Eka dan tuan A sekarang sudah keluar dari gudang, saat ini mereka akan keluar dari ITS, saat mereka berada di halaman depan ITS, mereka tidak sengaja bertemu dengan Dennis yang berjalan cepat menuju parkiran mobil.
"Eh, itukan Dennis," ucap Eka senang saat melihat Dennis.
"Dennis, siapa dia, nona?" tanya tuan A bingung.
"Dialah orang yang tidak sengaja menabrakku," jelas Eka senang lalu berlari meninggalkan tuan A yang masih ber'oh'ria, tapi begitu menyadari Eka sudah berlari meninggalkannya, ia segera mengejarnya.
"Dennis!!" Teriak Eka senang sambil melambaikan tangannya.
Dennis yang mendengar namanya dipanggil langsung membalikkan badannya.
Ia melihat Eka yang sedang berlari sambil melambaikan tangan kanannya dan tersenyum senang, walaupun ia juga melihat para mahasiswi yang memandangnya takjub.
"Hey hey, siapa dia?"
"Dia sangat cantik dan manis."
"Apa tadi dia memanggil pangeran?"
Dennis hanya bisa menghelah napas pasrah begitu ada gosip terbaru yang akan segera muncul di kampusnya.
"Hah ... hah ... hah ... kebetulan ... sekali ... bertemu ... denganmu disini ... hah ... hah ... hah," ucap Eka senang sambil berusaha mengatur napasnya.
"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau kuliah di sini?" tanya Dennis heran.
"Kami hanya sedang melihat-lihat kampus ini," jelas Eka senang begitu napasnya sudah kembali normal.
"Kami?" tanya Dennis tidak mengerti.
"Iya, kami, aku dan dia," ucap Eka senang sambil menunjuk tuan A yang sedang menundukkan badannya, karena berusaha mengatur napasnya.
"Dia siapa?" tanya Dennis bingung.
"Oh, dia adalah pelayan keluargaku," jelas Eka memperkenalkan tuan A.
Dennis hanya bisa ber'oh'ria mendengar penjelasan Eka.
"Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?" tanya Eka santai.
"Tentu saja aku sedang kuliah di sini," jelas Dennis santai.
"Wah, benarkah? Kamu hebat bisa masuk ke ITS," ucap Eka senang sambil memberikkan Dennis kedua ibu jarinya.
Dennis hanya bisa tersenyum senang, ini pertama kalinya Dennis menunjukkan senyumnya di depan umum, dan itulah yang membuat para mahasiswi langsung terpesona, bahkan ada yang pingsan.
Namun itu tidak bertahan lama, karena Dennis merasakan ada sesuatu yang bergetar di saku kanan celananya, Dennis segera memasukkan tangan kanannya kedalam sakunya, dan mengeluarkan handphonenya.
"Halo," jawabnya.
(Tuan Dennis, maaf menanyakan, apa urusan Anda sudah selesai? Karena kita akan segera memulai rapatnya) ucap suara seorang wanita di dalam handphonenya.
"Ah benar, maaf Agnes, aku sudah selesai, aku akan segera kesana, siapkan semuanya sebelum rapat dimulai," ucap Dennis tegas dan serius.
(Baik tuan) jawab Agnes lalu Dennis menutup telponnya.
Eka dan tuan A yang melihat sikap Dennis hanya bisa terdiam, karena setiap ucapan Dennis tadi sangat tegas dan terdengar berwibawa, seperti seorang raja.
"Maaf, aku masih ada urusan, kalau begitu aku tinggal dulu, Eka," ucap Dennis membuyarkan lamunan tuan A dan Eka.
"Eh, baiklah, sampai jumpa lagi," ucap Eka sambil tersenyum senang.
Dennis berbalik dan meninggalkan kedua orang yang masih saja memperhatikannya dalam diam sampai Dennis masuk kedalam mobilnya, dan mulai melajukan mobilnya.
"Mobil pangeran selalu keren, sama seperti orangnya."
"Siapa wanita dan pria itu ya?"
"Tadi mereka berbicara dengan pangeran."
"Wanita itu cantik dan manis, kyaa, pria itu juga sangat tampan, tapi masih lebih tampan pangeran."
Ucap beberapa mahasiswi yang tadi melihat Dennis bersama dengan Eka dan tuan A.
"Ayo tuan A, aku lapar, kita akan mencari makan," ajak Eka santai lalu berjalan mendahului tuan A.
"Baik, nona," ucap tuan A lalu berjalan mengikuti Eka.
***
"Perhatian, bagi para penumpang, diharapkan agar segera duduk di kursi masing-masing, karena pesawar akan segera lepas landas, terima kasih," ucap seorang pramugari pesawat.
Di kelas VIP...
"Aku ingin tahu bagaimana reaksinya Eka, saat melihat kita datang lebih cepat dari yang di perkirakan mereka, menurutmu bagaimana?" ucap pria berambut merah kepada dirinya sendiri lalu bertanya kepada pria di hadapannya.
"Entahlah, aku tidak peduli," jawab pria berambut silver itu dingin sambil tetap fokus membaca majalah.
"Kau sungguh tidak asik, jangan terlalu dingin, atau para wanita tidak akan ada yang mau dengan mu loh," goda pria berambut merah.
"Tidak peduli, lagi pula, jika aku tetap berwajah dingin juga, pasti ada wanita yang kagum denganku," ucap pria berambut silver dingin dan sangat yakin.
"Benar juga, fansmu lebih banyak dari aku," ucap pria berambut merah sambil bertopang dagu.
Pria berambut silver itu hanya diam tidak mempedulikan sahabat didepannya itu, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi terbang, meninggalkan Jepang dan mengantarkan mereka menuju Indonesia.
***
Dennis sudah sampai di gedung kantornya, ia segera turun dan memberikan kunci mobilnya untuk di parkirkan kepada satpam.
Kedatangan Dennis sudah di sambut oleh beberapa karyawan yang berbaris di setiap sisi, seperti memberi jalan kepada sang raja untuk lewat.
Dennis berjalan santai memasuki gedung ACE sambil di ikuti oleh para karyawan yang menyambut Dennis.
Skip...
Dennis masuk kedalam kantornya, ia segera menekan tombol di bawah meja kerjanya lalu dari arah lemari buku, lemari itu terbuka seperti pintu, setelah itu Dennis masuk kedalam ruangan di balik lemari buku.
Ternyata di balik lemari buku itu adalah sebuah ruangan yang sangat besar dengan banyak sekali pakaian kantor, jam tangan, sepatu, dan yang lainnya.
Dennis langsung memilih beberapa pakaian, sepatu dan jam tangan lalu mengenakannya, setelah selesai Dennis segera keluar untuk menuju ruang rapat.
***
"Huuaaa, kenyangnya!" teriak Eka senang sambil mengelus perutnya yang kecil.
"Sekarang kita akan kemana, nona?" tanya Tuan A sopan di belakang Eka.
Eka membalikkan badannya dengan senang, menghadapkan diri kepada tuan A. "Kita akan kembali ke apartement, aku sangat lelah, karena pertarungan tadi, meskipun hanya sebentar tapi melawan ratu elf memang sangat sulit," jelas Eka santai sambil berbalik dan berjalan mendahului tuan A.
***
"Perhatian bagi para penumpang pesawat Garuda Indonesia, kita telah sampai di kota Surabaya, silakan melepas sabuk pengaman kalian, saat pesawat sudah di hentikan, silakan keluar dan hati-hati dengan barang bawaan Anda, agar tidak ada yang terjatuh, terima kasih telah terbang bersama kami."
Suara dari pramugari yang memberitahukan pesawat telah mendarat dengan selamat.
Seorang pemuda berambut silver langsung berdiri dan mengambil tasnya bersama dengan temannya yang berambut merah.
Skip...
Kedua orang itu sudah berada di Bandara Juanda, mereka berjalan dengan santai sambil menarik koper mereka masing-masing.
Setiap mereka jalan, banyak wanita-wanita yang ada di dalam bandara memandang mereka dengan takjub dan tersipu malu.
"Hey hey, siapa mereka?"
"Mereka seperti pangeran."
"Dari mana mereka berasal?"
"Tampannya."
Banyak sekali wanita-wanita di bandara yang membicarakan mengenai kedua pemuda itu.
"Hey Kazuma," panggil pemuda berambut merah dengan pakaian berwarna putih.
"Ada apa?" tanya pria berambut silver dengan pakaian berwarna biru gelap yang dipanggil Kazuma, dengan nada dingin.
"Aku selalu merasa heran, apa kau tidak merasa panas menggunakan syal berbulu itu?" tanya pemuda berambut merah sambil memperhatikan syal yang melilit leher sahabatnya itu.
"Tidak bisa," jawab Kazuma singkat dan dingin.
"Kenapa?" tanya pemuda berambut merah bingung.
Kazuma langsung menghentikan langkanya lalu menghadap ke pemuda berambut merah itu, dn menatapnya dengan tajam.
"Ini syal pemberian Master, kau kan tahu sendiri, Ittoki," jelas Kazuma santai lalu kembali berjalan.
Pemuda berambut merah yang dipanggil Ittoki itu hanya bisa ber'oh'ria.
"Tuan Kazuma dan tuan Ittoki?" panggil seorang pria berjas hitam dengan menggunakan kacamata layaknnya bodyguard, saat sudah melihat Kazuma dan Ittoki keluar dari kedatangan.
"Ya," jawab Kazuma singkat.
"Saya dari organisasi, Komandan memerintahkan saya untuk menjemput dan mengantar Anda ke apartement nona Eka dan Tuan A," jelas pria itu.
"Baiklah," ucap Kazuma dingin.
Kazuma dan Ittoki memasukkan koper mereka lalu mereka masuk kedalam mobil, dan mobil pun di jalankan meniggalkan Bandara Juanda lalu menuju ke apartement Eka dan tuan A.