"Bukannya aku mau mengelak, Oza. Tapi, aku dan Hande memang tidak memiliki masalah apa pun. Dari dulu, hubungan kami baik-baik saja sampai sekarang."
"Apa kau yakin?" tanya Ozawara ragu.
"Sejujurnya, tidak," sahut Lakeswara lesu. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Apa yang membuatmu tidak yakin?" tanya Ozawara penasaran.
"Sebelumnya, hubungan kami baik-baik saja. Bahkan setiap malam, kami selalu menyatu. Tapi, tadi sore setelah aku pulang dinas dari luar kota. Aku menemukan pengaman di tempat sampah kamar mandi kami. Hande juga berbohong padaku berkali-kali hari ini," jelas Lakeswara menatap langit-langit ruangan sendu.
"Ini, sih, tidak perlu diragukan lagi, Lake. Hande sudah jelas main api di belakangmu. Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ozawara ingin tahu keputusan apa yang akan adiknya ambil.
"Aku akan menyelidiki Hande lebih dulu," jawab Lakeswara.
"Kenapa tidak langsung kau ceraikan saja? Dia berani berhianat dan berani tidur dengan laki-laki lain. Terlebih, di rumah kalian sendiri."
Ozawara tidak habis pikir dengan pemikiran adiknya. Jika posisinya ada pada Lakeswara. Mungkin ia akan langsung pergi ke pengadilan negeri dan menceraikannya.
"Aku ingin tahu siapa pria yang berani naik ke atas ranjangku bersama Hande. Aku juga ingin tahu alasan Hande selingkuh di belakangku," jawab Lakeswara.
Selama satu tahun pernikahan, Lakeswara selalu bersikap mesra dan berusaha menuruti keinginan Hande. Apalagi keinginannya di atas ranjang. Lakeswara selalu memberikan yang terbaik. Bahkan, Hande selalu dibuat tidak bisa berkutik. Setiap hari, mereka tidak pernah absen melakukannya. Kecuali ketika Lakeswara sedang dinas keluar kota.
Untuk masalah ekonomi, Lakeswara tidak bisa diragukan lagi karena pria itu seorang pengusaha sukses. Uang bulanan yang pria itu berikan pada Hande pun tidak main-main jumlahnya. Lalu, apa kurangnya Lakeswara sampai-sampai Hande berselingkuh di belakangnya?
"Astaga, Lake! Aku tidak menyangka kau bisa sesabar ini. Seandainya dulu kau mau mendengar nasehatku untuk menerima cinta Hexa dan menikah dengannya alih-alih memiliki Hande. Mungkin kau tidak akan dihianati seperti ini."
Hexagon merupakan sahabat Ozawara yang juga sahabat Lakeswara. Sejak dulu, Hexagon sangat menyukai Lakeswara hingga pernah sekali mengutarakan perasaannya. Namun, demi menjaga persahabatan mereka. Lakeswara memilih menolak cinta Hexagon dan memilih untuk tetap bersahabat sampai sekarang.
Selain persahabatan mereka yang bertahan sampai sekarang. Perasaan Hexagon pun masih tetap bertahan sampai sekarang. Entah apa yang membuat wanita itu tetap mempertahankan perasaannya, sementara Lakeswara sudah menikah dan memiliki seorang istri.
"Kau tahu alasannya, Za. Jadi, jangan pernah mengungkit masalah itu lagi," protes Lakeswara.
"Tidak, aku sama sekali tidak tahu. Alasan bodohmu itu tidak bisa masuk di kepalaku," sergah Ozawara.
Ia pikir, alasan yang Lakeswara buat benar-benar bodoh. Untuk apa takut persahabatan mereka hancur dan membayangkan kandasnya hubungan mereka, sementara Lakeswara sendiri belum mencobanya? Jika dulu ia menerima cinta Hexagon dan menikah dengannya. Mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.
"Terserah kau saja mau percaya atau tidak," balas Lakeswara beranjak berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Kau mau ke mana? Aku belum selesai berbicara denganmu, bodoh!" teriak Ozawara kesal.
"Aku mau main sama Res dan Sky. Kepalaku bisa tambah pusing kalau harus berlama-lama berhadapan denganmu," balas Lakeswara memutar kenop pintu dan keluar.
Lakeswara bermain dengan keponakannya selama satu jam. Lalu, ketika waktu makan malam tiba. Pria itu mendapat telepon dari seseorang. Yah, seseorang itu adalah Hexagon. Wanita itu mengajak Lakeswara makan malam di luar untuk membicarakan masalah pekerjaan.
Sejak dulu, perusahaan keluarga Hexagon memang sudah bekerjasama dengan perusahaan keluarga Lakeswara. Perusahaan Hexagon merupakan perusahaan di bidang properti dan real estate. Sedangkan perusahaan Lakeswara merupakan perusahaan di bidang konstruksi. Jadi, setiap ada pembukaan perumahan baru. Hexagon akan membicarakannya dengan Lakeswara selaku CEO di PT. Candramawa Tbk.
"Apa kabar, Lake?" sapa Hexagon ketika sampai di restoran dan mendapati Lakeswara sudah menempati posisinya.
"Aku baik. Kau sendiri bagaimana?"
Mereka berdua memang akhir-akhir ini jarang bertemu. Mereka hanya akan dipertemukan ketika membahas masalah pekerjaan. Di luar itu, mereka tidak pernah bertemu. Tentunya setelah Lakeswara menikah dengan Hande.
"Kita mau makan dulu atau mau bahas masalah pekerjaan dulu?" tanya Hexagon karena saat ini sudah waktunya makan malam.
"Kita bahas masalah pekerjaan dulu saja, deh. Lebih enak kalau kita makan setelah pekerjaan kita selesai," balas Lakeswara.
"Bukannya terbalik?" tanya Hexagon mencebik.
"Aku tahu, tapi aku sedang tidak berselera makan. Atau jangan-jangan kau sudah lapar?" tunjuk Lakeswara tersenyum tipis.
"Tidak juga. Aku bukan tipe orang yang akan kesulitan bekerja hanya karena perutku kosong. Mau kosong atau penuh, pekerjaanku selalu memuaskan," puji Hexagon pada dirinya sendiri.
"Ya, ya, ya. Dari dulu, kau memang selalu bisa diandalkan. Ya sudah, kita mau mulai dari mana pembahasannya?"
"Sebentar. Ini berkas-berkasnya dan kau bisa lihat dulu," sahut Hexagon sambil menyodorkan berkas pada Lakeswara.
Pria itu pun langsung sibuk memeriksa lembar demi lembar dokumen itu. Sementara Hexagon, wanita itu menatap ke sembarang sekedar mencari alasan agar tidak menatap Lakeswara terus-menerus.
"Lake?" panggil Hexagon.
"Hmm, kenapa?" tanya Lakeswara tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas itu.
"Itu Hande, bukan? Kok, sama laki-laki lain, sih?" tanya Hexagon tidak yakin.
Sontak, Lakeswara langsung mengangkat kepala menatap kaget ke arah Hexagon.
"Coba kau lihat ke arah jarum jam lima. Di sana, Hande sedang makan bersama seorang laki-laki sambil berpegangan tangan," ujar Hexagon fokus menatap ke arah meja makan Hande.
Lakeswara yang begitu penasaran langsung menoleh ke arah jarum jam lima. Ia melihat Hande sedang tersenyum menatap sosok laki-laki yang ada di depannya. Sayang seribu sayang, posisi laki-laki itu membelakanginya. Jadi, Lakeswara tidak bisa melihat siapa sosok laki-laki itu yang ia yakini sebagai selingkuhan Hande, istrinya.
"Itu benar Hande bukan, sih, Lake? Kok dia malah makan malam dengan laki-laki lain dan terlihat sangat mesra?" tanya Hexagon lagi karena Lakeswara tak kunjung menjawab.
"Bu-bukan, dia bukan Hande. Sepertinya kau salah lihat saja," sergah Lakeswara.
Kegugupannya membuktikan bahwa wanita itu memang benar Hande, istrinya. Tapi, ia tidak ingin masalahnya diketahui oleh Hexagon dan membuatnya malu. Malu karena telah memilih orang yang salah dan menolak cintanya.
"Ah masa, sih, aku salah lihat? Sudah jelas-jelas dia Hande. Dari gaya rambutnya dan caranya tersenyum sudah jelas dia," kekeh Hexagon.
"Kalau aku bilang bukan berarti bukan. Kenapa kau bawel sekali, sih?" ketus Lakeswara.
"Tidak, aku yakin dia Hande. Kalau kau tidak percaya, aku akan ke sana dan memastikannya sendiri," ujar Hande lekas beranjak berdiri. Namun, Lakeswara bergegas mencekal tangannya.
"Untuk apa? Lebih baik kita selesaikan saja pekerjaan kita dan kita bisa memesan makanan. Perutku lapar dan aku harus segera makan."
"Ada apa denganmu? Kenapa kau aneh sekali?" tanya Hexagon curiga. Tidak biasanya Lakeswara bersikap seperti itu di depannya.
"Ti-tidak, tidak apa-apa. Lebih baik kau duduk dan selesaikan pekerjaan kita secepatnya," balas Lakeswara terbata.
"Ya sudah kalau kau baik-baik saja. Pokoknya aku harus memastikannya sendiri kalau dia memang benar Hande," ujar Hexagon bersikeras untuk menghampiri Hande.
Wanita itu melangkah ke depan dengan tatapan mata yang tertuju pada Hande. Ia harus memastikannya sendiri bahwa penglihatannya tidak salah.