5. Suara Desahan

1007 Kata
Jantung Hande langsung berdegup kencang mendengar suaminya akan datang ke rumah ibunya. "Tidak bisa Sayang. Aku sedang menemani Mama tidur. Kalaupun kau ke sini, kita tetap tidak bisa melakukannya. Jadi, tidak bisakah menunggu sampai besok malam?" "Tidak bisa, Sayang. Aku sudah libur tiga hari dan sekarang aku harus libur lagi? Tidak mungkin, Sayang." "Harus bisa dong, Sayang. Aku saja bisa, kenapa kau tidak bisa?" "Cih! Bisa kau bilang? Baru tiga hari aku tinggal saja kau sudah mengotori ranjangku dengan laki-laki lain," bisik Lakeswara dalam hati. "Eum ah!" Ketika selesai makan malam di restoran di mana Lakeswara juga ada di sana. Hande dan selingkuhannya langsung pergi memesan kamar hotel. Rencana awal, mereka ingin tinggal di apartemen. Tapi, kepulangan Lakeswara yang secara tiba-tiba membuat mereka mengatur rencana baru. Jadi saat ini, Hande dan selingkuhannya sedang ada di kamar hotel. Mereka berdua saling tindih tanpa busana. "Apa yang sedang kau lakukan, Sayang?" Lakeswara mendengar suara desahan Hande. Ia tahu betul suara itu akan terdengar ketika Hande sedang berada di titik klimaksnya. "Ah, tidak. Kau tahu? Setiap kali kau pergi dinas ke luar kota. Aku selalu memainkan milikku sendiri di kamar mandi. Kau tahu bukan, kalau aku tidak bisa libur barang sehari?" Setelah mengatakan hal itu, Hande berbisik. Meminta agar selingkuhannya lebih pelan lagi ketika memainkan bagian bawahnya. Sehingga, ia bisa menahan suara desahan agar Lakeswara tidak mendengarnya lagi. "Kau pikir aku akan percaya? Cih! Tidak mungkin, Hande. Aku yakin kau sedang melakukannya bersama laki-laki lain. Aku bisa mendengar dengan jelas suara pria sedang berbisik," batin Lakeswara mengumpat. "Astaga, Sayang. Maafkan aku karena akhir-akhir ini banyak sekali proyek baru yang mengharuskanku pergi ke luar kota." Lakeswara berusaha bersikap biasa-biasa saja. Ia tidak ingin Hande tahu bahwa ia sudah tahu kebusukannya. "Tidak apa-apa. Lagi pula, kau bekerja keras seperti itu juga untukku. Jadi, kau tidak perlu meminta maaf." Terima kasih, Sayang. Kalau begitu, aku juga harus bermain sabun dulu. Sampai ketemu besok malam, Sayang." "Sampai ketemu besok malam juga, Sayang." Hande langsung mematikan sambungan. Padahal, Lakeswara yang menelepon lebih dulu. Lalu, meletakkan ponselnya di atas nakas. "Kenapa kau nakal sekali, hum? Kalau sampai Lake curiga bagaimana?" tanya Hande manja. "Aku yakin dia tidak akan tahu. Jadi, apa aku bisa bermain-main lagi?" "Tentu saja. Buat aku mendesah nikmat, Baby," pinta Hande. Hande hanya berbaring tanpa melakukan apa pun. Sementara selingkuhannya duduk di antara kedua pahanya sambil memainkan sesuatu. Sambil melenguh menikmati setiap sentuhan lidah selingkuhannya. Tangan Hande mencengkeram rambut selingkuhannya. Hal itu sebagai tanda bahwa pria itu berhasil membuat seorang Hande bergetar kelelahan. "Aku rasa sudah cukup dan sekarang giliranmu untuk memainkan roket milikku," kata selingkuhannya. Hande beranjak bangkit dan bertukar posisi dengan selingkuhannya. Kini, giliran wanita itu yang bekerja keras untuk memuaskan selingkuhannya. Sepuluh menit berlalu, acara puas memuaskan sudah berakhir. Kini, mereka berdua tinggal menikmati puncak klimaks bermain kuda-kudaan. "Tunggu, tunggu! Pakai pengaman dulu, Baby. Aku tidak ingin mengandung anak laki-laki lain selain Lake, suamiku," kata Hande mencegah selingkuhannya sebelum melepaskan roketnya ke angkasa raya. "Benar juga apa yang kau katakan. Kalau begitu, kau tunggu sebentar. Aku pakai pengaman dulu," balas selingkuhannya. Kalau Hande sampai hamil, ia tidak akan bisa sering-sering menikmati tubuh wanita itu lagi. Apalagi semenjak pertama kali mereka melakukannya, sudah berhasil membuat pria itu candu akan tubuh Hande. Setelah selesai memakai pengaman. Barulah mereka melanjutkan adegan kuda-kudaan ala orang dewasa. Ketika peraduan berakhir dengan diakhiri cairan kental keabuan yang menyembur keluar. Pria itu membaringkan tubuhnya di sisi Hande. Tubuh mereka berdua dua basah karena keringat. "Nanti malam mau berapa ronde?" tanya pria itu." "Satu atau dua kali lagi. Aku tidak boleh terlalu lelah. Besok malam aku juga harus bertempur dengan Lake," sahut Hande. "Baiklah. Tapi, kapan suamimu akan dinas keluar kota lagi?" tanya pria itu. "Aku tidak tahu, Baby," sahut Hande. Urusan pekerjaan mana Hande tahu. Ia hanya tahu pekerjaan suaminya tentang kontruksi. Membangun ini dan membangun itu. Menciptakan bangun ini dan menciptakan bangunan itu. "Lalu, bagaimana denganku?" Jika Lakeswara tidak pergi dinas ke luar kota. Ia akan kesulitan mendapat jatah dari Hande. "Tergantung bagaimana kau membagi waktu. Kau tahu bukan kalau aku selalu free. Aku tidak bekerja dan aku bisa melakukannya denganmu dari pagi sampai sore selama Lake bekerja di kantor," jelas Hande. Dulu, Hande pernah bekerja sebagai seorang marketing di sebuah perusahaan. Namun, setelah menikah satu tahun yang lalu. Lakeswara melarangnya bekerja dengan alasan, ia bisa memberinya uang bulanan lebih banyak dari gajinya, ketika bekerja sebagai seorang marketing. "Baiklah. Mulai sekarang, aku akan pandai-pandai membagi waktu. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dan aku akan menghabiskan waktuku bersamamu." "Ya sudah, aku mau bersih-bersih dulu," kata Hande beranjak duduk. "Aku ikut," balas pria itu beranjak turun dan mengangkat tubuh ramping Hande, membawanya ke kamar mandi. Tujuan awal mereka hanya membersihkan diri. Namun, setelah sampai di kamar mandi, pria itu bersikap nakal. Pria itu tidak ingin menyia-nyiakan waktu malam ini. Belum tentu besok-besok ia bisa menikmati tubuh Hande. Karena setelah dipikir-pikir, ia masih memiliki banyak pekerjaan di kantor, setelah tiga hari ini lebih fokus menghabiskan waktunya bersama Hande. "Apa yang kau lakukan, Baby?!" teriak Hande sambil cekikikan. Pria itu mendudukkan Hande di wastafel dan menggelitiki sisi sensitifnya. "Aku tidak melakukan apa-apa, Baby. Aku hanya ingin lagi dan lagi. Kau tahu bukan kalau kekuatanku lebih besar darimu?" balas pria itu. "Siapa bilang? Tidak ada yang bisa menandingi kekuatanku selain Lake. Apa kau mau coba?" tanya Hande menantang. "Oke. Aku ingin tahu seberapa besar kekuatanmu? Aku ingin tahu apakah kau mampu mengalahkanku," balas pria itu menantang. Hande tersenyum menyeringai. Kedua tangannya bergerak dan ia letakkan di tengkuk selingkuhannya. Lalu, dengan sigap Hande langsung melahap habis bibir pria itu. "Apa cuma segini?" ejek pria itu melihat Hande terengah-engah karena rangsangan yang telah ia buat. Padahal, Hande yang berencana untuk membuat pria itu tidak bisa berkutik. Namun, tangan pria itu justru bergerak cepat dengan bergerak naik turun memainkan pucuk lembah basah Hande. "Apa kau mengejekku, Baby?" "Tidak juga." Pria itu mencebikkan bibirnya malas, "Aku hanya ingin memberimu kekuatan agar kau bisa mengalahkanku," tambahnya. "Baiklah. Kau lihat saja nanti. Akan kubuat kau mendesah panjang sampai seluruh tubuhmu bergetar," ujar Hande dengan seringaian tipisnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN