Ada sebuah alasan ketika Tuhan menempakan seseorang di dalam hidup kita. Entah itu alasan yang membuat kita menjadi lebih bahagia, lebih baik ataupun lebih kuat dan tegar lagi dalam menjalani hidup ini dan tidak hanya itu, terkadang tanpa kita sadari sosok tersebut juga dapat menjadi sebuah jembatan yang menjembatani setiap langkah kita menuju ke hal yang sebelumnya belum pernah tersentuh oleh dunia kita... Kehal-hal tak terduga yang akan menorehkan cerita pada buku pengalaman hidup kita....
***
Kakiku melangkah berlahan menikmati keramaian disekelilingku dan membiarkan wajahku tersapukan hembusan angin musim panas. Mataku menangkap hal yang sama di taman kota London setiap musim panas datang menghampiri. Bagaikan berada di tempat wisata, aku menyaksikan puluhan orang yang membaringkan tubuhnya diatas rerumputan hijau sambil membaca buku,mengobrol, mendengarkan musik hingga tertidur. Anak-anak bermain dan berkejar-kejaran satu sama lain, disudut lain taman, terdapat pengunjung yang membuka alas dan membawa keranjang berisi makanan yang disantap beramai-ramai. Tawa, teriakan, obrolan, tangis, bahkan dengkuran semua bercampur menjadi suara tak bernada yang tertangkap oleh telingaku.
Kuhentikan langkahku saat melihat bangku taman yang tak berpenghuni. Tubuhku terasa mendapatkan perintah untuk bersantai sejenak disana. Tak lama kemudian kedua kakiku merasakan rerumputan yang bergesek dengan sepatuku, saatku membiarkan tubuhku mendekati bangku taman itu. Kuhempaskan badan ini pada bangku kayu yang cat putihnya mulai terkikis cuaca. Kusandarkan punggungku dan kupejamkan kedua mataku lalu membiarkan wajahku terselimuti hangatnya sinar mentari. Berlahan kucoba mengatur nafasku yang terdengar tak beraturan dan detak jantungku yang berdegup kencang. Saat tubuhku mulai terasa lebih rileks dari sebelumnya pikiranku yang kacau membangunkan memori ingatanku tentang pertemuan makan siangku sejam yang lalu.
" Terima kasih karena sudah mau menerima tawaran untuk menikah dengan putraku.. dan kalau kau memang ingin pernikahan yang sederhana dan tertutup, pulau Sora adalah pilihan yang terbaik. Pulau itu adalah pulau pribadi kami yang terletak di Asia di dekat Filipina. Di pulau itu ada mansion kami, jadi kau dan James juga bisa lebih tenang menikmati waktu berdua kalian disana...."
Kalimat itu bahkan bukan penjelasan dari rumus trigonometri, namun saat mendengar dan mengingatnya, kalimat itu berhasil membuatku benar-benar merasa pusing sekaligus frustasi padahal, kalimat-kalimat itu keluar dari sosok seorang pria yang sangat baik dan ramah namun mengapa kalimat itu malah terdengar seperti cacian dan makian yang membuatku ingin menutup kedua telingaku saat mendengarkannya dan berlari meningalkan pria yang berharap agar aku menjadi istri bagi anaknya dan ibu bagi cucu-cucunya. Ini benar-benar gila!
Kubuka kedua mataku dan menatap sekelilingku yang masih terlihat ramai namun saat kupejamkan mata kukembali suara keramain disekelilingku menjadi hening kembali dan ingatanku membawa diriku kembali pada memori tentang obrolan yang terasa lebih seperti siksaan bagiku itu. Nafasku kembali tak beraturan saat kuingat kalimat itu, kalimat yang membuatku menyesal akan hal yang seharusnya tak kusesalkan.
"Mengapa aku memilihmu menjadi menantuku? Karena sejak pertemuan pertama kita, aku merasa seperti melihat sosok alamarhum istriku lagi pada dirimu . Sosok yang kuyakin mampu membuat James menjadi pria yang lebih baik dibandingkan sekarang.... Kau lupa pertemuan pertama kita?? kau pernah membantu perusahan propertiku untuk menyelesaikan kasus pemalsuan sertifikat properti sekitar 2 tahun yang lalu dan saat itu aku sangat senang karena mendengar saran dari ayahmu untuk menggunkan jasamu karena terbukti, kau memenangkan kasus properti yang bernilai jutaan dolar itu... Ayahmu juga sangat sering menceritakan tentang dirimu padaku sebelum ia jatuh sakit...." tampak raut kesedihan yang mendalam saat pria yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu mengucapkan kalimat terakhirnya...
Tuan Scoot adalah pria yang sangat baik, namun entah mengapa aku malah merasakan sebaliknya. Senyuman hangatnya, ucapan yang bersahabat, empatinya, semua itu seakan terhapus dalam sekejap dari memori ingatanku setiap kali ia membahas soal rencana pernikahanku dan anaknya.
"Oh Tuhan... Apakah tuan Scoot akan menjembataniku menuju tempat yang akan membuatku merasakan kebahagiaan??"
Kebahagiaan? yang benar saja Alexis!! Kau akan menikah dengan pria yang menggonta ganti pasangannya seperti ia sedang mengganti bajunya!!
Pikiran terakhirku itu berhasil membawaku ke alam sadarku yang seakan terisolasi sejak beberapa saat yang lalu. Detak jantungku lagi-lagi berdetak dengan kencang membuat nafasku kembali tak beraturan.
Oh Tuhan! Dari jutaan pria didunia ini mengapa aku harus menikah dengan dia! Tidak adakah pria yang lebih baik untukku?!!
Lalu bagaimana dengan kisahku dan Billy?! Aku mencintainya, aku bahkan sangat mencintai Cloe. Aku sudah menganggapnya seperti putriku sendiri! Aku tak akan sanggup bertemu dengan Billy dan memberitahukan padanya bahwa aku akan menikah dengan pria lain yang jelas tidak kucintai.
Apa aku harus kabur saja?
Namun bagaimana dengan ayah kalau begitu...
Aku tak akan sanggup meninggalkannya dan diam saja melihat semua usahanya hancur...