CHAPTER 9

2028 Kata
Akhirnya, setelah saling teriak dan penjelasan berbelit-belit selama satu jam, Hideaki bisa memercayai pembicaraan dari hati ke hati ala gangster Emery dan Manaka. Ia duduk dengan tenang mengerjakan tugasnya, membiarkan kedua orang itu berbicara sendiri. Karena mereka tak peduli dengan privasi dan bisa menganggap Hideaki tak ada, maka terpaksa pemuda itu berusaha menyesuaikan situasi. Dia hanya berharap bisa segera lupa dengan masalah pribadi orang lain yang ia dengar. Manaka mulai bercerita, dari awal perkelahian mereka soal tuduhan karaoke plus-plus yang menjerumus ke goukon dan berakhir dia dilecehkan dan difilmkan. Hingga Manaka yang kabur dari rumah, ketemu mantan CLBK dan berakhir ditemukan oleh Aaron saat berselingkuh. Lalu pembicaraan aneh sebelum kata putus terlontar dan menghilangnya pacar menyusahkan itu. Emery mendengarkan dengan tenang, angguk-angguk kepala mengerti. Manaka serius bercerita dengan detail, kecuali bagian dia yang jadi uke. “Aaron yang salah! Aku diikat satu badan sampai memar berminggu-minggu tak hilang dan pahaku ditusuk dengan pisau. Dia bahkan mengancam akan kebiri aku kalau berani selingkuh lagi,” kata Manaka. “Kau yang salah. Berselingkuh dengan istri orang! Pergi goukon saat tinggal bersama dengan pacar. Dasar rendahan!” Emery melawan, di luar dugaan membela Aaron. “Suami Haruna saja bisa memaafkan, kenapa Aaron tak bisa? Lagi pula dia yang mulai. Aku tak ada niat selingkuh, tapi malah dituduh. Ya sudah, aku selingkuh saja sekalian.” “Itu namanya b******n. Kalau tak bersalah, harusnya kau menjelaskan sampai Aaron paham.” “Mana bisa dia paham? Kautahu apa yang dia perbuat padaku sebelumnya? Aku dipukul sampai pingsan, dibawa ke penjara dan dirantai sepanjang malam sambil disiksa.” Manaka terus membela diri, menjelaskan semua perbuatan gila Aaron. Bagian digagahi sampai pagi dia ganti jadi disiksa. Ogah cerita yang sesungguhnya, harga diri mau taruh di mana? “Itu pantas kau dapatkan. Pasti kau dulu yang berbuat salah,” lawan Emery. Manaka diam sebentar, teringat kalau memang dia yang mengawali. Ingin tidur dengan wanita klub atas ide temannya. “Kau diam. Jadi aku benar,” sergah Emery lagi. Tak memberi kesempatan Manaka untuk membela diri. “Itu tak benar sepenuhnya. Sifat posesif dan sadis Aaron itu masalahnya.” Namun, Manaka masih bersikeras membela diri. “Itu bawaan lahir, mau gimana lagi. Kalau kau tak bisa menerimanya ya sudah, jadikan kesempatan ini untuk putus selamanya. Kalau ingin bertemu dan memperbaiki hubungan, perjelas dulu hatimu sendiri.” Emery mulai ceramah dengan benar, sempat membuat Manaka tersentuh. “Terima kenyataan dan jadi masokhis untuk Aaron, jadi kalian bisa hidup dengan bahagia.” Apalagi setelah ia mendengar kalimat selanjutnya dari Emery, Manaka jadi ingin memukul kakak mantan pacarnya itu. “Dikira itu gampang? Aku benci lihat diriku sendiri yang terlihat senang direndahkan olehnya.” Karena kesal, mulutnya keceplosan. Emery putar mata. “Kalau senang direndahkan dan disiksa sih, berarti kau memang sudah masokhis sejak awal. Jangan denial, terima dirimu apa adanya. Seperti aku, aku selalu bangga mengatakan kalau aku ini seorang lolicon!” Kata-katanya mulai menyesatkan pula. Hideaki sudah tak tahan lagi. Apa yang dibicarakan oleh Manaka itu sudah tak normal. Emery bukannya membantunya untuk hidup lebih baik, malah Manaka makin dijerumuskan. Pemuda dengan jiwa keadilan tinggi itu, menggulung bukunya. Memukul kepala Emery dan Manaka bergantian. “Sudah cukup! Makin kalian bertukar pikiran, semakin kacau pola berpikir kalian,” omel Hideaki. Tak ada yang mendengarkan, anak baik-baik begitu mana paham perasaan orang yang hidup di dunia keras seperti mereka. “Hideaki, ini namanya life hard love hard, paham?” Yang ada Emery mencoba membuka pemikiran temannya itu. “Mana paham! Jangan buat quotes aneh begitu!” Yah, walaupun hasilnya dia diceramahi lagi. Mereka berdua sudah sibuk sendiri, lupa akan keberadaan Manaka di sana. Satu-satunya orang dewasa yang dengan serius mendengarkan semua nasihat menyesatkan Emery. Manaka mulai merasa paham situasi, sedikit bisa menebak kenapa Aaron meninggalkannya.   Dialah yang lebih dulu lari, karena takut pada sisi gelapnya sendiri. Tak ingin menerima dirinya yang menikmati segala permainan Aaron. Manaka menyangkal dengan keras, melukai Aaron dan memaksa pemuda itu untuk mengakhiri hubungan mereka. Emery benar. Ini adalah kesalahan Manaka, bukan Aaron. Lagian Manaka tak benar ingin semuanya benar-benar berakhir. Karena jika memang ingin, ia tak akan merasa kesepian hingga datang mencari saudara perempuan Aaron yang sama sintingnya itu. Dia yang lebih dewasa di sini, tapi dia juga yang bersikap kekanakan dan melemparkan semuanya pada Aaron. Pantas saja hidupnya selalu saja kacau ... Manaka hanya tahu membuat masalah dan membiarkan orang lain yang membereskan untuknya. Membulatkan tekat, Manaka memberanikan diri bertanya. “Emery, kau tahu di mana saudaramu berada? Aku ingin menemuinya untuk membicarakan segalanya dengan jelas, baru memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan kami.” “Jadi belum pasti? Yang jantan dong. Bicara terus tak ada gunanya!” Emery bertingkah bak seorang ibu tiri. “Beri tahu padanya, Ketua. Dalam berhubungan, membicarakan keinginan masing-masing itu penting. Memutuskan dari satu pihak itu yang tak ada gunanya.” Alhasil, dia kena omel oleh Hideaki, disuruh membantu Manaka. Emery merenggut tak senang, tapi tetap pergi mengambil teleponnya. Menghubungi orang rumah, tanya ke mana Aaron pergi. Berhubung Aaron anak baik, tiap kali dia pergi ke suatu tempat, pasti kabari rumah. Manaka berterima kasih pada Hideaki, senang ada orang waras yang bisa menjinakkan Emery. Sedikit berharap dalam hati, kapan ya? Dia juga bisa menjinakkan Aaron? “Ini. Alamat tempat tinggalnya sekarang,” kata Emery. Memberikan secarik kertas ke Manaka. Tulisannya rapi sih, tapi entah pakai bahasa apa nama jalannya. “Ini alamat di mana?” Manaka itu bodoh, tak bisa bahasa asing barang secuil pun. “Bangkok, itu tulisan Thai. Biasanya ada tulisan berbahasa Inggris juga di bawah papan nama jalan. Mau kuterjemahkan?” Percuma saja diterjemahkan, Manaka tetap tak paham. Memang kembar sialan satu ini sok pintar sekali, sombong begitu dengan entengnya tanya mau diterjemahkan segala. Masih kecil pergi jauh-jauh seorang diri, kurang banyak gaya apalagi coba? “Tak perlu. Aku bisa sendiri,” balas Manaka. Sok paham dia, pulang begitu saja tak berterima kasih pada Emery. Yang penting sama Hideaki sudah. *** “Ayo pergi denganku ke Thailand. Akan kubayarkan semua, satu minggu,” kata Manaka. Ia takut pergi sendiri, tak mau bawa bawahan karena tak ingin ketahuan pergi membujuk Aaron. Jadi inilah solusinya, ajak Yuu yang suka jalan-jalan sekaligus pemuja Aaron dan Hirano yang pintar, bisa pakai banyak bahasa sejenis Aaron. “Aku cinta padamu, Manaka!” Yuu langsung peluk Manaka. “Aku pasti itu kalau gratis.” Hirano lebih kalem, meskipun mata sudah berbinar-binar penuh antusias. Manaka memang cerdik, tahu jelas teman-temannya bakal setuju kalau dibayarkan. Beginilah cara orang malas belajar yang tahunya membesarkan otot bisa berhasil. Pakai uang Aaron lagi perjalanannya, kartu kredit pemberian mantan yang belum dikembalikan dan masih bisa dipakai. Manaka sudah mengeceknya tadi. Aaron memang tuan muda kelebihan uang, sampai seorang pembisnis nyata seperti Manaka saja tak segan memakai uangnya. Yah, Yuu dan Hirano tak perlu tahu sih, toh Aaron bukan orang yang perhitungan. Dengan penuh semangat, mereka mempersiapkan perjalanan. Tanpa tahu dan mau peduli dengan tujuan yang berbeda-beda. Yang penting pergi ke Bangkok. *** Hari berikutnya, mereka sudah berangkat. Sampai di siang hari, bepergian dengan taksi biar gampang. Setelah masuk ke dalam taksi, Manaka memberikan kertas berisikan alamat itu ke Hirano. “Bilang ke supirnya, antarkan ke sini,” suruh Manaka.   “Asia Resort Kaset Nawamin? Kita bakal menginap di sini? Sudah booking? Biasanya kamarnya penuh.” Hirano banyak tanya dulu, curiga Manaka tak ada persiapan. “Aaron ada di sana,” jawab Manaka tenang, tapi dalam hati kalut. Dia belum cerita sudah putus sama Aaron dan memang tak ada persiapan apa pun. Tahu itu sejenis hotel pun tidak, habis Emery hanya bilang alamat Aaron sekarang. “Ada Aaron-san? Pantas Manaka bisa jalan-jalan tak diikuti.” Yuu tertawa, seolah segala pengalaman pahit Manaka ditangkap oleh Aaron itu tak pernah terjadi. Hirano sudah menyampaikan pesan ke supir, langsung percaya juga kalau pakai nama Aaron. Tahu pacar Manaka itu jauh lebih berguna dari temannya sendiri. Manaka pura-pura sibuk sendiri melihat ke jalan, tak mau mengikuti pembicaraan Yuu dan Hirano, takut ditanya-tanya mengenai hubungannya dan Aaron. Intinya tak mau bahas Aaron sampai mereka berbaikan kembali, tapi apa benar? Manaka sungguh ingin mereka berbaikan? Sampai di tujuan, Hirano langsung bertanya letak kamar Aaron. Sudah tahu nomornya dan percaya diri memang sudah ditunggu sama Aaron. Mereka kemudian di antarkan sampai ke depan pintu, langsung mengetuk dengan keras. “Aaron-san! Kami datang bawakan Manaka untukmu!” seru Yuu, minta dihajar. Cara itu berhasil, Tifa membukakan pintu dengan seringai iseng di wajahnya. “Tuan Aaron sedang keluar menemui klien, masuklah,” kata Tifa. Yuu dan Hirano tak kenal Tifa, tak paham kenapa wanita itu dan Manaka saling tatap penuh arti seolah tengah berkomunikasi. “Jangan-jangan, kalian threesome!” tebak Yuu bercanda. “Mustahil Yuu, jelas-jelas dia sebut Aaron tuan tadi. Threesome itu tak nyata, hanya ada di film.” Hirano mencubit hidung Yuu. Manaka masuk paling akhir dengan sangat kalem. Diam karena ia tahu, Tifa pasti telah mengetahui segalanya, wanita ini tangan kanan sesama iblis dengan Aaron. “Kamu lucu, mengingatkan aku pada kakaknya Tuan Aaron.” Tifa main dengan Yuu, mereka bicara omong kosong, cocok sekali. Hirano bersantai menikmati kamar itu, bongkar lemari pendingin ambil minuman termahal di sana. Biar saja, toh yang bakal bayar tagihan Aaron. Hanya Manaka yang masih serius sendiri, baring di atas tempat tidur pura-pura bersantai. Namun isi pikirannya tak sesantai itu, sibuk membayangkan bentuk pertemuan seperti apa dengan Aaron nantinya. Kalaupun tiba-tiba diserang, Manaka tak bakal kaget lagi sih. Tak lama, Tifa berpindah ke samping Manaka. “Sampai mengejar ke sini, mau main romantisan ya? Kami hanya kerja sampai lusa di sini. Sebentar juga pulang kembali ke Tokyo, tapi kau sekalut itu sampai tak bisa menunggu ya?” Hanya untuk mengejek Manaka. Sudah sok menolak tuannya, tapi malah datang mengejar tanpa peringatan. Sungguh konyol, tapi menonton drama pencintaan anak muda itu tak pernah bisa membuatnya bosan. Wajah Manaka memerah karena malu, salah paham sendiri. Mengira kalau Aaron sungguhan akan tinggal di sini. “Jadi bukannya pindah?” Tifa jadi gemas lihat Manaka, ia mengacak rambut kepala laki-laki lebih muda setahun itu darinya sesuka hati. “Kau lucu Manaka, markas kami ada di Tokyo. Kalau mau pindah menyusahkan.” Wanita itu tertawa-tawa geli. Heran dari mana asumsi Manaka itu berasal? “Mana aku tahu! Emery bilang ini alamat barunya,” keluh Manaka. “Dan kaumau saja ditipu?” “Kau menyebalkan!” Manaka merajuk, ambil tasnya kabur keluar. Dia mau pulang sekarang, malu kalau sampai bertemu dengan Aaron. Tak mau dibilang terlalu panik atau drama, datang mengejar dengan egois sehingga mengganggu pekerjaan Aaron di sini. Bruk! Tubuh Manaka menabrak Aaron ketika ia membuka pintu sambil lari. Matanya melotot kaget, gelagapan tak jelas. “Eh, ah itu ... aku – ” “Aaron-san! Kami sudah sampai, terima kasih undangannya. Ayo kita jalan-jalan!” “Jalan-jalan! Makan-makan!” Yuu dan Hirano tak peduli pada tingkah aneh Manaka, mereka sudah bersabar menunggu Aaron dari tadi. Tak sabar diajak berwisata. Map dan buku rekomendasi kuliner sudah ada di tangan mereka.   Aaron segera bisa menebak situasi saat melihat betapa pucatnya wajah Manaka, juga tingkah yang tak berani menatapnya. Jadi begitu, Aaron salah lagi. Manaka tak ingin dilepas, maunya ikat dengan kuat. Tanpa sadar Aaron tersenyum senang. Tifa segera peka akan keinginan tuannya, ia menghampiri mereka. Merangkul Yuu dan Hirano menyeret mereka pergi agar Aaron dan Manaka bisa berduaan di kamar. “Jangan begitu, Tuan Aaron masih ada urusan. Yuk! Kakak ajak kalian jalan-jalan,” kata Tifa. “Onee-san, aku cinta padamu!” Yuu sudah lupa akan Manaka, menempeli Tifa. Hirano sibuk baca bukunya, bingung mau pergi makan apa dulu. Sekarang Manaka mulai berkeringat dingin, merasakan elusan di wajahnya. “Kau merindukanku? Sampai menipu temanmu datang ke sini?” Ia menjadi gugup ketika Aaron berbisik di telinganya, lari ke dalam seolah minta dikurung oleh Aaron. Aaron senang-senang saja, menutup pintu dan menguncinya. Ia langsung membuka mantel dan jas, melepas dasi dan sepatu juga. Tataan rambut rapi dan formal yang membuatnya tampak dewasa diturunkan kembali. “Kenapa kau buka baju!?” Manaka panik lagi, gelagapan tak bisa tenang. Mundur jauh-jauh dari Aaron, hingga tak sengaja kakinya menabrak tempat tidur. Jatuh terbaring di sana. “Kenapa? Bukannya kau yang menggodaku?” Aaron tahu Manaka tak sedang menggodanya, dia hanya cari alasan untuk bisa menggunakan dasi yang kini berada di genggaman tangan.                        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN