"Mulailah untuk mencari teman yang dapat membawamu hingga ke Surganya Allah. Bukan hanya berteman di dunia saja, karena kehidupan abadimu adalah di akhirat kelak. Dan sahabat sejati adalah dia yang mampu berjalan bersama hingga surganya Allah."
Ranabella Khanza Syaqilla
***
Melupakan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasa cinta yang telah hadir tidak mudah dihilangkan begitu saja. Tetapi, saat ini aku mulai terbiasa dengan rasa ini. Allah yang memberiku rasa cinta ini, dan Allah juga yang tau akan bagaimana skenario akhir cintanya. Bukankah semua sudah menjadi skenario Tuhan? Hanya saja bagaimana kita menjalani semua itu.
Cukup kemarin aku memperjuangkannya dengan cara yang salah, sekarang aku sudah sadar bahwa cinta itu bukan memaksa tetapi, menerima. Menerima satu sama lain untuk mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan sekarang aku akan kembali bertawakal kepada Allah. Mungkin, Allah sudah cukup memberiku semua perasaan ini, dan perjuangan yang tidak ada hasilnya. Oleh karena itu, dia datangkan seseorang yaitu, Aliya yang mampu membuatnya berubah dan sadar bahwa apa yang diperjuangkannya tidaklah berguna.
"Bel...." panggil Aliya yang mengguncang tubuh Bella. Entah kenapa akhir-akhir ini Bella lebih sering melamun entah apa yang dipikirkannya.
"Eh, Al, Kapan kamu dateng? Udah lama?" tanya Bella yang terkejut melihat kedatangan Aliya dengan tiba-tiba.
"Engga kok baru, tadi mau ke kelas tapi lihat kamu sendiri di sini, ya aku samperin aja dulu," jawan Alysa di samping Bella.
"Oh gitu," jawab Bella sambil menganggukan kepalanya.
"Ehm ... Bel kamu masih mikirin Azka?" tebak Aliya yang melihat Bella melamun tadi.
"Enggak kok, Al, malah aku lagi mikir nyesel juga pernah suka dia dan lupa sama Allah yang udah kasih nikmat banyak untuk aku," jawab Bella.
"Ngapain nyesel? Nggak ada yang perlu disesali, Bel. Rasa cinta itu hadir karena Allah, hanya cara kamu aja yang salah dalam memperjuangkannya. Aku sangat tahu kamu memperjuangkannya dan sangat menginginkan supaya dia jadi pacar kamu, kan?" tanya Aliya yang tebakannya dibenarkan oleh Bella.
" Ya dulu memang seperti itu. Aku fikir, dengan mengejarnya aku bisa berpacaran dengan dia. Lalu, buktiin kepada mereka yang memandangku sebelah Mata, kalau aku bisa luluhin manusia es itu. Tetapi, semuanya sia-sia ternyata. Dia nggak jadi pacar aku malah cuma kecewa yang aku dapat. Untung kamu hadir disaat yang tepat, yang buat aku sadar kalau selama ini aku salah," kata Bella menyesal.
"Ingat Bella pacaran itu haram. Pacaran itu awal dari perzinaan, mendekati zina aja nggak boleh apalagi melakukannya.
Allah Ta'ala berfirman...
*وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا*
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan k**i, dan suatu jalan yang buruk" (QS Al Isra: 32).*
Mereka yang bisa pacaran itu sama sekali nggak keren Bel. Mereka bukan saling menyayangi tetapi mereka lebih mementingkan nafsu duniawi. Cinta itu bukan ditempuh dengan jalur haram seperti pacaran. Jika cinta seharusnya mereka menikah itu baru yang halal. Kalau belum mampu menikah lebih baik saling menjaga dan mendoakan supaya kelak Allah izinkan Cinta kalian bersatu dalam akad pernikahan, yang disahkan oleh agama dan negara," nasihat Aliya kepada Bella.
"Oh gitu ya Al, aku beruntung kenal kamu Al. Bisa buat aku jadi sadar. Padahal, kalaupun aku mengejar-ngejarnya belum tentu aku bisa pacaran juga sama dia. Malah yang ada cuma kekecewaaan," jawab Bella lagi.
"Kamu bangga kalau nantinya kamu bisa pacaran sama dia? Pacaran itu tandanya doi nggak serius sama kamu, kalau misalnya dia serius, dia cinta, dia pasti bakal ngajak kamu nikah, menjalin hubungan yang halal,bukan malah pacaran. Inget Bel! laki-laki yang baik tidak akan mengajak perempuannya berpacaran kalau, dia serius pasti dia berani nemuin orang tua kamu, bukan malah menyesatkan kamu lewat hubungan terlarang kayak pacaran itu," jelas Aliya panjang lebar.
"Iya Al aku paham sekarang. Bantu aku untuk berhijrah ya Al. Supaya aku nggak salah lagi dalam menentukan pilihan, yang akhirnya malah membuat aku jadi kecewa sendiri," ucap Bella mengingat kesalahan yang telah dibuatnya kemarin.
"Iya aku akan bantu kamu, karena kamu sudah aku anggep seperti adikku sendiri," Kata Aliya dan mereka pun saling berpelukan.
"Lihat deh,tuh si Bella pencitraan mulu hidupnya. Kemaren sok ngejar-ngejar Kakak Kelas. Sekarang, udah nempel Aja sama anak baru, tuh anak maunya apa sih," ucap seseorang yang berbicara dengan temannya, dan berada di samping tempat Bella. Bella yang mendengarnya pun melepaskan pelukannya dari Aliya dan melihat ke arah orang tersebut.
"Iya, ya. Heran sama orang kayak gitu, biar apa sih deketin Kakak Kelas. Kebelet famous kali ya tuh orang!" saut temannya melirik Bella sinis.
Aliya yang hendak berdiri memperingati malah tangannya ditahan oleh Bella. "Kenal sih, Bel? Mereka tuh udah keterlaluan ngomongin kamu di deket kamu. Mereka fikir bagus apa kayak gitu," jawab Aliya kesal dengan ucapan mereka.
"Nggak papa, Al. Aku udah biasa denger ucapan-ucapan sinis dari mereka. Dari awal aku yang suka cari-cari perhatian, jadi wajar aja mereka nggak suka sama aku," jawab Bella sambil tersenyum.
"Ya terus masalahnya sama mereka apa coba, segala bilang kamu kebelet famous lagi. Mereka tuh iri nggak bisa kayak kamu!" sewot Aliya.
"Al, sabar aja. Tahan emosi aku nggak papa kok," ucap Bella meyakinkannya.
"Beneran nggak papa?" tanya Aliya lagi.
"Nggak kok, aku udah biasa," jawab Bella tersenyum.
"Ish ... Kok ada aja ya orang kayak gitu," ucap Aliya tak habis fikir dengan orang-orang yang suka membicarakan orang lain terang-terangan seperti itu. Mereka fikir tidak menyakiti orang lain apa!.
"Yaudahlah, Al biarin aja," kata Bella lagi, Lalu Aliya menganggukan kepalanya.
" Yaudah, kayaknya bentar lagi udah mau bel masuk. Kita ke kelas aja yuk, " ajak Aliya setelah melihat jam tangannya bahwa lima menit lagi Bel istirahat selesai.
"Oh iya Al, nanti aku mau kenalin kamu ke dua sahabat aku pas bel istirahat kedua, kemarin aku cerita ke mereka. Dan mereka bilang mau kenalan sama kamu. Aku tunggu kamu nanti ya di kantin," ucap Bella kepada Aliya saat mereka hendak masuk kelas masing-masing.
"Boleh kok, boleh banget malah. Aku jadi senang kenal banyak temen di sini, padahal aku murid baru. Oke deh nanti aku samperin kamu ke kantin ya," jawab Aliya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju kelasnya masing masing...
.
.
"Mencari teman sejati itu layaknya mencari jarum dalam jerami, jadi saat kami sudah mendapatkannya janganlah kamu melepaskannya begitu saja. Melepaskan itu mudah, mempertahankan yang susah."