Stela masih bergelantungan, keringat dingin sudah bercucuran di pelipisnya, mulutnya terus berteriak meminta tolong dan tak jarang dia mengumpati Melviano yang hanya menontonnya tanpa mengulurkan tangan untuk menariknya kembali ke atas, atau sekadar berupaya untuk menyelamatkannya pun tidak. Stela jadi berpikir mungkinkah Melviano berniat membiarkannya jatuh? Dia tak menyangka sedikit pun pria itu sekejam dan setega itu padanya. “Viaaan!” Stela berteriak dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dia punya, tangannya sudah nyaris tak sanggup berpegangan pada akar yang menjadi satu-satunya alat untuk menopang tubuhnya itu agar tidak jatuh ke bawah. Terlebih tangannya pun sudah berkeringat, benar-benar hanya menunggu dalam hitungan menit maka sudah dipastikan dia akan jatuh ke bawah. Memba