2. Istri Yang Pandai Berbohong

1016 Kata
"Halo, Ma." "Halo, Lake. Tumben sekali kau menghubungi mama. Ada kabar apa?" Sudah lama sekali aku tidak menghubungi Ibu dan ayah mertuaku. Mungkin sekitar tiga sampai empat bulan karena kesibukanku mengurus perusahaan. "Kabar Lake sehat, Ma. Lake cuma kangen saja sama Mama. Karena sibuk mengurus perusahaan, Lake tidak pernah mengunjungi Mama dan Papa. Tapi, kabar Mama sama Papa sehat, 'kan?" "Mama paham, kok. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Kabar mama dan Papa juga sehat. Kau sendiri, bagaimana?" "Syukurlah kalau begitu. Lake juga sehat, Ma. Nanti kalau Lake agak senggang, Lake main ke rumah ya, Ma. Sekarang Lake ada pekerjaan penting. Jadi, sudah dulu ya, Ma." "Iya, Lake. Kau tidak perlu memaksakan diri untuk datang ke sini. Mama dan Papa mengerti posisimu." "Iya, Ma, terima kasih banyak atas pengertiannya. Salam buat Papa ya, Ma. Lake kerja dulu." Lakeswara mengakhiri panggilan setelah memastikan kebohongan Hande, istrinya. Entah sejak kapan Hande menjadi istri yang pandai berbohong. Padahal sebelumnya, wanita itu sangat-sangat mencintai Lakeswara. Terlebih dengan service yang Lakeswara berikan. Entah itu semalam dua sampai tiga kali. Entah dalam keadaan lelah karena bekerja lembur. Setiap hari, Lakeswara selalu bisa memuaskan hasrat seksual Hande. Tidak pernah sekalipun mereka libur melakukan hubungan suami istri. Kecuali ketika Lakeswara terpaksa harus dinas keluar kota. "Oke. Baru beberapa menit yang lalu dan kau sudah berkali-kali membohongiku. Sebenarnya apa maumu, Hande?" Lakeswara meremas ponselnya sambil berpikir. Ia harus mencari tahu keberadaan istrinya ke mana lagi. Apa mungkin sekarang Hande sedang bersama selingkuhannya? "Baiklah. Sebelum aku mengorek informasi mengenai kebohongan Hande lebih dalam. Aku harus mencari sesuatu untuk memulainya." Memikirkan cara apa yang harus dilakukan sebelum memulai petualangannya. Lakeswara kembali mengusap layar ponselnya. Kemudian, menghubungi seseorang yang mungkin bisa dijadikan sebagai awal petualangannya. "Halo, Del." "Iya, Lake. Ada apa? Tumben sekali tiba-tiba menghubungiku seperti ini." Della, sahabat Hande merasa heran. Biasanya, Hande yang akan menghubunginya ketika ada urusan penting apa pun. Dan sekarang, Lake yang langsung menghubunginya. "Iya, Del. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu." "Tanya apa? Apa sepenting itu sampai-sampai kau harus menghubungiku sendiri? "Tidak juga. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu tentang Hande." "Tentang apa itu? "Apa Hande memiliki teman pria?" "Tidak. Kami berteman sejak kami masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Tapi, dia tidak memiliki teman lain selain aku. Kau tahu sendiri bukan, kalau Hande tipe orang yang pendiam?" "Iya, aku tahu." "Memangnya kenapa? Apa ada pria lain yang dekat dengan Hande?" "Tidak, tidak ada. Oh iya, apa Hande sering main ke rumahmu?" Lakeswara berusaha mengalihkan perhatian Della. Ia tidak ingin sahabat istrinya itu curiga dan mengadu pada Hande. Jika hal itu sampai terjadi. Maka, rencananya untuk menyelidiki Hande akan gagal. "Jarang. Sejak kelahiran Rocky tiga bulan yang lalu, mungkin hanya satu Minggu sekali Hande main ke sini. Mungkin, dia sudah ingin memiliki anak seperti Rocky." Setiap main ke rumah Della. Hande selalu menghabiskan waktunya untuk bermain dengan bocah kecil berusia tiga bulan yang bernama Rocky. Anak pertama Della dan Marcell setelah satu tahun pernikahan mereka. Sedangkan Lakeswara dan Hande, sudah menikah satu tahun, tapi belum diberi momongan. "Oh gitu." Lakeswara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyentuh dagunya. Jika Hande tidak memiliki teman pria. Lalu, pria mana yang tidur bersama Hande di kamarnya? "Iya, Lake. Sepertinya kau harus berusaha lebih keras lagi agar Hande segera hamil." "Sudah pasti itu. Ya sudah, ada hal penting yang harus aku urus. Jadi, sudah dulu ya, Del." "Jika terus memikirkan Hande, bisa-bisa kepalaku pecah. Lebih baik sekarang aku pergi menemui Res dan Sky saja." Lakeswara beranjak berdiri dan menyambar kunci mobil di nakas. Lalu, pergi mengemudikan mobilnya menuju rumah sang kakak. Ia merasa pikiran dan hatinya akan jauh lebih tenang jika bermain bersama kedua keponakannya. "Daddy!" teriak Reswara gadis mungil berusia empat tahun. Reswara adalah anak pertama dari pasangan Ragana dan Ozawara, sang kakak. Sejak dulu, Lakeswara sering sekali datang berkunjung sekedar untuk bermain dengan keponakannya. "Halo, Sayang," sapa Lakeswara sambil mengangkat tubuh mungil itu tinggi-tinggi dan menggendongnya. "Mami Hande mana? Res kangen sama Mami Hande," tanya Reswara. "Mami Hande lagi di rumah Eyang, Sayang," sahut Lakeswara. Ia tidak tahu di mana keberadaan Hande. Jadi, ia menjawab sekenanya saja. "Yah, Padahal Res kangen banget mau main sama Mami Hande. Kemarin sempat ketemu di restoran, tapi Mami Hande tidak melihat Res," kata Reswara murung dengan bibir yang dikerucutkan ke depan. "Nanti, kapan-kapan daddy ajak Mami Hande ke sini. Jadi, Res jangan sedih, ya?" "Res main sama Daddy dulu sana, sekalian ajak Adek Sky. Mommy mau bicara hal penting dulu sama Daddy Lake," ujar Ozawara. "Tapi, Mom. Res masih rindu Daddy Lake," rengek Reswara. "Res? Mommy sama Daddy Lake mau membicarakan hal penting mengenai pekerjaan. Jadi, Res bisa menunggu sambil bermain." "Iya, Mom," sungut Reswara lesu. "Sayang! Raga!" teriak Ozawara memanggil suaminya. "Iya, Sayang, kenapa?" Ragana mendekat sambil menggendong Skywara, putra bungsu mereka. "Hai, Lake," sapa Ragana yang dibalas sebuah anggukan dari Lakeswara. "Ajak Res main juga. Aku dan Lake mau membicarakan sesuatu yang penting," sahut Ozawara. "Res main sama daddy dan Adek Sky, yuk! Nanti kalau Mommy dan Daddy Lake sudah selesai bicara. Res bisa main bersama Daddy Lake," ujar Ragana mengajak putri pertamanya bermain. "Iya, Dad," sungut Reswara berjalan ke arah ayahnya sambil menunduk. "Kita ke ruang kerja, Lake." "Memangnya apa yang ingin kau bicarakan? Kenapa kau terlihat serius sekali?" tanya Lakeswara penasaran. "Za?" panggil Lakeswara. "Aku bilang di ruang kerja, Lake," sungut Ozawara ketus. Akhirnya, Lakeswara diam dan hanya mengikuti sang kakak pergi ke ruang kerja. Sampai di sana, Lakeswara langsung bertanya berusaha mengikis rasa penasarannya. "Hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Lakeswara. "Apa kau dan Hande sedang ada masalah?" Alih-alih menjawab, Ozawara justru balas melempar pertanyaan. "Masalah? Masalah apa?" Lakeswara merasa tidak memiliki masalah apa pun dalam rumah tangganya. Semuanya baik-baik saja dan terasa sangat bahagia. Tentunya sebelum kejadian tadi di rumah ketika ia baru pulang dinas dari luar kota. "Kenapa kau bertanya padaku? Aku tanya, apa kau dan Hande ada masalah?" tanya Ozawara sedikit menaikkan nada suaranya. "Tidak ada. Memangnya kenapa?" "Kemarin, kami makan malam di restoran dan melihat Hande bersama seorang pria. Terlebih, mereka berani bermesraan di depan umum. Jadi, kau masih mau mengelak kalau kau tidak memiliki masalah apa pun dengan Hande?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN