Sebatas Mimpi

1152 Kata

“Bunda ...” Mataku terbuka dengan perlahan dengan nafas terengah. Keningku telah banjir keringat dingin. Aku mengerjapkan mata berkali-kali. Pandanganku menyapu seisi ruangan. Leganya hatiku saat aku melihat Mas Agung. ‘Oh, syukurlah hanya mimpi,’ gumam ku dalam hati. “Mimpi buruk?” tanyanya, membersihkan keringat dengan sapu tangan. Aku mengangguk. “Haus, Mas.” Saat aku ingin bangun Mas Agung memintaku agar tidak bergerak. Posisi tidurku saat ini miring ke kanan. Dibelakang tubuhku ada guling sebagai penopang. Pukulan benda keras pada punggungku pasti meninggalkan luka memar. Rasanya sakit jika aku menggerakkan badanku. Lagi-lagi aku bersyukur masih selamat dalam insiden itu. Setelah minum, Mas Agung menawarkan makanan padaku, katanya sudah jam 11 malam jadi aku harus makan lalu mi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN