Part 15~Menjauh

1073 Kata
Part 15~Menjauh “Ayu, belikan aku makan siang.” Titah Dex. “Iya, Kak.” Jawab Ayu pelan dan menjaga jarak dengan Dex. Ia masih ingat dengan peringatan perempuan yang katanya calon istri Dex itu. Meskipun ia tidak memiliki rasa lebih dengan Dex, tapi ia tidak ingin mencari masalah. Jadi Ayu cari aman dengan menjauhi Dex. Ayu berlalu dari ruangan Dex, hal itu diamati oleh Dex. Ia merasa heran dengan tingkah Ayu dua hari terakhir ini. Ayu terlihat sangat menjaga jarak dengan dirinya, bahkan Ayu lebih memilih duduk di depan meja Indra dari pada di ruangannya seperti biasa. Dan hal ini sangat mengusik hati dan pikiran Dex. Entah ada masalah apa dengan Ayu, dan ini harus segera di akhiri. Dex tidak bisa terlalu lama dalam posisi ini, ini sangat menyebalkan. Ah, Dex lupa. Dua hari terakhir ini ia menyuruh Alex dan temannya untuk tidak melapor dan mengawasi Ayu terlalu intens. Lebih baik ia tanyakan saja pada Alex agar lebih jelas. Dex mengambil ponselnya dan mendial nomor Alex. “Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara dari seberang. “Jelaskan apa yang terjadi pada gadisku dua hari yang lalu.” Alex nampak diam sebentar, sepertinya sedang mencari sesuatu. “Oh, tidak ada hal penting yang terjadi Tuan. Tapi sebelum pulang ke kost, Nona didatangi seorang perempuan yang sebelumnya keluar dari kantor Tuan pada siang hari.” Jelas Alex membaca laporan yang sudah tertulis rapi. Dex nampak berpikir sejenak, perempuan? Dari kantornya? Shit! Itu pasti Dio, apa yang perempuan sialan itu lakukan pada gadisnya? “Apa yang perempuan sialan itu katakan?” geram Dex. Pasti Dio berperan dengan perubahan sikap Ayu padanya. Dio sudah salah mengambil tindakan. “Maaf, Tuan. Kami tidak dengar, karena kami hanya mengawasi dari jarak jauh.” “Oke, mulai hari ini kamu laporkan lagi apa yang gadisku kerjakan. Atau dengan siapa saja ia bertemu, kalau bisa kamu cari tahu juga apa yang dibicarakan.” Titah Dex, Dio harus mendapatkan pembelajaran. “Baik, Tuan.” Tut! Sambungan Dex matikan sepihak. Brak! Dex menggebrak meja marah, sejak tau kalau sikap Ayu karena ulah Dio. Perempuan itu salah cari lawan, jangan mentang-mentang dia perempuan Dex tidak berani untuk memberi pelajaran. Dex tidak pandang siapa lawannya, laki-laki atau perempuan. Meraka akan mendapatkan ganjaran yang sama jika mengusiknya atau pun miliknya. Ceklek! Pintu terbuka dari luar, dan menampakkan Ayu dengan bungkusan berisi makan siang yang Dex pesan. Dex tidak mengalihkan pandangannya dari Ayu, Dex harus mencari jawaban lewat Ayu. Atau dia tidak akan pernah tau apa yang terjadi. “ini, Kak. Silahkan dimakan.” Ayu menyiapkan makanan di meja sofa. “Kamu mau kemana?” cegat Dex ketika melihat Ayu hendak keluar dari ruangannya. Ayu menghentikan langkahnya, “em. Mau makan di luar.” Ujar Ayu lirih. “makan di sini!” titah Dex tajam. “tapi-“ “tidak ada tapi-tapian, Ayu! Duduk!” tegas Dex menyuruh Ayu duduk di sofa. Ayu berjalan pelan menuju sofa, moment seperti ini bukan yang ia harapkan. Setelah Ayu duduk di sofa, Dex ikkut duduk tepat di sebelah Ayu. Ia mengambil bungkusan yang Ayu pegang sedari tadi, yang Dex duga adalah makan siang Ayu. Ia menyiapkannya tepat di sebelah makanan miliknya. Dan Ayu hanya menunduk dan diam saja. “Makan!” titah Dex. Ayu duduk tidak nyaman di sofa, ini terlalu dekat. Ia menggeser sedikit posisi duduknya, tapi Dex juga ikut bergeser. Malah semakin dekat dengannya. "Em, Kak." Peringat Ayu, dia tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria selain keluarganya. "Kenapa?" Dex belum paham maksud Ayu. "Em, jangan dekat-dekat." Ujar Ayu lirih. Dex mengamati jarak duduknya dengan Ayu, hanya berjaran setengah meter. Tapi Dex tidak mau menggeser duduknya lagi, ia ingin dekat dengan Ayu. "Makan saja, aku tidak akan mengganggumu." Ujar Dex cuek, dan langsung melahap makan siangnya. Ayu membelikan Dex satu porsi ayam rica-rica dan soto Medan. Soto Medan adalah kesukaan Dex. Sedangkan Ayu hanya membeli ayam geprek, ia tidak terlalu suka ayam rica-rica atau pun soto Medan. Pun Ayu hapal dengan kebiasaan Dex setiap harinya, akan menyisihkan makannya untuk Ayu. Meskipun ditolak, Dex tidak akan pernah kehabisan akal untuk membuat Ayu makan. Mereka makan dengan diam. "Ini Kak, minumnya." Ayu menyerahkan minuman dingin untuk Dex. "Hm, terima kasih." Ayu bergegas membereskan bekas makan mereka berdua, yang sebenarnya juga agar Ayu cepat-cepat menjauh dari Dex yang membuatnya ngap-ngapan. "Ayu, ke sini." Panggil Dex yang belum berpindah tempat. Ayu mendekat, duduk di seberang Dex. "Duduk di tempat yang tadi." "Em,-" "Tidak ada penolakan." Dasar Dex, si keras kepala dan otoriter. Untung saja Ayu perempuan manut, kalau gak pasti setiap harinya adu mulut. "Jawab dengan jujur, kenapa dua hari ini kamu seperti menjaga jarak denganku?" Cecar Dex, menatap Ayu dalam. Ayu yang ditanyai menjadi gugup, ia bingung. "Em, tidak. Aku tidak menjauhi Kakak." Jawab Ayu berbohong akhirnya. Dex mengangkat sebelah alisnya, tidak percaya dengan ucapan Ayu. "Benar?" Ayu menggangguk cepat, tapi tidak berani menunjukkan wajahnya. Karena ia yakin, Dex akan cepat membaca raut wajahnya yang sedang berbohong. "Jujur atau aku cari tahu sendiri? Dan kamu harus tau terima konsekuensinya kalau sampai berbohong." Ancam Dex, meskipun hanya sebuah gertakan untuk Ayu. Dex ingin tahu apa yang perempuan sialan itu ucapkan pada Ayu. Tubuh Ayu menengang, tangannya saling bertautan gelisah. "Em, i-ya, Kak. Tidak ada apa-apa." Ayu masih belum mau jujur. "Benarkah? Baiklah kalau gitu, biar aku hubungi pengawalku untuk mengeksekusi perempuan itu." Dex mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja. Ayu terkejut, tubuhnya semakin menengang. "Ja-ngan, Kak!" Pinta Ayu, ia tidak mau ada korban karena dirinya. "Hm, jangan apa?" Goda Dex pura-pura tidak tahu. Ayu mengigit bibirnya, ragu untuk berbicara. "Em," "Hm," "A-nu, waktu itu calon istri Kakak datang menemui aku." Ujar Ayu lirih. "Hm, calon istri?" b***h! Umpat Dex dalam hati, Dio benar-benar membuat masalah. Ayu menggangguk, "iya." "Lalu apa yang dia katakan?" "Em, tapi Kakak jangan marah sama dia, ya?" Pinta Ayu sebelum menceritakan kejadian waktu itu. Dex nampak berpikir, "tergantung." "Kok tergantung?" "Yah, kalau dia bicara yang baik aku tidak akan memberikan sesuatu untuknya." Jawab Dex ambigu. Sesuatu? Hal baikkah atau buruk? "Kalau gitu aku gak mau cerita." Ancam Ayu balik, meski gemetar. "Hm, baiklah." Pasrah Dex, pura-pura. "Benar?" "Iya. Ayo, ceritakan." "Em, calon istri Kakak minta aku jangan dekat-dekat sama Kakak. Aku juga gak mau dicap pelakor karena kerja sama Kakak." Jujur Ayu. "Hm, dan kamu setuju?" Sialan, Dio! Ayu menggangguk polos, "iya." Astaga! Ayu ini pasti percaya saja dengan apa yang Dio ucapankan. Gadis pembual! "Tapi Kakak jangan bilang sama calon istri Kakak, ya?" Pinta Ayu, ia takut nanti perempuan itu mendatanginya lagi. "Hm," "Janji?" "Hm."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN