suara dentuman kuat di depan sana.   "Kenapa mereka mau menyerang kita? Apa salah keluarga kita?"   "Ibu juga tidak tahu, sekarang bawa adik kamu bersembunyi di goa sana. Janji sama ibu untuk tidak melepaskan genggaman adikmu, mengerti?"   "Tapi, ibu?"   "Julian! Kamu anak sulung, kamu harus menjaga adikmu kan? Ibu mohon, sekarang pergi ... jangan biarkan kematian ayah dan ibu menjadi sia-sia."   Julian sudah mendenguskan hidungnya dengan menatap ibunya yang sudah membangunkan Elang. Anak berumur enam tahun itu perlahan membuka mata dan sontak tersenyum berbinar menatap sang ibu.   "Ayo, Elang! Kita pergi!" Ujar Julian sudah menarik tangan adiknya membuat anak kecil yang masih setengah sadar itu menurut saja dengan menoleh pelan melihat ibunya sudah melesat dari satu pohon ke pohon lain.   Julian masih menggenggam erat tangan Elang dengan menahan air matanya yang hendak tumpah ruah. Anak itu lalu berlari masuk ke dalam goa dengan berjalan hati-hati memasuki tempat gelap itu. Di bawahnya mengalir sungai kecil dan disekelilingnya nampak beberapa kelelawar tertidur di rongga-rongga goa.   Julian sudah menggendong Elang yang masih tertawa pelan karena bisa melihat air sungai sedekat ini. Biasanya keluarga mereka jarang keluar rumah dan menikmati bermain dengan air yang sejuk itu.   "Kak Lian, ayah sama ibu kemana?" Julian tidak menjawab hanya menghela napasnya samar. "Kak Lian?"   "Mereka pasti datang, kita tunggu saja." Balas Julian pelan, walau ia sendiri merasa ragu dengan ucapannya. "Tadi aku lihat ... ibu berubah, biasanya ibu gak pernah mau mengeluarkan taringnya. Apa ibu dalam bahaya?" Julian menghentikan langkahnya dengan perlahan menurunkan Elang dalam gendongannya.   "Apapun yang terjadi, maafin Kak Lian ya?"   "Hng?" Julian langsung mencengkram erat leher Elang sampai membantingnya ke dinding goa membuat sang adik langsung tidak sadarkan diri.   Julian menggigit bibirnya yang bergetar pelan lalu merunduk memeluk adiknya erat. "Kak Lian gak bisa biarin ayah dan ibu sendirian, kamu harus bertahan hidup ya ... semoga ada manusia yang menemukanmu di sini. Kak Lian minta maaf," ujar anak kecil itu dengan sekali lagi memeluk adiknya erat. Ia menyempatkan menyenderkan kepala Elang pada dinding Goa.   Julian sudah berlari keluar dengan mengeluarkan taringnya yang baru beberapa bulan tumbuh. Walau umurnya masih tujuh tahu, tapi Lian sudah sering latihan dengan ayahnya. Bagaimana cara menggunakan kekuatannya dengan benar agar tidak melukai dirinya sendiri. Berbeda dengan Elang yang sama sekali tidak bisa mengeluarkan taringnya, bahkan adiknya itu sudah seperti manusia. Dan anehnya dia tidak mengkonsumsi darah segar seperti orang tua dan kakak sulungnya. Elang hanya memakan makanan manusia, dan sama sekali tida memuntahkannya kembali seperti kedua orang tuanya.   Julian makin mempercepat langkahnya, ia mengintip dari balik pohon. Ibunya sudah bertarung dengan mencakar sana-sini musuh di depannya. Dengan sesekali menarik mereka kasar dan menghantam mereka dengan kekuatannya. Berbeda dengan sang ayah yang menjulurkan tangannya dan langsung menembus keluar jantung musuhnya membuat salah satu sosok berjubah yang berdiri tenang di depan sana tersenyum miring. Seperti menikmati sebuah pertunjukan.   Julian tersentak kaget saat tatapan sosok jangkung itu bertubrukan dengannya. Julian makin bergetar kecil karena sosok itu malah tersenyum manis dengan melambai kecil ke arah Julian seakan menyambut kedatangannya.   "Cepat selesaikan pertunjukannya, aku benar-benar bosan sekarang." Katanya membuat dua orang yang berdiri bersamanya maju dan langsung mencengkram leher Maura kuat sampai wanita itu terbatuk kecil dan berusaha melepaskan diri. Namun, sosok yang menyerangnya terlalu kuat itu makin memperkuat cengkramnnya sampai kuku-kuku tangannya menekan leher jenjang Maura. Perlahan darah segar mengalir dari sana membuat Arlan, sang suami memekik kuat.   "Lepaskan!"   Arlan hendak melawan namun gerakannya terhenti saat sosok berjubah tadi melangkah mendekat. Tubuhnya seperti dikutuk membuat Arlan tidak bisa bergerak sama sekali. Tangannya yang ingin mencakar masih menggantung diudara dengan tatapan tajamnya yang mengarah pada sosok itu.   Sosok berwajah tenang itu berjalan ke sampingnya dengan merunduk pelan melihat wajah Arlan dari dekat.   "Kurang lengkap kalau kalian berdua saja yang mati di sini,” katanya lalu menjulurkan tangan membuat Julian yang berada di balik pohon tertarik kuat dan langsung dicengkramnya kuat. Arlan dan Maura memekik kuat berusaha memohon agar Julian tidak dibunuh namun sosok itulah bukanlah sosok yang bermurah hati. Satu keluarga itu pun akhirnya dimusnahkan dalam sekejap mata. “Sekarang kita kemana, tuan?” Sosok itu tersenyum miring dengan menatap jauh Goa di depan sana. “Sepertinya ada yang tersembunyi di sana.”    

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Romantic Ghost

read
164.4K
bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
22.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
7.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook