bc

Rahasia

book_age18+
145
IKUTI
1K
BACA
adventure
revenge
drama
no-couple
mystery
ambitious
expert
detective
realistic earth
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Kehidupan Pink berubah saat ia didatangi oleh arwah Bintang, seorang artis terkenal yang tiba-tiba meninggal karena ledakan mobil. Mau tak mau Pink harus membantu menemukan kenyataan dibalik meninggalnya Bintang. Ia pun ikut membantu Martin, polisi yang bertugas menginvestigasi kasus kematian Bintang. Akankah mereka berhasil mengungkap tabir misteri yang menyelimuti kematian Bintang?

Pict by Pexel (Hamid Tajik) dan diedit di Canva

chap-preview
Pratinjau gratis
1
Seorang pria berusia 25 tahun keluar dari belakang panggung di sambut dengan teriakan penggemar beratnya. Pria itu adalah Ken Richard yang merupakan aktor layar lebar yang sedang diminati masyarakat. Selain wajahnya yang rupawan, ia juga memiliki bakat yang tidak bisa anggap sepele. Aktingnya banyak menuai pujian dari kritikus film dan juga sutradara. Film terbarunya yang merupakan remake dari film Gita Cinta Dari SMA juga mendapatkan kesuksesan yang luar biasa, bahkan bisa melampaui film Dilan. Meskipun hujan, pengemar tak hentinya datang , begitu pula dengan Pink, seorang gadis yang mengaku sebagai penggemar nomor satu Ken. Ia meneriakkan nama Ken begitu lantang sehingga membuat beberapa orang di depannya sedikit terganggu dan memilih untuk pergi dari tempat tersebut.     “Ken!!” teriak Pink tidak menghiraukan orang yang pergi karena suaranya.     Ken tersenyum dan melambaikan tangan pada para fans yang telah setia menunggunya hingga ia datang. Ken yang mengenakan kaus lengan panjang berwarna hitam dan juga kacamata hitam mulai mengangkat mikrofon untuk berbicara.     “Halo semua, apa kabar?” sapanya sambil membuka kacamatanya yang membuat semua gadis di tempat itu histeris.      “Baik!” sahut para pengemar yang kebanyakan adalah wanita.     “Saya senang sekali siang ini bias ketemu kalian semua. Meskipun di luar sedang hujan tapi itu tak jadi kendala buat pertemuan kita hari ini. Pada kesempatan hari ini saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk kalian semua.”     Ken bersiap-siap dengan micnya di tengah hiruk pikuk fans yang menggila karena karisma Ken yang begitu menghipnotis mereka. Saat suara musik muncul, mereka terdiam dan mengikuti alunan lagu yang tengah dimainkan untuk mereka. Ken pun mulai menyanyikan lagu milik Peter Pan yang berjudul Semua Tentang Kita dengan suara merdunya dan membuat para fans terhanyut dalam lagu romantis tersebut.     Pink yang memegang spanduk bertuliskan ‘Ken, I Love You’ terkesima dengan penampilannya dan membuatnya tersenyum sendiri hingga tidak sadar kalau lagu yang dinyanyikan Ken telah selesai dan ia mulai berbincang dengan pengemarnya lagi.     “Kalian sudah menonton film terbaru ku?” tanya Ken riang.     “Sudah, kamu ta,pan sekali di film itu!” teriak Pink dan juga pengemar yang lainnya.     “Oke, aku mau bikin kuis, siapa yang bisa jawab dengan tepat, akan aku beri hadiah ini,” Ken menacungkan kotak kado berwarna biru ke urada disambut dengan riuhnya penggemar yang menginginkan kado tersebut.     “Pertanyaannya adalah siapa nama ibuku? Mudah sekali,” ujar Ken menggoda panitia.     Pink langsung mengangkat spanduknya ke atas agar dipilih oleh Ken dan benar saja, ia dipanggil panitia untuk pergi ke atas panggung.     Pink berdiri di hadapan Ken. Ia tak henti-hentinya memandang wajah Ken yang tampan, alis yang tebal dan bibir yang indah. Ia terus menutup mulutnya dengan tangan karena tak bisa berhenti tersenyum lebar.     “Jadi jawabannya?” tanya Ken. “Eh, bentar. Sebelum menjawab, nama kamu siapa dulu?”     “Pink,” ujar Pink singkat karena gugup bercampur senang.     “Cantik. Jadi jawabannya?”     “Maria Renata Lubis,” ujar Pink mantap.     “Wow, enggak banyak yang tahu kalau nama tengah mamaku itu Renata. Oke, ini hadiahnya.” Ken memberikan hadiah pada Pink dan menjabat tangannya.     Pink membungkuk dan mengucapkan terima kasih pada Ken, lalu ia diantar turun melalui belakang panggung oleh panitia. Saat itu, Pink menemukan sebuah flashdisc. Ia memungutnya dan memasukkannya kedalam saku jaket yang ia kenakan. Pink kemudian memeluk hadiah itu dan mencium tangan yang baru saja bersalaman dengan Ken. Itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi Pink. ***     Pink masih terngiang-ngiang suara merdu Ken yang ia lihat dua jam yang lalau di atas panggung. Wajah Ken yang putih bersih dan tampan layaknya bule membuatnya tersenyum simpul di ruang kamarnya yang mungil atau lebih tepatnya rumah mungilnya. Ia bahkan tidak memperhatikan televisi yang sedang menyiarkan berita kecelakaan yang baru saja tayang beberapa menit yang lalu. Ia malah memainkan cangkir yang bergambar Ken. Hujan rintik di luar mendukungnya untuk terus larut dalam lamunan liarnya.      Pink ingat belum mebuka hadiah yang ia terima tadi. Ia mengambil hadiah itu dan berniat membukanya. Tapi Pink terhentak karena suara ketukan pintu yang tiba-tiba. Ia melihat kearah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 7 malam. Kemudian dia melihat kearah jendela yang telah basah karena hujan yang cukup lebat. Ia berfikir siapa kira-kira tamu yang dating hujan-hujan begini.  Pink pun beranjak dari tempat duduknya di lantai. Daster hijaunya yang menjuntai kini melambai mengikuti gerak tubuhnya. “Siapa?” tanyanya sambil membuka pintu yang terlihat reyot itu tapi tak ada siapapun disana. Suasana malam itu sedikit berbeda, lebih mencekam dan sunyi. Suara hujan tak mampu mengalahkan kesunyian yang mendera Pink tiba-tiba. Ia buru-buru menutup pintu rumhnya. Ia meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja yang tak jauh dari pintu dan menelepon seseorang. “Bebi, Bebi kamu ke sini dong. Aku takut,” ucapnya cepat dan gemetar ketakutan. “Takut? Takut apa? Tikus? Kecoa?” “Jangan bercanda deh. Tiba-tiba merinding. Di sini auranya gak enak banget kayak ada sesuatu gitu. Kamu ke sini dong, tolong ya Beb,” renggeknya pada Bebi, temannya sejak kecil “Iya deh iya bentar lagi aku ke sana, tunggu ya.” Bebi memutuskan teleponnya dan kesunyian menghampiri Pink lagi, kali ini lebih dari sebelumnya. “Ini bukan malem jum’at kan? Ya Tuhan,” gumamnya sambil menekan tombol tambah pada volume televisinya. Berita utama hari ini : telah ditemukan mobil Bintang dalam keadaan hangus hari ini pada pukul 17.00 waktu setempat. Mobil artis papan atas tersebut di temukan di sebuah halaman parkir. Polisi sudah mengamankan tempat kejadian perkara. Sayangnya Bintang yang ada di dalam mobil saat itu tidak dapat diselamatkan. Ia terkena luka bakar di sekujur tubuhnya. Polisi masih menduga bahwa ini adalah sebuah kecelakaan karena korsleting listrik pada mesin mobil. Tim forensik akan melakukan proses aotopsi dan melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kasus ini. Demikian lintas berita hari ini. Pink terbelalak mendengar berita yang baru saja ia tonton. Berita yang sebenarnya sejak tadi muncul di layar kaca yang tak mendapat respon sedikitpun darinya. “Bintang? Lawan main Ken di film terbarunya kan? Kasihan sekali?” TOK TOK TOK Suara ketukan pintu kembali terdengar. Pink berfikir mungkin itu Bebi yang datang. Tapi rasanya terlalu aneh karena ini masih lima menit setelah mereka mengobrol di telepon. Jarak rumah Bebi dan Pink memang tidak terlalu jauh tapi akan makan waktu sekitar delapan menit jika ditmpuh dengan berjalan kaki. Pink tak mempermasalahkan hal itu dan bangkit membukakan pintu tanpa ragu. Seorang pemuda berdiri di depan pintu rumah Pink. Wajahnya pucat pasi, tatapan matanya kosong dan terlihat suram. Pink terlihat heran. Ia seperti pernah melihat laki-laki ini tapi entah dimana. “Cari siapa ya mas?” “Di luar hujan, boleh kan aku numpang berteduh?” “Aku hanya bisa membiarkan kamu duduk di teras ini. Atapnya memang tidak terlalu panjang untuk menghalangi air tapi aku rasa itu bisa membuatmu tidak basah,” ujar Pink yang memdadak merinding “Iya, terima kasih,” ujar pria itu singkat. Pink merasa tidak nyaman dengan kehadiran pria yang tidak ia kenal. Bagaimana jika ia adalah perampok yang belakangan ini sering beroprasi di daerah sekitar tempat tinggalnya atau mungkin orang jahat yang akan melakukan tindak asusila padanya. Pikiran-pikiran buruk terus tergiang di kepalanya. Ia gelisah karena Bebi juga tak kunjung datang. Ia mulai mengganti saluran televisinya yang kembali memuat berita meninggalnya Bintang. Fans setia Bintang pasti terpukul mendengar berita yang benar-benar mengejutkan ini. Bintang yang baru saja naik daun berkat akting briliantnya di film remaja bertajuk Satu Cinta Untukmu Geisha telah meninggal dengan begitu tragis akibat terbakarnya mobil yang diduga karena korsletng listrik pada mesin mobil. Acara itu kini menampilkan foto-foto dari almarhum Bintang. Pink melihatnya lekat-lekat. Ia mengenali wajah itu. Wajah yang baru saja bertemu dengannya. Wajah milik pria yang ada di depan rumahnya.  Lampu rumahnya tiba-tiba mati. Suara televisi tak terdengar lagi. Hanya ada suara gemricik air yang terus turun dari langit. Pink menjadi panik dan ketakutan. Ia mencari ponselnya yang tadi ia letakkan di kursi. Ia menyalakan ponselnya untuk menghubungi Bebi agar segera pergi ke rumahnya. Tapi saat ia sedang mencoba menghubungi Bebi ia merasakan ada seseorang yang duduk disebelahnya. Perlahan ia menoleh sambil masih memegang ponselnya. Ia melihat siluet pria lalu berteriak sambil memejamkan matanya. “Aaaaaaa!” Saat itu juga pintu rumahnya terbuka dan lampu menyala. Bebi bergegas masuk karena mendengar teriakan Pink. Ia melihat Pink meringkuk di pojok kursi sambil memejamkan mata, kedua tangannya berada di kepalanya dan ketakutan. “Hei Pink! Kenapa?” tanya Bebi cemas sambil memegang tangan Pink. “Ada setan Beb. Disitu!” jawab Pink yang masih menutup matanya dan tangan kanannya menunjuk ke arah kursi sebelahnya. “Enggak ada apa-apa!” Pink perlahan membuka matanya. Ia bingung kenapa lampunya bisa menyala padaha sesaat tadi gelap gulita.  “Kok bisa? Ah, Beb, aku takut,” rengek Pink. “Ya elah, gini doang takut. Emang ada apa sih?” Pink melihat ke arah pintu dan kemudian memandang Bebi lalu berkata, “Diluar tadi ada cowok nggak?” “Enggak ada,” jawab Bebi singkat sambil memutar bola matanya ke atas. “Dijalan tadi enggak ada siapa-siapa. Hujan gini siapa juga yang mau keluar Pink.” “Serius, tadi ada cowok di depan. Bilang mau numpang neduh. Mukanya pucat Beb,” cerocos Pink meyakinkan Bebi. “Ganteng gak?” “Ganteng sih. Tapi bukan itu masalahnya,” tukas Pink. “Terus? Kamu mimpi kali!” “Wajahnya itu mirip sama Bintang yang artis itu Beb!” Bebi mengernyit, ia tak percaya dengan ucapan Pink. “Mana ada yang namanya hantu di jaman milenial kayak gini Pink?” “Terserah kamu percaya apa enggak! Yang penting sekarang temenin aku di rumah. Kamu tidur disini ya. Aku takut diculik hanti Beb.” “Iya iya,” ujar Bebi kesal. “Lagian mana ada hantu yang menculik manusia?” Malam itu Bebi tidur di rumah Pink dan tidak terjadi apapun sepanjang malam. Tanpa mereka sadari, pria yang tadi ditemui Pink, masih ada di teras rumah Pink. Dia hanya berdiri saja sambil menatap pintu rumah Pink dan kemudian lenyap seperti asap.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
211.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
194.0K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
628.0K
bc

PLAYDATE

read
118.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
15.6K
bc

My Secret Little Wife

read
105.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook