Everybody needs inspiration
Everybody needs a song
A beautiful melody, when the night's so long
'Cause there is no guarantee, that this life is easy….
Alunan merdu suara Miley Cyrus menggema di ruangan bercat putih tempatku selalu menghabiskan waktu saat kebosanan selalu melanda hariku. Bibirku mengikuti setiap lirik lagu lama ini, namun pikiranku melayang entah menjelajah kemana.Tubuhku terduduk lesu pada sofa putih yang mengarahkan tubuhku pada jendela di apartemenku yang berada di lantai 7 ini. Mataku memandang keluar jendela besar dihadapanku dan terlihat lalu lintas yang dipadati kenderaan dan taman kota tempatku bersantai tadi siang masih memperlihatkan keramaiannya meski waktu sudah menunjukan tengah hari sudah berakhir.
‘Cause there is no guarantee, that this life is easy…' kalimat dari lirik lagu itu akhirnya mengisi pikiran kosongku yang tersapu bersih dari apapun sebelumnya, yang membangunkan memori tertidurku akan perjalanan hidupku selama 27 tahun ini. Memori itu bergerak cepat bagaikan potongan-potongan film yang menampilkan diriku sebagai pemeran utamanya dan wajah tersenyum ayahku yang selalu ada untukku sejak usiaku menginjak 7 tahun.
Wajah ayahku terlihat lebih tampan dibandingkan saat ini. Tangan hangatnya terulur pada seorang gadis kecil dengan pakaian dan tubuh kotor yang mengeluarkan aroma tak sedap,menyengat indera penciuman yang membuat siapa saja menghindar darinya. Namun pria itu tanpa wajah terganggu sedikitpun menyentuh kulit wajah gadis itu dan mengembangkan seulas senyuman tulus yang belum pernah ia peroleh sebelumnya dari siapapun dan sebuah kalimat bak mantra keluar dari bibir pria itu yang membuat gadis kecil itu tahu hidupnya akan lebih baik dari sebelumnya.
“Alexis..!! Alexiss!!” teriakan keras itu menyadarkanku dari perjalanan masa laluku. Kupalingkan wajahku kearah kananku dan melihat Corie menatapku dengan sangat kesal dan dari bibir kecilnya kembali mengeluarkan kalimat panjang yang membuatku benar-benar sadar dari lamunanku.
“Alex ! Kau sudah mendengarkan lagu itu ribuan kali hingga membuatku ingin muntah. Bisakah kau menggantinya dengan lagu yang lebih bersemangat lagi! Aku butuh pencerahan untuk menyelesaikan pekerjaanku ini!” Corie berbicara dengan sangat cepat kemudian dengan cepat ia bangkit berdiri meninggalkan laptopnya yang teduduk bersama tumpukan majalah diatas meja cokelat makan milikku.
Corie menghempaskan tubuhnya di sebelahku dan merenggut ponselku dan dengan cepat ia mematikan pemutar musikku dan lantunan lagu yang sudah kudengarkan sejak satu jam yang lalu itu hilang dalam sekejap.
Keributan lalu lintas dan detakan jarum jam beraturan menemani kami berdua dalam keheningan dan ketenangan sore itu. Langit terlihat berubah berlahan dari biru ke orange yang menciptakan pemandangan yang sangat indah dan sinarnya menyentuh kulit kami melalui jendela besar dihadapan kami berdua.
“Alex….” suara pelan Corie menghancurkan keheningan itu.
“Ehm…” balasku dengan tak kalah pelan.
“Apa kau sedang ada masalah?” tanya sahabatnya itu yang kini memalingkan pandangannya ke wajahku. “Kau terlihat sangat…. kau tahu? bukan dirimu lagi sejak seminggu yang lalu saat kau pulang dari rumah ayahmu..” lanjut Corie.
Aku menyadari betapa hebatnya insting Corie terhadapku. Ketika semua orang melihatku tanpa masalah, ia bisa mengetahuinya dengan mudah.
“Aku ingin bertanya ini dari awal. Namun aku menunggumu untuk menceritakannya terlebih dahulu padaku dan aku sangat menyayangkan sikap diammu itu... “ Corie membalikkan tubuhnya kearahku.
“Sekarang kau harus menceritakan semuanya padaku sebelum aku pulang kerumahku!” dengan nada tegas Corie memerintahkanku. Nada suaranya berubah sangat cepat hingga membuatku terkejut.
Aku tidak tahu harus dari mana memulai cerita ini dan entah mengapa aku enggan untuk menceritakan hal ini pada sahabatku itu. Namun bibirku tak bisa kuajak bekerja sama dan mengeluarkan bunyinya “Bagaimana menurutmu jika aku menikah?”
“Menikah? Itu baik. Apa kau berencana untuk menikah?” suara pelan Corie mengeras.
“Tunggu… tunggu! Apa kau ingin menikah dengan Billy? Apakah pria itu sudah menyadari akan perasaanmu dan membalasnya?” tanya Corie cepat bak kereta listrik.
Billy?
Ucapan Corie mengingatkanku kembali pada pria yang sudah membuatku tertarik sejak aku pertama kali masuk perusahaan ADVOKAT, tempatku menjadi pengacara sejak 4 tahun yang lalu itu. Pria pertama yang membuatku berpikir akan pernikahan dan membentuk sebuah keluarga kecil. Walaupun saat ini Billy belum membalas perasaanku. Aku memahami itu, isterinya baru saja meninggal 3 tahun yang lalu dan dia terlihat sangat mencintai isterinya itu, pasti sangat sulit baginya untuk beralih ke wanita lain.
“Alex! Apa aku terlihat seperti wanita dalam acara TV yang sedang bertanya pada penonton yang sedang menonton acaranya dirumah? dan tidak mendapatkan jawaban hah? Cepatlah jawab pertanyaanku!!!” bentak Corie dengan sangat kesal.
“Tidak Cor… aku tidak akan menikah dengan Billy…” ucapku padanya untuk meredam rasa kesalnya itu.
“Walaupun aku sangat ingin menikah dengannya! Aku tidak perduli dia seorang duda dengan seorang putri…!” kalimat itu kupendam dalam hatiku.
“Baiklah, lalu dengan siapa kau akan menikah??? Apa kau punya kekasih dan tidak menceritakannya padaku?”
“Tidak juga Cor…!”
“Lalu apa??” kedua mata Corie menatapku dengan tatapan membunuh penuh kekesalan.
“Aku akan menikah sekitar 2 minggu lagi...” aku menggantungkan kalimat itu tidak sanggup untuk melanjutkan kalimat itu dan hal itu sudah membuat Corie seperti kebakaran rambut.
“Ha???? Kau tidak sakitkan Alex??” tanyanya dengan sangat tidak percaya.
“Dengan siapa kau akan menikah??”
“Tunggu! Jangan bilang kau sudah hamil karena kencan one night oleh pria yang bahkan tak kau tahu alamatnya?”
Baiklah, Corie benar!Aku akan menikah dengan pria yang tak kutahu dimana alamat rumahnya tapi apa?? Aku baru tersadar akan ucapannya soal ‘kehamilan’.
“Aku tidak hamil Cor!!!” bentakku padanya yang membuat tubuhnya mundur kebelakang.
“Haaaahhh…” Corie mengembuskan nafas kelelahannya. “Lalu dengan siapa kau akan menikah?” suaranya memelan seakan tenaganya sudah terkuras habis dan menyerah terhadapku.
Kumenatap wajah sahabatku itu yang kini terlihat tanpa kesal. Hanya ada wajah penuh harap darinya dan dari sinar-sinar di matanya aku dapat menangkap rasa kekhawatirannya padaku yang tak terucapkan oleh bibirnya.
Aku menarik nafasku dalam-dalam dan membalikkan tubuhku kearahnya hingga tubuh kami berhadapan. Otakku merangkai kalimat yang tepat agar dapat meminimalkan rasa terkejut Corie.
“Aku akan menikah dengan James William Caplox…” ucapku setenang mungkin yang seperti sudah kubayangkan sebelumnya kalau ucapan tenangku membuat Corie terkejut. Ia menatapku tak percaya dan melompat dari atas sofaku dengan tatapan semakin tak percaya.
“Kau serius?? Kau tidak bercandakan? Tadi maksudmu James William Coplax kan? James Caplox yang masuk jajaran pria paling Hot tahun inikan? Si James Caplox pembisnis yang kaya dan tampan itu? Si James yang baru-baru berkencan dengan si Briney ? Apa benar James William Caplox yang itu?" Corie berbicara dengan cepat tanpa jeda sedikitpun.
"I...Iyaa..." jawabku ragu.
Oh my Gosh Alex!! Bagaimana hal itu bisa terjadi??!! Kau akan menikah dengan seoarang James Caplox! Kau wanita paling beruntung yang pernah kukenal, Alex!"
Aku wanita paling beruntung? Dia pasti sedang bercanda! Ingin segera kumembalas ucapan Coria namun ia sudah menyambar dan berbicara tanpa henti kembali.
"Aku harus segera menghubungi designer langgananku. Kau akan menikah kurang dari sebulan dan baru menceritakkannya padaku! Aku bahkan belum memikirkan gaun seperti apa yang akan kugunakan untuk pernikahanmu itu! Aku harus menjadi bridesmaid mu oke!!” Corie mengucapkan ucapannya dengan penuh semangat seakan tidak mempedulikan aku yang masih terduduk diam diatas sofa.
Aku tak mempercayai akan kalimat yang keluar dari bibirnya. Dia memusingkan gaunnya.Aku bahkan tidak tahu gaun seperti apa yang akan kugunakan! Bagaimana mungkin dia sudah memikirkan tentang hal itu!
***
Corie masih berjalan mondar mandir dihadapaku, ia terlihat sangat berpikir keras memahami setiap penjelasanku padanya mulai dari pertemua diriku dengan ibu angkatku hingga pertemuanku dengan tuan Scoot, ayah James.
“Kau sangat beruntung sayang…!” kalimat itu tiba-tiba keluar dengan sangat lancar saat ia merebahkan tubuhnya kembali di sebelahku.
“Seperti cerita-cerita dalam n****+ dan film. Kau mungkin belum menyukainya tapi berlahan cinta itu akan tumbuh lalu kau akan jatuh cinta padanya dan hidup bahagia selamanya…” Corie mengangkat kedua tangannya seakan aku telah membuat home run.
Aku benar-benar tidak mempercayai ucapannya. Hidup bahagia selamanya? Apakah ia berpikir aku adalah tokoh princess dalam carton Disney. Ini kehidupan nyata! Kehidupan nyata yang sangat tidak mudah! Kehidupan nyata yang membuatku terpaksa harus memiliki nama belakang dari pria yang tak kuharapkan dan gilanya, nama belakang itu akan kudapat dalam beberapa hari lagi di pulau yang bahkan belum pernah kulihat sebelumnya!