Terdengar desahan napas panjang dari Letty Van Der Lyn. Sungguh pun, tak sedetik pun Letty memalingkan wajahnya. Tatapan tegas dan buas itu sedari tadi diarahkannya pada pemilik bola mata berwarna cokelat di depannya.
Sementara Leonard Van Der Lyn juga tak bergeming sedikit pun. Lelaki itu juga memberikan tatapan penuh peringatan pada wanita di depannya hingga akhirnya Letty mengalah. Wanita muda itu mendengkus sambil menelengkan wajahnya ke samping.
Butuh beberapa detik bagi Letty. Tampak gadis itu menelan saliva, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri. Setelah merasa lebih baik, ia pun memutuskan untuk kembali memandang Leonard.
“Oke!” tandas Letty. “God, you make me shocked!” desis Letty. Wanita muda itu memalingkan wajahnya. Tangan kanannya terangkat lantas mengusap wajahnya yang tampak pias tersebut.
Sungguh pun, foto yang diberikan Leonard mengguncang seisi alam semesta milik Letty Van Der Lyn. Tanpa perlu Leonard menjelaskan, Letty seolah sudah bisa menangkap apa arti dari foto tersebut.
Lucas Van Der Lyn yang tidak lain adalah ayah dari Canadia Van Der Lyn sekaligus paman mereka tengah berdiri dengan tegap sambil memegang sebuah senjata laras panjang mematikan berjenis senapan M4A1.
Bukan hal itu saja yang membuat Letty terkejut, tetapi keberadaan Lucas Van Der Lyn bersama Hasimurah Tsukasa. Seorang penguasa yang datang dari Negri Tirani. Pemilik Kastil Naga dan pemegang takhta tertinggi pada sindikat terorganisir di Jepang. Mafia yang memberi label menakutkan pada organisasi mereka. Yakuza. Dan nama itu sudah tak asing lagi di ingatan Letty.
Sepuluh tahun silam kala Letty Van Der Lyn masih seorang remaja polos yang kaget ketika tahu bahwa ayahnya adalah seorang mafia.
Di umur yang belia, Letty diberitahu oleh ayahnya sendiri bahwa dia punya sindikat terorganisir bernama Black Glow dan Letty yang saat itu telah berumur tujuh belas tahun diberikan kado oleh ayahnya yaitu sebuah pangkat tertinggi dalam sindikatnya.
Fredrick secara terang-terangan memberitahu Letty bahwa dia akan menjadi penerus takhta dan memegang kendali penuh atas organisasi gelap di bawah naungan Black Glow. Organisasi yang aktivitasnya melakukan tindakan kriminal.
Salah satu aktivitas kriminal tersebut adalah penjualan obat-obat terlarang. Saat itu Letty mengetahui bahwa ayahnya punya sebuah tambang nikotin yang diproduksi di Florida tempat itu juga tidak lain adalah rumah masa kecil mereka.
Letty sangat syok. Perlu diketahui bahwa Letty Van Der Lyn bercita-cita ingin menjadi CIA. Sejak kecil Letty memang telah dilatih oleh ayah dan pamannya. Dia menguasai segala jenis bela diri serta mahir menggunakan senjata.
Bukan hanya mahir menggunakan senjata dan bela diri. Insting dari Letty Van Der Lyn juga sangat peka. Semua itu terbukti ketika Fredrick menantang Letty untuk mengalahkannya di atas ring tinju. Dengan iming-iming motor sport mewah, Letty pun menerima tantangan dari ayahnya.
Letty yang polos dan tidak tahu apa-apa menerima tantangan tersebut dan berlatih dengan semangat. Setahun kemudian, ia pun menerima tantangan dari ayahnya dan berhasil mengalahkan ayahnya di atas ring. Mereka bukan hanya bermain tinju, tetapi jujitsu.
Fredrick kalah itu juga tak segan-segan menyerang putrinya. Salah satu niat Fredrick adalah menguji setajam apa insting Letty dan sekaligus membuka insting puasnya. Usaha Fredrick berhasil. Letty pun keluar sebagai pemenang. Namun, Letty tak tahu bahwa kemenangannya itu adalah sebuah pertanda bahwa ia akan dimasukkan ke dalam sebuah organisasi menakutkan yang menentang prinsip hidupnya.
“Leonard!” Letty melirih. Ia membanting wajahnya di atas telapak tangan yang terbuka. Tak dapat lagi menahan rasa sakit di hatinya, Letty pun kemudian menangis hingga kedua sisi bahunya gemetar. Leonard yang melihatnya lalu memalingkan wajah, ia pun mendesah kasar.
“Aku tahu bahwa apa yang telah kutunjukkan pasti akan menyakiti hatimu,” ujar Leonard. Tampak Letty menggelengkan kepalanya dan sekali lagi membuat Leonard memandangnya.
“Tapi inilah kenyataannya, Letty,” ujar Leonard.
Masih tersedu-sedu, Letty mencoba untuk melawan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Sejujurnya, Letty cukup senang mengetahui jika Lucas Van Der Lyn masih hidup. Ini adalah sebuah kabar yang gembira. Air mata ini adalah luapan kebahagiaan. Namun, di sisi lain air mata ini juga menyimpan kepedihan yang mendalam.
Bagaimana mungkin Lucas Van Der Lyn berada di markas Yakuza dan berdampingan bersama Tsukasa. Dilihat dari wajahnya yang tegas, Letty seolah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sana.
“Aku ... aku ....” Letty bergumam sambil sesenggukan dan memandang lembaran foto di tangannya. Sungguh pun, Letty ingin menjerit dan meneriakkan kekesalannya. Namun, Letty juga tahu persisi bahwa semua itu akan sia-sia saja. Letty sudah tak bisa melawan kenyataan. Satu-satunya yang bisa Letty lakukan saat ini adalah mengeluarkan pamannya dari sana dan membawa Lucas Van Der Lyn kembali berkumpul bersama keluarganya.
“Oke!” Letty berucap sambil menyeka air matanya. Dadanya masih gemetar, tetapi Letty berusaha untuk menguatkan dirinya. Wanita muda itu melakukan tarikan napas dan sambil mendongakkan dagu juga membusungkan dadanya, Letty pun mengembuskan napasnya dalam desahan mengentak.
“Mari kita temui paman,” ucap Letty.
Leonard terdiam sejenak dan tampak sudut bibirnya berkedut. Lelaki itu kemudian mengedikkan alis dan bahunya secara bersamaan.
“Aku memang akan ke sana dengan atau tanpa kalian,” ucap Leonard.
Letty pun menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tetap harus ikut,” ucap Letty.
“So, what about Aurora. What about Alexander. What about your—“ Ucapan Leonard terhenti ketika matanya bergulir ke bawah, mengarahkan pandangannya pada perut Letty. Leonard pun mendengkus lalu memalingkan wajahnya. Seketika lelaki itu mengencangkan rahang, sekencang kepalan tangannya di atas paha.
“f**k! I’m sorry,” gumam Leonard. Lelaki itu lupa bahwa kakaknya baru saja mengalami keguguran.
“It’s okay, Leonard. Aku sudah banyak kehilangan orang yang aku cintai dan sepertinya takdir memang gemar mengambil orang-orang yang aku cintai,” ujar Letty.
“You probably take a rest, Letty. Kalian bisa melakukan perjalanan bulan madu. Alih-alih kamu ke markas Yaku—“ Ucapan Leonard terhenti seketika saat Letty menggelengkan kepalanya.
“No,” gumam Letty. “aku keguguran karena aku tak bisa beristirahat dengan tenang. Selama liburan ada saja hal yang menggangguku. Aku stres padahal aku bersama suami dan putriku. Tidak, Leonard. Takdir memanggilku untuk hal ini dan setiap kali aku mencoba mengabaikannya, ia akan berusaha menarikku sampai aku benar-benar mengikuti permainannya,” ujar Letty. Ia masih sesenggukan sehingga gadis itu memilih untuk diam sejenak dan mengambil napas.
Sementara Leonard tampak mendelikkan kedua sisi alisnya. Sekali lagi lelaki itu mendesah kasar, ia pun menepuk pahanya.
“Well, sepertinya tak ada yang bisa menghentikanmu untuk hal itu, tapi untuk mengepung markas Yakuza kita harus mengumpulkan tim. Aku hanya punya Edgar dan Pasangan Rubah Merah,” ujar Leonard.
“Mike dan Joe bersama Canadia,” timpal Letty.
Leonard lagi-lagi mendesah kasar. Sekali lagi ia menelengkan wajahnya ke samping. “Aku tidak berpikir untuk membawa Canadia,” ujar pria itu.
“Ya, aku juga berpikir demikian,” gumam Letty.
“It’s okay, aku bersama dengannya!”
Suara bariton berat yang berseru dari ujung tangga membuat Leonard dan Letty bergeming. Kompak, mereka pun memutar wajah dan sama-sama mengarahkan pandangan mereka pada lelaki yang berseru tadi.
Matheo Diaz si pria bertubuh kekar itu tampak mengembuskan napas dalam desahan panjang. Sambil memandang kakak beradik Van Der Lyn itu, ia pun berjalan menghampiri mereka lalu berdiri di sudut kursi, sebaris dengan Leonard.
“Canadia telah menunggu waktu ini seumur hidupnya. Bahkan jika kalian pergi diam-diam, dia akan mencari sejuta cara agar dia bisa menemukan Yakuza.” Ucapan Matheo membuat Leonard terkekeh sinis.
“Apakah kamu pikir Yakuza adalah kelab malam?” sinis lelaki itu dan Matheo menggelengkan kepala.
“Aku tahu siapa mereka,” jawab Matheo.
“Well, kalau begitu kamu tahu bahwa mereka adalah sekelompok paus dalam wujud manusia.” Leonard kian sarkasme. Namun, Matheo terlihat begitu tenang. Setenang ia mengembuskan desahan napas panjang.
“Ya,” jawab Matheo sambil menganggukkan kepalanya. “Namun, aku juga tahu bahwa keluarga Van Der Lyn adalah pemburu kawanan paus dalam bentuk manusia itu.”
Mendengar ucapan dari Matheo membuat Leonard tergelak. Ia pun memutar wajah, memandang sang kakak dan Letty masih terdiam dengan wajah sendu. Sudut bibir Leonard berkedut, ia tersenyum kecut. Lelaki itu kemudian mengedikkan kedua sisi bahunya.
“Well, sepertinya ini akan menjadi drama menarik. Kuharap paman akan senang menerima kedatangan kita.”
Ada suatu isyarat yang tersirat dalam ucapan Leonard barusan dan Letty menangkapnya dengan baik. Namun, gadis itu masih tak ingin berkomentar. Seperti biasa, ia akan menunggu waktu yang tepat untuk bertanya pada adiknya.
Leonard pun mendengkus. Sekali lagi lelaki itu menepuk pahanya kemudian bangkit dari tempat duduknya. Pria itu tersenyum simpul, tampak tak ikhlas.
“Well, aku butuh udara segar. Selamat beristirahat!” ucap Leonard. Tak ada kata lagi yang terucap. Lelaki itu kemudian memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.