Aji “Jangan takut, ada saya.” Aku merasakan tangan Lia mengerat di lenganku, nyaris terasa seperti meremas. Karena ini sudah kedua kalinya, aku yakin sekali pasti ada sesuatu yang benar-benar tidak baik terjadi di antara mereka berdua. “Jadi ini, laki-laki yang membuatmu terus menolakku, Li?” tanya laki-laki itu sembari menuruni tangga teras. Aku menangkap ada senyum picik tercetak jelas diwajahnya. Aku yang hendak menyahut kalimat laki-laki itu, seketika urung ketika Lia tiba-tiba mengapit lengan kiriku. Lia sempat menoleh kearahku dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan suara yang sedikit lantang, meski di saat bersamaan juga terdengar sedikit bergetar. “Iya, kenapa? Sudah jelas, kan?”