Apartemen.
Tinggal berdua.
Sangat jauh dari bayangan Cindy bahwa dia akan tinggal berdua dengan suaminya. Pria itu mengajaknya untuk keluar dari rumah mertuanya dengan catatan bahwa dia akan tetap dibiayai kuliah oleh suaminya.
Menikah muda memang tidak pernah diinginkan oleh Cindy sebelum dia menjadi dokter—seperti cita-citanya yang selalu dia gantungkan sejak dulu. Menikah tidak ada resepsi, tidak ada yang mewah juga dari pernikahan mereka. Hanya ada keluarga yang menemani keduanya.
Apartemen Reyhan mewah dan juga cukup luas untuk mereka tinggali berdua. Akan tetapi dia mengetahui kenyataan bahwa nanti suaminya akan mengajak dia keluar dari apartemen ini. Bukan tanpa alasan, namun karena mungkin di masa yang akan mendatang mereka berencana melakukan sesuatu—seperti memiliki anak—contohnya.
Dia pernah mendengar suaminya sendiri membahas mengenai keturunan dengan orangtuanya waktu itu. Sayangnya Cindy juga belum siap untuk satu hal itu. Mereka hanya tinggal berdua, tidur berdua. Tanpa ada kontak fisik seperti pegangan tangan, apalagi melakukan hal yang lainnya.
Cindy sendiri masih memikirkan nasibnya kedepan. Dia harus tetap kuliah, menjadi anak yang dibanggakan oleh orangtua. Jauh dari hadapan mengenai memiliki keturunan.
Banyak harapan-harapan yang diinginkan untuk terwujud, salah satunya adalah keinginan dia untuk tetap berada disisi orangtuanya, tapi dia sekarang sudah menikah dan harus bisa mengurus suaminya sendiri.
Di apartemen ada asisten yang datang sesekali untuk mengurus pekerjaan rumah, seperti bersih-bersih dan juga membersihkan tempat ini. Reyhan tidak terlalu memberikan izin pada Cindy karena apartemen ini cukup luas, tidak mungkin Cindy bisa mengerjakannya sendirian jika dia membersihkan tempat ini.
Reyhan sudah kembali lagi ke kantornya. Reyhan memang sibuk bekerja dan kadang pulang sore hari ataupun malam hari, kadang juga dia tidak bisa tidur kalau suaminya belum pulang. Mengingat kalau Reyhan adalah teman hidupnya sekarang.
Di sini dia sekarang punya uang sendiri, jatah untuk belanja bulanan untuk makan sehari-hari mereka. Dan dia juga mendapatkan jatah uang untuk membeli baju dan apa yang dia inginkan. Reyhan juga memberikannya fasilitas cukup mendukung seperti ponsel baru dan juga laptop untuk kebutuhan dia selama kuliah nanti.
Kiuuuuut
Cindy menoleh. “Kenapa belum tidur?”
Ya Reyhan pulang cukup lambat, dan sekarang pria itu baru saja sampai apartemen. “Kakak sudah makan?”
“Belum. Besok saja. Aku lelah.”
“Aku juga belum kak. Aku sudah masak terus nungguin kakak pulang kerja.”
Reyhan mengusap tengkuknya dan terlihat sekali raut wajahnya sangat lelah. “Ya sudah, aku mandi dulu.”
Terbiasa masak di rumah orangtuanya, Cindy jadi terbiasa juga dan bisa memasak untuk suaminya sekarang. Apalagi Reyhan baru pulang dan dia belum makan. Cindy memanaskan makanan yang tadinya ingin dia sajikan untuk suaminya.
Masakan sudah siap dihidangkan. Reyhan keluar dari kamar dan disambut oleh Cindy untuk makan malam. Dia melayani suaminya dengan baik. “Kakak suka sup kata, Mama.”
“Iya, ya sudah kamu makan juga! Aku bisa ambil sendiri.”
Sebenarnya dia sangat lelah dan ingin tidur. Dia hanya makan siang tad di kantor dan harus melanjutkan pekerjaan lagi. Semua itu harus dia kerjakan dan bisa selesai besok. Sampai dia pulang terlambat, dan di rumah malah ditunggu oleh istrinya.
Ya istri kecilnya.
Reyhan sadar dia menikahi gadis kecil yang seumuran dengan adiknya.
“Kamu jadi daftar beasiswa?”
“Jadi kak, aku coba-coba aja dulu.”
“Iya, apa pun hasilnya jangan berkecil hati. Kamu sudah mencoba.”
Cindy mengangguk dan melanjutkan makan malamnya bersama dengan suaminya. Reyhan juga menikmati makan malam dengan khidmat. Dia menikmati masakan yang cukup enak. “Kamu biasa masak?”
“Iya, aku kan setiap hari masak. Tapi kakak nggak pernah mau makan malam bareng.”
Telak, Reyhan kena skak dari istrinya. Dia hanya ragu soal rasa yang nanti tidak sesuai dengan lidahnya. Bahkan sarapan pun dia hanya cukup sarapan dengan roti. Sekarang dia malah suka dengan masakan istrinya. “Kalau kamu sudah sibuk kuliah nanti, usahakan jangan terlalu banyak ngerjain pekerjaan rumah.”
“Masih lama kak, kan ada proses seleksi dan juga aku harus nunggu pengumuman.”
“Aisha tadi nggak ke sini?”
“Mama yang ke sini, dibawain bahan masakan. Mama juga bawain aku baju baru.”
Cukup adil mamanya memperlakukan Cindy seperti memperlakukan Aisha. Dan sekarang bahkan untuk baju pun mamanya datang membawakan untuk Cindy. “Setelah ini kita tidur, ya!”
“Nggak baik kak. Kan harus biarin makanannya di cerna dulu.”
“Iya aku tahu. Maksudku nggak ada pekerjaan lain lagi yang harus dilakukan?”
“Aku cuci piring sebelum kita tidur.”
Reyhan tidak menjawab apa-apa lagi. Dia merasa tengkuknya juga sangat pegal sekarang. “Cindy, apa kamu tahu Mona ke mana?”
Cindy yang tadinya menikmati makan malamnya tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu. “Aku nggak tahu, sejak dia pergi ninggalin acara. Aku nggak tahu lagi dia ke mana. Ibu sama Ayah juga nggak pernah singgung lagi soal dia.”
“Aku juga sudah coba hubungi, kenapa dia bisa kabur begitu saja.”
Pernikahannya baru saja genap sebulan, Reyhan sudah menyayat hati Cindy. “Kakak kangen sama Kak Mona?”
Reyhan mengangguk.
Cindy tersenyum dan sadar diri bahwa pernikahannya dengan Reyhan karena menggantikan kakaknya. “Kakak juga cari Kak Mona?”
“Iya. Aku nggak tahu dia ada di mana sekarang.”
Cukup jelas bukan? Cindy tidak akan berharap lebih pada pernikahannya bisa berjalan seperti yang diinginkan mertuanya. Bahwa hati suaminya ada untuk kakaknya. Bukan untuk dia. Cindy sekarang mengerti bahwa dia memang tidak ada apa-apanya dibandingkan kakaknya. Cindy juga harus tetap sadar diri bahwa dia memang menikah karena paksaan orangtuanya menggantikan posisi kakaknya. Bukan untuk memiliki Reyhan selamanya.
Mungkin suatu saat, entah cepat atau lambat. Barangkali ini akan berakhir.
“Kalau semisal Kak Mona kembali. Apa yang akan kakak lakukan?”
“Menurutmu?”
“Kakak akan kembali sama dia?”
“Kurasa kamu tahu jawabannya sebelum aku menjawab.”
Cindy benar-benar bisa tersenyum dalam keadaan ini. Dia melanjutkan kembali makannya, tapi tidak dihabiskan. Masih menyisakan sisa di piringnya.
Selalu percaya dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya bahwa mereka menikah tidak akan pernah ada perceraian. Tapi barusan? Reyhan mengatakan dengan jelas melalui jawaban Cindy sendiri mengenai dia akan kembali lagi bersama dengan Mona jika kakaknya kembali lagi.
“Semoga Kak Mona bisa ketemu, Kak.”
“Iya.”
Apa Reyhan tidak peka? Apa Reyhan tidak bisa sedikit saja menghargai hati istrinya? Meski dia tidak mencintai Cindy. Setidaknya dia bisa memikirkan bagaimana perasaan istrinya saat ini.
Aku akan mengingatkan untuk tidak lupa memberikan love, ya!
Biar ceritanya juga di update setiap hari.