Jelita

1242 Kata
Butuh waktu lama bagi seorang lelaki bernama Ridho Ginanjar untuk berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu di mana dia menjadi sesosok pria pengecut yang tidak bisa menepati semua janji-janjinya pada seorang wanita yang sudah memberikan hidup dan mati untuk dirinya, pengecut yang lari dari sebuah janji yang dengan kesadaran penuh ia ucap, jika harga diri seorang lelaki tercermin dari kuatnya ia memegang janji maka Ridho merasa jika dia adalah seorang lelaki yang paling hina karena mudahnya ia ingkar janji. Sekian lama lelaki itu termenung menimbang masa lalu dan masa depannya. Masa depan? rasanya begitu muak mengingat dirinya yang beberapa saat lalu mengharapkan memiliki masa depan yang cerah dengan wanita yang dicintainya, masa depan yang sudah ia gadang-gadang menjadi masa yang begitu membahagiakan.  Tetapi nyatanya? Adella Rahma. Ternyata begitu mudah wanita itu membalikkan keadaan, istri yang begitu dia cintai dengan begitu mudah membalikkan perasaannya menjadi benci, muak, dan berbagai perasaan sejenis lainnya hanya dengan sebuah penghianatan. Menangis sambil mengiba wanita yang kini sedang berbadan dua itu duduk di kursi sebuah cafe. Di hadapannya sang mantan suami tegang menahan amarah, hampir berteriak memaki jika saja sudah tidak memiliki rasa malu pada pengunjung cafe lainnya. "Sekarang coba kamu tanya pada dirimu sendiri, masih pantaskah kamu di percaya!" kata-kata itu pasti mampu menghancurkan perasaannya, Perasaan seorang wanita yang sedang berusaha menguak kebenaran tentang bayi dalam kandungannya. Bagi seorang Ridho Ginanjar tidak ada pengampunan bagi seorang penghianat. Bagaimanapun keadaannya sekarang, dia pernah berbuat salah maka yang ada dalam dirinya semua salah termasuk bayi itu. Belum tentu mewarisi darahnya, bisa saja bayi itu bukan darah dagingnya. Sementara kembali menjemput masa lalu untuk menjadikannya masa depan bukanlah hal yang mudah, sudah tidak ada rasa di sana walaupun sudah ada gadis kecil bernama Jelita yang menginginkan dia di sana, dalam kehidupan anak yang tidak berdosa walau terlahir karena sebuah noda. Konflik baru dalam keluarga pun terjadi, sang Ayah menginginkan Ridho bertanggung jawab akan Jelita sedangkan sang Ibu menentangnya, jangan menambah aib yang akan jadi bahan gunjingan orang katanya. "Sebagai seorang lelaki yang bermartabat kamu harus bertanggung jawab pada Anissa dan anak itu, cobalah cari mereka," saran Pak Raharja, bijak di belakang semua kesalahan yang pernah ia lakukan.  "Martabat? Justru kalau memikirkan martabat, kita nggak boleh bawa mereka ke dalam hidup kita, baru kemarin nama baik kita tercoreng karena ulah Arman dan Adella bagaimana kata orang kalau tiba-tiba mereka tau Ridho sudah punya anak di luar nikah, lalu apa bedanya dia dengan Adella!" Bu Rita lantang menentang. Mendengar kata-kata sang Ibu hati Ridho merasa tersentil, benar juga kata Ibunya dia telah menghukum Adella sementara dia sendiri tidak luput dari kesalahan. "Tapi Bu, Jelita itu anaknya Ridho cucu kita juga bukankah Ibu udah lama pengen punya cucu?" Pak Raharja merayu istrinya. "Ibu memang pengen cucu, tapi bukan dengan cara seperti ini. Inget Pak, Bapak tuh kepala desa orang nomer satu di desa ini, kita harus menjaga nama baik kita Pak." Bu Rita memperjelas alasannya, dan memang benar yang ia katakan tetapi apakah hanya karena sebuah nama baik keluarga mereka harus mengelak dari seseorang yang juga bagian dari keluarga? "Dengar Ridho kalau kamu mau bawa mereka ke sini boleh saja tapi dengan satu syarat, nanti kita bilang ke orang-orang kalau Anissa itu janda beranak satu. Pokoknya kamu nggak boleh mengakui Jelita itu anak kandung kamu," ucap Rita, tegas sambil menatap wajah sang anak yang terlihat dalam sebuah dilema.  Biasanya kalau sang ratu di rumah itu sudah mengambil keputusan, tidak ada seorang pun yang bisa membantah, dan benar saja Pak Raharja dan Ridho pun hanya mengangguk pasrah. Rasa ingin tahu semua tentang Jelita lah yang membuat dia membulatkan tekad mendatangi kota penuh kenangan akan sebuah cerita cinta. Entah apa yang akan dia hadapi tapi langkahnya pasti menyusuri jejak-jejak yang telah lama tertinggal dan terlupakan. * Dita Andriyani *  Segalanya tampak berbeda sejak terakhir kali dia menginjakkan kaki di kota metropolitan ini, kemajuan sangat pesat hingga wajah kota ini tak lagi dia kenali. Semuanya telah berubah seperti rasa di dalam hatinya.  Dengan sebuah taksi dia menyusuri jalanan komplek sebuah perumahan di Jakarta Barat, semuanya tampak berbeda dari saat terakhir kali ia melihatnya.b Begitu juga rumah yang pernah selama lima tahun dia tinggali tampak sudah di renovasi dengan gaya yang lebih modern, Dengan sebuah papan nama cukup besar tergantung di atas pagar rumah itu bertuliskan. 'dr. Anissa Nesti W. Praktek senin-jumat jam 09:00-11:00 & 16:00-20-00.'. Jika dilihat dari tulisan tersebut Annisa ada di tempat prakteknya saat ini karena ini adalah hari Selasa dan baru jam 10:00. Tetapi Ridho sama sekali tidak turun dari taksinya, dia hanya menunggu, mungkin menunggu sebuah keberanian hadir dalam hatinya dan entah kapan itu akan terjadi. Sesekali nampak pria itu menghela nafas, pandangannya lekat tertuju pada teras rumah itu berharap seorang anak perempuan ada di sekitarnya. Membayangkan apa yang harus dia katakan bila nanti mereka bertemu, bagaimana reaksi Anissa dan kedua orang tuanya bagaimana rasanya bila nanti anak itu memanggilnya dengan sebutan papa. "Pak, Pak kita mau terus di sini?" Pertanyaan dari sopir taksi yang sudah setengah tua itu membuyarkan ribuan pemikiran yang bergantian memasuki otak Ridho. "Mmm... Kita ke hotel terdekat saja, pak," jawabnya setelah sedikit berfikir. Mungkin besok pagi aku baru akan menemui mereka, sepertinya itulah yang ada dalam fikirannya. * Dita Andriyani *  Waktu baru menunjukkan pukul 07:30 wib saat Ridho melesat ke luar rental penyewaan mobil dengan sedan berwarna hitam. Dia sengaja menyewa mobil untuk mempermudah perjalanannya selama di Jakarta rasanya akan merepotkan jika harus bolak balik mencari taksi. Hanya lima belas menit waktu yang tertempuh hingga kini dia berada di lorong komplek perumahan Anissa saat dia melihat mobil yang Anissa kendarai keluar melewati pagar rumahnya. Tanpa pikir panjang Ridho segera mengikutinya dari belakang, Selama hampir tiga puluh menit dia seolah-olah menjadi seorang polisi yang sedang mengintai buronan. Ridho menginjak rem menghentikan laju mobilnya ketika Anissa memasuki sebuah sekolah elite, rupanya Anissa hendak mengantarkan Jelita ke sekolahnya. Lagi dan lagi Ridho hanya mengawasi dari jauh, Dia benar-benar merasa menjadi seorang pengecut. Lima belas menit kemudian mobil Anissa keluar dari gerbang sekolah melaju kencang mungkin dia memburu waktu prakteknya yang akan segera di mulai. Ridho memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah tersebut dia tampak menyisir setiap sudut sekolah itu hingga ada seorang wanita menyapanya "Maaf sepertinya Anda mencari sesuatu, Ada yang bisa saya bantu," tanya wanita itu ramah. "Iya saya sedang mencari keponakan saya, namanya Jelita Putri Ginanjar," Ridho menjawab sedikit ragu saat ingin mengakui bahwa dia adalah ayah kandung Jelita. "Oh Jelita, Ini masih jam belajarnya," jawab wanita itu. "Saya hanya ingin melihatnya," pria itu sedikit kecewa. "Baik mari saya antar ke kelasnya, Tapi Anda hanya boleh melihat dari jendela tidak ada yang boleh menemui murid di sekolah ini tanpa izin orang tuanya!" Tegas wanita yang nampaknya juga seorang guru di sekolah itu. "Terima kasih, Bu," Ridho menjawab sambil mengekori langkah wanita itu. "Ini kelas Jelita, Saya permisi dulu," wanita itu meninggalkan Ridho yang tertegun melihat ke dalam kelas. Dia melihat di dalam kelas hanya ada seorang guru wanita dengan tiga orang murid saja, dua murid laki-laki dan satu orang murid perempuan. Sudah bisa di pastikan dialah Jelita, walau sudah jelas Jelita mewarisi garis wajah yang nyaris serupa dengannya, Tetapi ada yang sontak bergemuruh dalam d**a pria dengan tinggi badan 175 cm itu melihat bahwa ketiga murid di dalam adalah murid istimewa. Rasanya sulit di percaya tapi inilah kenyataan yang ada di depan mata, kenyataan yang tidak mungkin lagi di hindari. Melihat Jelita membuat Ridho kembali meragukan akan masa depannya, bagaimana dia bisa menghadapi dunia dengan Jelita yang istimewa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN