TUJUH

1592 Kata

Aksa tidak pernah semarah ini dalam hidupnya. Well, jika membentak dan bicara kasar bukan dikategorikan sebagai ekspresi marah, namun kali inilah Aksa betul-betul ingin meluapkan semua kegeramannya terhadap istrinya. Dia ingin keluar dari kamarnya, menggedor-gedor kamar Eden, dan mengonfrontasi istrinya. Niat itu sudah siap dieksekusi sampai akhirnya dia tertawa sendiri di kamarnya. Saat dia curiga istrinya hamil anak orang lain, dia tidak semarah ini. Aneh sekali. Kecemburuan itu datang ketika ia tahu Eden yang pelit untuk tersenyum itu justru menghujani sepupunya dengan senyumannya yang amat teramat sangat manis. Bisa dibayangkannya jika Aksa betul-betul datang ke kamar istrinya. Barangkali akan ditertawakannya Aksa. Aksa seakan bisa mendengar istrinya menjawab, "Kamu tidak ngaca? Kam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN