Reyhan dan Cindy baru saja tiba di kediaman kedua orangtuanya Cindy. Nampak rumah itu sepi seperti biasanya, Cindy sudah tahu bahwa ayahnya mungkin masih bekerja. Sedangkan pintu rumah masih ditutup dengan rapat sekali. “Apa Ibu nggak ada di rumah, ya?” “Udah turun aja, nanti juga pasti di dalam.” Cindy mengikuti saran dari suaminya. Turun dari mobil bersama dengan Reyhan. Dia mengetuk pintu berkali-kali hingga terdengar sahutan yang cukup melegakan hatinya Cindy. Bahwa masih ada orang di dalam rumah. Pintu dibuka, keluar ibu tirinya yang menyambutnya. “Lho, kok tumben? Masuk dulu!” Cindy mengajak suaminya dan Reyhan mengikuti dari belakang. Dia dipersilakan duduk, Cidny diminta membuatkan minuman untuk suaminya. Ia menurut begitu saja kepada ibu tirinya. Tapi Reyhan tidak boleh ta