Chrysant menelan ludah dengan susah payah. Tarikan napasnya terasa semakin berat seiring entakkan langkah Ares yang semakin mendekat kepadanya. Dari matanya tampak kesedihan yang nyata yang semakin kuat mendorong air matanya untuk lolos mengalir. Dan ketika Ares menghentikan langkah beberapa inchi di hadapannya sambil menyilangkan tangan di atas perut berototnya, pertahanannya tak lagi dapat menahan air bening dari matanya untuk menetes. Chrysant terisak-isak pelan. “Aku bertanya sekali lagi. Apa yang sudah kau perbuat? Apa kau ingin menjebakku?” Ares menegaskan pertanyaannya. Chrysant bergeming. Ia tampak kebingungan dengan semua tuduhan yang dilemparkan Ares. Tak satu pun dari tuduhan pria itu yang tepat sasaran, pikirnya. “Chrysant jujur saja. Aku tidak akan menyakitimu jika kau ber