DELAPAN

1841 Kata

Dia tidak pernah memperhatikan cuaca sebelumnya. Mau hujan deras sampai banjir. Mau panas terik sampai orang-orang mengalami kekeringan. Mau adem-adem saja. Dia tidak peduli! Yang terpenting di otaknya hanyalah menyelesaikan segala urusannya di kantor. Mau ada badai yang menerpa seisi kota dia masa bodoh amat! Entah sejak kapan ia memulai menyadari keadaan sekitarnya. Saat itu suara gemuruh petir menggelegar di luar ruang kerjanya. Aksa menghentikan apa yang dilakukannya. Kedua tangannya yang sedari tadi sibuk di atas keyboard komputernya, diam. Dia menoleh ke samping kiri, lebih tepatnya ke kaca besar yang juga dinding ruang kerjanya. Dilihatnya setitik demi setitik air menempel di kaca. Dan rasa itu tiba-tiba muncul di hatinya (jika dia masih punya hati). Rasa itu tidak bisa dideskrips

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN