2

1617 Kata
Pink sedang merapikan kamarnya. Bebi sudah pergi subuh tadi karena harus menyiapkan sarapan untuk ayah dan adiknya. Ibu Bebi sudah tiada lima tahun yang lalu. Sedangkan Pink, ia sudah tidak memiliki orang tua sejak ia duduk di bangku sekolah menengah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia menjadi pegawai di sebuah café yaitu café Loui. Tiap minggu, rekan kerja mendiang ayahnya juga mengirimkan sejumlah uang. Uang tersebut Pink kumpulkan untuk membuka usaha, tapi sampai saat ini keinginannya itu masih belum terwujud. Saat Pink selesai merapikan bajunya dan menumpuknya di kursi, baju-baju itu terjatuh dengan sendirinya. Pink melihat jendela kamarnya yang terbuka dan menutupnya agar angina tidak masuk lagi. tapi saat ia akan menutup jendela, ia berfikir angin sekencang apa yang bisa membuat tumpukan bajunya terjatuh sedangkan angin yang melewati jendela hanyalah angin semilir biasa. Seketika bulu kuduk Pink berdiri. Pink segera membereskan bajunya dan memasukkannya ke dalam lemari. Saat ia akan menutup pintu lemari, jantungnya berdegup dengan kencang. Ia merasa ada seseorang yang sedang berdiri dibelakangnya.  Ketakutan dan realita bergulat dalam benak Pink. Ia merasa ketakutan tapi ini masih pagi hari. Apa iya ada hantu yang menampakkan dirinya saat terang seperti ini? Ia pun memberanikan diri untuk menoleh ke belakang dan ternyata disana tidak ada siapa-siapa. Pink menghela nafas lega dan ia menutup pintu lemari. Tanpa ia sangka, sesosok pria berdiri tepat di balik pintu lemari. Wajahnya pucat, tatapan matanya kosong dan mematung begitu saja. “Ah!” teriak Pink sambil menutup matanya lalu ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Hantu itu melihat ke arah Pink yang tergeletak di lantai lalu jongkok di dekatnya. “Bahkan dia takut padaku. Kenapa Ya Tuhan?” tanya Hantu itu sambil menghadap ke langit-langit. Ia lalu duduk di samping Pink dan menunggunya sadarkan diri. “Kenapa juga aku tertarik ke tempat ini?” Tak beberapa lama Pink membuka matanya. Ia langsung duduk dan melihat hantu itu tersenyum padanya. “Jangan ganggu aku! Pergi!” “Tenang lah, aku tidak menakutkan.” “Pergilah! Aku tidak mengenalmu!” Pink berpura-pura tidak mendengarnya. “Apa iya dia tidak mendengarku? Tapi dia bisa melihatku. Tapi kenapa dia tidak mengenalku?” tanya si Hantu pada dirinya sendiri. “Hei Nona, benarkah kamu tidak mengenalku?” tanyanya lagi pada Pink. “Enggak!” teriak Pink. “Ah, jadi kamu bisa mendengarku juga. Tenanglah. Aku tidak akan melakukan apapun. Aku juga tidak tahu kenapa aku tertarik ke tempat ini.” Pink mulai membuka matanya dan melihat si hantu yang kini terlihat sama seperti dirinya. Wajahnya tak lagi pucat tapi Pink masih saja takut akan kehadirannya. “Mau apa kamu?” “Aku juga tidak tahu, tapi aku belum bisa kembali ke sana,” ujar si hantu sambil menunjuk ke atas. “Memangnya ini pertama kalinya kamu melihat hantu? Pasti kamu baru pertama kali bertemu hantu setampan aku, iya kan?” Pink memperhatikan wajah si hantu yang familiar. “Kamu yang ada di depan pintu kemarin kan?” tanya Pink. Si hantu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar. “Jangan jangan kamu Bintang?” tanya Pink dengan suara yang semakin pelan. “Ya, aku Bintang,” ujar Bintang. “Kamu pasti sudah melihat berita tentangku, ya kan?” “Enggak, enggak mungkin! Kamu pasti jin yang menyerupai dia. Pergi!” teriak Pink lagi dan membuat Bintang menghilang perlahan dan berpindah ke atap rumah Pink. “Kenapa dia berteriak? Ya sudahlah, lagi pula aku tidak bisa pergi dari sini. Lalu sampai kapan aku harus menunggu? Bagaimana kalau aku terjebak disini selamanya? Menakutkan sekali.” Pink yang masih duduk di lantai melihat keseluruh ruangan untuk memastikan bahwa Bintang telah pergi dari sana. Ia langsung mencari ponselnya dan menelepon Bebi untuk menceritakan pengalamannya. “Bebi, Bebi!” kata Pink histeris. “Ada apa lagi sih Pink?”  “Aku disamperin sama hantunya Bintang Beb.” “Haduh, ada lagi. Kamu mengigau kali. Mana ada hantu pagi-pagi gini?” “Serius Beb. Aku enggak bohong!” “Kayaknya kamu butuh liburan deh. Udah ah, aku masih masak nih. Dah.” Bebi menutup teleponnya tanpa basa-basi. Pink pasrah menerima tanggapan Bebi yang tak percaya pada perkataannya karena memang hanya dia yang mengalaminya. Tapi kenapa arwah Bintang menemuinya? Ia berusaha menghilangkan pikiran tentang Bintang dan mulai memasak sarapannya. Pink mengambil dua buah telur. Ia memecahkannya dan memasukkan ke dqlam mangkuk kecil lalu mengocoknya. Ia menambahkan garam dan lada sedikit lalu memasukkan potongan daun bawang lalu mengocoknya lagi dengan garpu. Ia meletakkan pan bulat di atas kompor mungilnya dan menyalakan api kecil. Minyak dituangkan olehnya ke atas pan dan saat minyak telah panas, ia menuangkan telur ke atas pan. Aroma telur menyeruak keluar rumah dan tercium oleh Bintang yang berada di atap. Tubuhnya melayang mengikuti sumber aroma telur goreng yang harum dan ia mendarat di sebelah Pink yang tengah membalik telurnya. “Harum sekali.” Pink kaget saat mendengar suara bass Bintang tapi ia tak histeris seperti tadi. Ia tak menghiraukan keberadaan Bintang dan terus melakukan aktivitasnya. Bintang melihat telur yang belum matang itu dan menelan ludah. “Waktu itu aku masih mau makan siang, jadi aku belum sempat makan. Bau telur saja sudah membuatku ingin melahapnya.” Pink sedikit iba dengan perkataan Bintang. Bagaimana bisa ia bangun dan mendapati dirinya sudah hangus terbakar di dalam mobil. Tapi Pink tetap saja berpura-pura tidak tahu. Pink mematikan kompornya dan memindahkan telur ke atas piring. Ia menambahkan dua centong nasi dan membawa piring itu ke ruang TV yang menjadi satu dengan ruang tamu. Ia duduk di sofa dan Bintang duduk di sebelahnya. Pink menyalakan televisi dan mulai melahap makannya. Bintang yang hanya bisa menatap makanan yang dibawa Pink tiba-tiba saja ikut merasa kenyang. “Wah, aku juga jadi kenyang meski hanya melihat makanan saja. Lumayan juga ya, aku enggak harus keluar uang. Berarti aku tinggal pergi ke restoran yang mahal lalu melihat mereka makan dan aku juga akan merasa kenyang. Benar sekali!” ‘Bintang, selebriti yang terkenal ceria dan menyenangkan harus pergi meninggalkan kita semua. Pemirsa, disini kita bisa melihat banyak sekali karangan bunga yang diletakkan oleh penggemar di depan rumah pribadi Bintang. Mari kita bertanya pada pengemar Bintang.’  Pink tak sengaja memutar acara yang membahas tentang kematian Bintang. Ia melirik ke arah Bintang melalui sudut matanya. Raut wajah Bintang yang awalnya ceria mendadak menjadi murung dan sedih. Apalagi saat penyiar tersebut mewawancarai salah satu penggemar setianya. ‘Bagaimana perasaan Anda Bu?’ ‘Bagaimana Mbak apanya? Bintang sudah enggak ada. Gimana sih Bintang? Kok bisa kamu meninggalkan kita?’ Air mata Bintang mulai menetes tapi air mata itu menghilang saat akan terlepas dari wajahnya. Pink buru-buru mengganti saluran televisi karena ia merasa tidak enak telah membuat Bintang bersedih. Setali tiga uang, saluran televisi yang lain menampilkan berita serupa karena kematian Bintang adalah berita yang sangat menghebohkan dunia hiburan. “Biarkan saja,” ujar Bintang. “Dengan begini aku jadi tahu kalau masih banyak orang yang kehilangan dan akan mendoakan kepergianku.” ‘Saya Santos, manager Bintang. Saya meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kejadian yang telah menimpa artis saya. Ini jelas tidak mungkin kecelakaan. Saya,’ terdengar suara manager Bintang bergetar. Ia tak bisa melanjutkan wawancaranya di acar tersebut. Bintang yang melihat Pak Santos menangis di layar televisi menjadi makin sedih dan terisak. Pink tak kuasa untuk melanjutkan makannya. Ia meletakkan piringnya di atas meja dan minum segelas air putih. Ia tidak ingin ikut campur atas masalah Bintang yang tak ia kenal. Ia meninggalkan Bintang dengan televisi yang masih menyala ke kamar mandi. Saat membasahi tubuhnya, tiba-tiba otaknya berfikir tentang perkataan Pak Santos. Apa benar Bintang tidak kecelakaan? Jika hal itu benar, berarti ada orang yang dengan sengaja mencelakai Bintang. Tapi untuk apa? Pink tidak terlalu mengenal kiprah Bintang karena ia bukan pengemar Bintang. Tapi kenapa juga Bintang datang padanya? Kenapa Bintang tidak datang ke managernya atau pengemar beratnya yang sudah pasti akan membantunya. Sepengetahuan Pink, Bintang juga tidak punya gossip buruk dan tidak memiliki musuh tapi ia tidak tahu juga bagaimana kehidupan Bintang di balik layar. Pikiran-pikiran tersebut berputar di kepala Pink sampai ia selesai mandi. Pink keluar dari kamar mandi dan mendapati televisinya masih menyala tapi ia tak melihat Bintang duduk disana. Rupanya Bintang telah pergi dan Pink berharap ia tak akan kembali ke rumahnya. Pink bersiap untuk pergi bekerja. Sebelum pergi, ia mengecek seluruh ruangan dan mengunci pintunya. Ia pergi ke tempat kerjanya dengan menaiki bus. Ia berjalan kaki selama lima menit dan sampai di halte bus. Ia menunggu bus disana. Ada dua orang yang sedang menunggu bus disana. Pink menundukkan kepalanya untuk menyapa ibu-ibu yang lebih tua tersebut dan duduk di samping ibu yang memakai baju berwarna biru langit. Pink mendengarkan percakapan ibu-ibu tersebut yang sedang membahas Bintang. “Kasihan ya Bintang. Dia kan masih muda. Kok bisa ya?” ujar ibu berbaju biru langit. “Jangan-jangan mobilnya Bintang yang bermasalah. Bukannya dia baru membeli mobil ya?” “Masak sih Bu? Tapi kan mobilnya itu mobil merek terkenal. Itu kan mobil yang sprot itu kan?” “Sport Bu. Ya kan siapa tahu Bu, lagipula mobil juga buatan manusia. Bisa saja kan ada masalah terus apesnya Bintang jadi meledak gitu mobilnya.” “Tapi Bu, bagaimana kalau Bintang ada yang nyelakain?” “Jangan bilang gitu deh Bu, kasihan keluarganya juga. Lagian siapa yang mau nyelakain Bintang Bu? Orang dia baik gitu.” “Mungkin aja ada orang yang enggak suka dia jadi sukses seperti sekarang Bu.” “Tapi ya masak sampai membunuh orang Bu? Kok tega sekali.” Pink mengangguk setuju pada pernyataan ibu yang ada disebelahnya. Terlepas dari itu semua, mungkin memang takdir Bintang yang harus meninggal dengan cara yang tragis. Bus akhirnya datang dan mereka masuk kedalamnya. Pink duduk di belakang. Saat bus melaju, ia melihat Bintang sedang duduk di kursi halted an memandang bus yang pergi menjauh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN