Chapter 7

1219 Kata
Hari mulai malam, bulan purnama sudah menujukkan dirinya di langit dengan di temani kilauan sang bintang-bintang. Seorang wanita parubaya dengan gemetar berjalan melewati jalanan perumahan yang sangat sepi, saat itu tidak ada lampu jalan yang menghiasi tempat itu, hanya diterangi oleh sinar sang rembulan dan lampu-lampu perumahan yang tidak begitu terang. Wanita itu terus menerus memperhatikan sekitarnya dengan gemetar, setelah itu Ia melewati sebuah bangunan rumah tua yang sangat besar, namun sebagian besar rumah itu sudah hancur, sehingga terlihat sangat menakutkan. Wanita itu tiba-tiba berhenti tepat di depan rumah besar itu, ia memperhatikan rumah besar itu, tiba-tiba angin bertiup kencang, wanita itu mulai mencium bau melati cukup dekat. Wanita itu melihat di sekitar dan tidak ada siapapun di sana, bau melati itu semakin jauh, tiba-tiba wanita itu mendengar namanya di panggil. "Nadya, oh Nadya, kemarilah," panggil suara seorang wanita. Nadya langsung membalikkan badannya, tapi saat ia membalikkan badan, tidak ada seorangpun disana, bulu kuduk Nadya mulai merinding, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan semakin cepat. "Khihihihihihi." Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tertawa. Nadya yang mendengar itu berhenti berjalan bulu kuduknya mulai berdiri lalu ia membalikkan badan dengan gemetar. "Aaaaaaa." Nadya berteriak dengan kencang lalu pingsan, karena melihat sosok kuntilanak merah dengan mata yang berwarna merah menyala. *** "Aaaaaaa." Suara teriakan seorang wanita terdengar sangat kencang di telinga Dennis, membuat Dennis terkejut dan menghentikan langkahnya. "Sepertinya ada manusia yang di ganggu oleh arwah jahat," ucap Dennis tajam lalu segera berlari menuju rumahnya yang sudah tidak begitu jauh. *** "Nona makan malam sudah siap," ucap tuan A sopan. "Baik--" "Aaaaaa." Ucapan Eka terpotong, karena ia dan tuan A mendengar suara jeritan dari seorang wanita, Eka yang tadinya sedang duduk sambil membaca majalah, langsung berdiri dan mengambil jaket serta maskernya. "Tuan A, ayo kita menuju ke asal suara jeritan itu," ajak Eka. "Baik, nona," "Tapi dimana asal suara jeritan itu?" Tanya Eka bingung "Menurut saya, asal suaranya dari arah jalan Darmo, sepertinya ada arwah yang mengganggu di bagian perumahan Darmo dekat dengan rumah peninggalan Belanda." "Baiklah, ayo," ajak Eka sambil mengenakan jaket dan maskernya. Tuan A dan Eka pun langsung menuju ke jalan Darmo menggunakan mobil. *** Suara pintu rumah Dennis yang di buka secara kasar membuat Valika terkejut, dan langsung memandang Dennis dengan heran. "Kamu kenapa, Dennis?" Tanya Valika heran. "Hah ... hah ... ayo kita ... pergi ... Valika ... hah ... hah..." ucap Dennis sambil berusaha mengatur napasnya. "Pergi? Kemana?" tanya Valika polos. "Apa kau tidak mendengar tadi, kan ada suara jeritan seorang wanita, aku yakin itu pasti suara wanita yang di ganggu oleh arwah jahat," jelas Dennis heran. "Jadi tadi itu suara jeritan asli? Aku kira itu suara jeritan dari pemeran di film horor yang aku lihat," ucap Valika polos. Dennis hanya bisa menepuk keningnya lalu berjalan menuju lantai atas untuk bersiap. 5 menit kemudian... Dennis dan Valika sudah siap, Dennis yang menggunakan baju serba hitam dengan masker yang menutup setengah wajahnya, dan Valika yang merubah penampilannya menjadi Ratu peri. Dennis dan Valika segera naik mobil, dan Dennis mulai melajukan mobilnya cepat keluar dari area perumahannya. "Valika, apa kau tau di mana asal suara jeritan itu?" tanya Dennis tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Tunggu sebentar," ucap Valika lalu menutup matanya untuk berkonsentrasi mencari asal suara jeritan itu. Valika mulai membuka matanya kembali secara perlahan. "Aku menemukannya." "Di mana?" tanya Dennis cepat. "Wanita itu berada di depan sebuah bangunan rumah tua bekas rumah Belanda, dia sedang pingsan, sosok arwah berbaju merah melihat kearah dia dengan tajam, seperti ingin membunuhnya," jelas Valika. "Gawat, wanita itu dalam bahaya, rumah peninggalan Belanda di Surabaya? Hmm ... aku tahu," ucap Dennis lalu menacap gasnya dengan cepat. *** Nadya masih dalam keadaan pingsan, Kuntilanak merah itu semakin mendekat kearahnya, dan akan membunuh Nadya, tapi usaha Kuntilanak merah gagal, karena tiba-tiba ada sebuah anak panah berwarna merah muda yang melesat dan melukai tangannya. "Aarrrrggghhh," teriak Kuntilanak merah kesakitan lalu terbang sedikit menjauh dari Nadya. Dua orang tiba-tiba datang dan berdiri membelakangi Nadya, mereka menatap Kuntilanak merah dengan tajam. "Hey kau! Mau kau apakan wanita ini?!" teriak Eka kesal. Kuntilanak merah hanya menatap Eka tajam tanpa berbicara sedikitpun lalu Kuntilanak merah mulai terbang menyerang Eka, saat kuku Kuntilanak merah yang panjang itu akan mengenai Eka, Tuan A berhasil menangkis serangan Kuntilanak merah dengan tongkatnya. "Maaf, tapi kau tidak bisa melukainya," ucap tuan A tajam, dan mendorong Kuntilanak merah mundur. "Dasar manusia, suka sekali mengganggu," ucap Kuntilanak merah emosi. "Kami tidak akan mengganggu, jika kau tidak mengganggu terlebih dahulu," balas Tuan A sambil menyeringai. "Sialan kau!!" teriak Kuntilanak merah emosi lalu menyerang tuan A. Trangg. Sekali lagi serangan Kuntilanak merah berhasil di tangkis, "sepertinya kita akan bersenang-senang," ucap Tuan A sambil menyeringai. Saat tuan A dan Kuntilanak merah bertarung, Eka mengambil kesempatan ini untuk memeriksa keadaan Nadya, telapak tangan Eka mengeluarkan sinar yang berwarna merah muda lalu ia menggerakkan telapak tangannya dari atas kepala Nadya sampai ujung kakinya, untuk memeriksa keadaan Nadya. "Yosh, dia baik-baik saja, aku akan mengirim ke rumahnya kalau begitu," ucap Eka senang lalu tangannya mulai menggambar sesuatu atau lebih tepatnya seperti menulis sesuatu di udara. Setelah selesai hasil tulisan Eka mulai terlihat, ternyata Eka menulis sebuah tulisan jepang yang cukup unik, tulisan itu mengeluarkan cahaya berwarna merah muda. Eka mulai mengeluarkan kertas mantranya, dan menjepitnya di antara jari telunjuk dan jari tengah, lalu ia mulai menutup matanya. "Yin, yang, san, haku, kou, man, shi, sho, hokuno taishan, teleportasi!" ucap Eka lalu tulis Eka tadi mulai berputar di atas tubuh Nadya, dan mulai turun lalu melahap tubuh Nadya. Tubuh Nadya sudah menghilang setelah di lahap oleh tulisan mantra itu, sinar merah muda pun hilang, Eka mulai membuka matanya kembali, dan kertas mantra di tangan Eka menghilang. "Huft ... dengan begini kita bisa bertarung dengan tenang," ucap Eka sambil menghela nafas lega lalu Eka mulai berbalik dan mengeluarkan busur dan panahnya untuk membantu tuan A. "Tuan A!" teriak Eka khawatir yang melihat Tuan A terpukul mundur. "Ugh ... nona, cepat lari ... arwah ini sangat ... kuat..." perintah tuan A sambil menahan sakit di punggungnya, Tuan A mulai berdiri kembali, namun kakinya tidak kuat menahan beban tubuhnya, sehingga ia terjatuh kembali. "Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu, kau sedang terluka!" Tolak Eka keras lalu memanah Kuntilanak merah. Namun berhasil di tangkis dengan mudah, lalu Kuntilanak merah terbang menuju Eka dan ia mencekik leher Eka, membuat Eka berusaha dengan keran membebaskan diri dan menahan panas yang terasa di lehernya. "Nona!" Teriak tuan A keras sambil berusaha berdiri, namun karena luka yang di hasilkan dari Kuntilanak merah membuat tuan A tidak bisa berdiri. "Tu ... an ... A," ucap Eka sambil terus menahan cekikan yang semakin kuat dari Kuntilanak merah. Suara mobil dan lampu mobil yang menyinari Kuntilanak merah, tuan A, dan Eka membuat semuanya terdiam lalu dua orang keluar dari dalam mobil. "Lepaskan dia," perintah salah seorang yang ternyata seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan masker hitam yang menutup setengah wajahnya. "Siapa kalian?!" Teriak Kuntilanak merah kesal, karena mengganggu acaranya lalu melepaskan cekikkannya yang membuat Eka jatuh dan terbatuk-batuk. "Kau tidak perlu tahu siapa kami, kau akan mati di sini," ucap Dennis santai lalu di sampingnya muncul seorang wanita berambut hijau muda, dan bergaun serba hijau muda-putih. "Tidak mungkin, kau, kau adalah Ratu Elf terdahulu, Ratu Valika," ucap Kuntilanak merah terkejut melihat kemunculan Eka. "Baiklah, ayo kita lakukan, Valika," ucap Dennis santai. "Baiklah," ucap Valika sambil tersenyum senang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN