4. Bukti Perselingkuhan Istrinya

1028 Kata
Lakeswara mengepalkan tangannya kuat-kuat. Lalu, beranjak berdiri dan mengejar Hexagon. Mencekal lengan wanita itu dan berusaha menahannya. Jika saat ini tidak ada Hexagon di sana. Mungkin Lakeswara sudah menghampiri Hande dan selingkuhannya. "Kau ini apa-apaan, sih, Lake? Sakit tahu," keluh Hexagon menghempaskan tangan Lakeswara dan mengusap lengannya yang memerah. "Maaf, aku tidak sengaja," balas Lakeswara tersenyum kaku. "Ah sudahlah. Lebih aku memastikan Hande di sana. Loh, loh, loh, ke mana mereka?" "Mereka siapa," tanya Lakeswara berpura-pura bodoh. "Hande, Lake. Tadi mereka masih duduk di sana. Tapi, kenapa sekarang sudah tidak ada?" Hexagon menatap meja kosong yang sebelumnya ditempati oleh Hande dan selingkuhannya. "Sudah kubilang kalau dia bukan Hande," balas Lakeswara malas. Pria itu kembali ke tempat duduknya setelah memastikan tanda bahaya telah hilang. "Kenapa kau bisa seyakin itu? Sudah jelas-jelas itu Hande?" tanya Hexagon ikut kembali ke tempat duduknya. "Hande sedang di rumah Ibu mertua dan Ibu mertua sedang sakit. Jadi, tidak mungkin dia ada di sini," bohong Lakeswara. Padahal, ia juga tahu kalau yang Hexagon lihat memang benar Hande, istrinya. "Oh gitu. Ya sudahlah, kita lanjutkan pekerjaan kita dulu. Aku sudah laper soalnya." Daripada pusing memikirkan orang yang ia pikir Hande. Hexagon lebih memilih fokus pada pekerjaan agar perutnya bisa segera diisi. "Baiklah. Sebentar lagi aku selesai dan besok aku akan mengadakan rapat untuk membahas masalah proyek baru ini." Lakeswara kembali fokus pada berkas penting proyek barunya dengan perusahaan keluarga Hexagon. Ia sama sekali tidak memikirkan istrinya karena ia akan menyelidikinya nanti. Sekitar lima belas menit kemudian, pria itu menutup berkas itu karena sudah selesai memahaminya. "Aku sudah selesai. Jadi, kau boleh memesan makanan," kata Lakeswara. "Oke." Hexagon membuka buku menu dan mencari makanan yang diinginkan. "Kau mau makan apa, Lake?" tanya Hexagon. "Apa saja. Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak ada selera makan?" "Baiklah, baiklah. Aku akan memesankanmu nasi goreng seafood saja. Dulu makanan ini yang sering kau makan setiap kali kita makan bersama." Hexagon menghela nafas panjang, "Aturan tadi kita ajak Oza sekalian. Hitung-hitung kita reuni," tambahnya lesu. "Nanti saja, kalau kita tidak sedang membahas masalah pekerjaan," ujar Lakeswara menenangkan. "Baiklah." Hexagon memanggil pramusaji setelah memastikan makanan dan minuman apa yang akan ia pesan. Lalu, ia menyebutkan semua pesanannya pada pramusaji. "Ditunggu ya, Bu, Pak," ujar pramusaji kemudian langsung pergi. Sambil menunggu pesanan datang, Lakeswara mulai membuka pembicaraan. "Kapan kau akan menikah?" tanya Lakeswara. "Hah? Apa?" Hexagon benar-benar tidak menyangka pertanyaan seperti itu akan keluar dari mulut Lakeswara. "Kapan kau akan menikah?" ulang Lakeswara. "Nanti," jawab Hexagon singkat. "Nanti kapan?" tanya Lakeswara. Selama mengenal Hexagon dari kecil hingga besar. Lakeswara tidak pernah sekalipun melihat wanita itu dekat dengan seorang pria kecuali ia sendiri. "Nanti kalau sudah ketemu jodoh juga aku akan menikah. Sekarang aku masih mau menikmati masa-masa bahagiaku menjadi anak Papa dan Mama," sahut Hexagon. Tidak tahu saja kalau wanita itu masih menyimpan jauh cintanya untuk Lakeswara. Untuk bertahun-tahun ini, ia belum bisa menemukan pria yang mampu menghapus nama Lakeswara di hatinya. Jika ada, mungkin tidak perlu mempertahankan kelajangannya. "Kau itu sudah dewasa, Hexa. Usiamu sudah hampir menginjak tiga puluh dua tahun. Lebih baik kau cepat-cepat menikah sebelum uban di kepalamu bermunculan," kata Lakeswara menasehati. "Tidak usah sok dewasa dan sok menasehatiku, Lake. Aku tahu apa yang terbaik untukku. Aku hanya ingin fokus pada pekerjaanku dulu. Jadi, kau tidak perlu menasehatiku seperti ini," balas Hexagon tidak suka. "Iya, Maaf. Aku hanya tidak ingin kau selalu sendiri seperti ini," ujar Lakeswara merasa tidak enak. "Cukup, Lake! Tiba-tiba aku merasa kenyang dan aku mau langsung pulang ke rumah saja," sergah Hexagon beranjak berdiri. Dadanya terasa nyeri mendengar penuturan Lakeswara. Tentu saja karena ia masih sangat mencintai pria itu. Namun, selain menikah dengan wanita lain. Lakeswara juga tidak jarang memintanya untuk segera menikah. "Hexa! Aku tahu aku salah. Jadi, aku minta maaf dan duduklah," ujar Lakeswara mencekal lengan Hexagon yang hendak pergi. "Maaf, Lake, aku mau pulang saja," tolak Hexagon langsung melangkah pergi meninggalkan Lakeswara. "Sial!" umpat Lakeswara sambil memukul meja. Lakeswara merutuki mulut lancangnya sehingga membuat Hexagon marah. Padahal biasanya, wanita itu tidak pernah sekalipun marah terhadapnya. Atau mungkin wanita itu sedang ada masalah, makanya menjadi sensitif seperti itu? "Apa gunanya aku makan di sini sendirian? Lebih baik aku pulang saja," desis Lakeswara merogoh dompet di saku celananya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas, dan meletakkannya di meja. Dari awal, Lakeswara memang tidak ada selera untuk makan malam. Hal itu terjadi karena ulah istrinya. Ditambah, ia melihat istrinya bersama laki-laki lain di sana dan bersikap mesra. Jadi, nafsu makannya semakin hilang. Pria itu beranjak keluar dari restoran dan menuju mobilnya. Duduk termenung sambil membentur-benturkan kepalanya di setir mobil. Bagaimana bisa Hande bermesraan dengan laki-laki lain di tempat umum? Memangnya wanita itu tidak takut ada orang yang mengenalinya dan mempergokinya? "Aku harus apa sekarang? Apa aku harus menyewa detektif swasta untuk membuntuti Hande?" Dalam kurun waktu empat jam, Lakeswara sudah menemukan banyak bukti perselingkuhan istrinya. Ia bahkan menyaksikan sendiri interaksi antara istrinya dan selingkuhannya. Hanya saja, ia tidak melihat wajah laki-laki itu. Ia hanya bisa melihat punggungnya saja. Andai saja ia berada di sana sendirian. Mungkin, ia akan tahu siapa laki-laki selingkuhan istrinya. Namun sayang, takdir berkata lain dan ia berada di sana bersama Hexagon. Ia juga tidak berani menghampiri istri dan selingkuhannya karena malu dengan Hexagon. Jadi, ia berpura-pura tidak mengenal dan menganggap bahwa Hexagon telah salah melihat orang. "Baiklah. Besok pagi aku akan mencari detektif handal untuk mengikuti Hande. Sekarang aku akan pulang dulu dan setelah sampai di rumah nanti, aku akan menghubungi Hande." Ia berencana untuk menghubungi Hande karena ingin tahu kebohongan apalagi yang akan Hande katakan. Lakeswara mengemudikan mobilnya menuju apartemen. Sampai di rumah, ia seperti orang yang bingung. Apalagi ketika masuk ke dalam kamarnya. Ia kembali mendapat bayang-bayang istri dan selingkuhannya sedang berhubungan badan. Jadi, ia memutuskan untuk tidur di kamar lain yang ada di apartemennya. Merebahkan tubuhnya dengan kaki menggelantung ke bawah. Merogoh saku celananya dan melancarkan rencananya untuk menghubungi Hande. "Ada apa, Sayang?" "Aku rindu. Aku ingin itu, Sayang. Tidak bisakah kau pulang sebentar? Nanti setelah selesai, aku akan mengantarmu ke rumah Mama lagi. Atau kalau tidak, aku saja yang ke sana. Bagaimana?" Lakeswara mengoceh panjang lebar ingin tahu jawaban istrinya. Entah Hande akan melarang, memilih pulang, atau membuat alasan lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN