Part 14~Dio

882 Kata
Part 14~Dio "Ayu, ambilkan berkas di Indra." Titah Dex pada Ayu yang sedari tadi hanya duduk diam di sofa. "Iya, Kak." "Pak In, berkas yang diminta sama bos mana?" Indra yang sedang mengetik sesuatu di komputernya, "hm. Sebentar." "Ini," Indra memberikan map berwarna biru muda. "Makasih, Pak." "Sama-sama." "Ini Kak, berkasnya." Ayu memberikan berkas pada Dex. "Terima kasih, kamu tunggu di sofa." Ayu mengangguk singkat, dan berjalan gontai ke arah sofa. Dex memang menyebalkan! Masa dirinya harus duduk diam menunggu Dex selesai kerja. Padahal ini masih pukul dua siang, masih ada tiga jam lebih lagi. Ayu yang bosan pun memaikan game offline di ponselnya. Berharap bosan dan kantuknya akan hilang. "Permisi, Tuan. Ada Bu Dio di luar." Lapor Indra dari interkom. "Mau apa dia ke sini?" Tanya Dex malas. "Bu Dio tidak mau memberitahu, Tuan. Dia memaksa untuk masuk." Dex menghela napas kasar, Dio ini benar-benar keras kepala. Tapi ia melirik sebentar ke arah Ayu yang ternyata sudah tertidur di sofa dengan posisi duduk. Ia pikir tidak masalah menerima Dio kalau ada Ayu. "Suruh masuk saja." Putus Dex. "Baik, Tuan." Ceklek! "Siang, Dex!" Sapa Dio, di tangannya membawa bingkisan. "Hm," Dex hanya berdehem. Tanpa di suruh Dex, Dio duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Dex. "Em, ini aku bawakan kamu menu spesial dari restoran Pamanku." Ujar Dio menyerahkan bingkisan yang ternyata berisi menu di salah satu restoran. Dex menatap Dio dan bingkisan itu bergantian, memindai apakah ada sesuatu yang Dio rencankan. "Astaga, Dex. Jangan memelototi ku seperti itu. Ini aman, aku tidak akan memberikannya pelet di nasinya." Ujar Dio ketika melihat gelagat Dex yang penuh selidik dan curiga. "Tidak, aku hanya memastikan tidak ada maksud terselubung dari mu." Ujar Dex jujur. "Haha," Dio tertawa mendengar itu. "Tidak, Dex. Aku tidak sepicik itu, aku akan menaklukkan hatimu dengan caraku sendiri." "Hm." Terlalu percaya diri! Batin Dex berdecih. "Kamu sudah makan?" "Hm." Dio mengerti kalau Dex sedang tidak ingin diganggu. Jadi ia mengelilingkan matanya pada ruangan Dex yang memiliki desain menakjubkan. Dan juga barang-barang mewah yang menjadi pelengkap. Tapi matanya tertuju pada sesosok perempuan yang tertidur dalam posisi duduk. Wajahnya tidak terlihat. Siapa itu? Batin Dio heran. "Em, Dex. Siapa perempuan itu?" Tanya Dio penasaran. Dex menoleh ke arah yang Dio tunjuk, di mana Ayu sedang terlelap. "Hm, gadisku." Jawab Dex mengejutkan Dio. "Maksudmu?" Ada nada amarah dan tidak terima dari Dio. Ia merasa tersaingi. "Tidak perlu aku jelaskan lagi, bukan?" Tanya Dex seolah mengejek. Dio menggeram, tangannya terkepal kuat di bawah meja. Sialan! Dio yang berjuang mati-matian sejak beberapa tahun belakangan ini. Tapi Dex malah dengan mudahnya mengenal seorang gadisnya padanya. Sialan, Dex! "Tapi kenapa dia pake baju OG di kantor ini?" Tanya Dio sedikit mengejek, ia baru sadar dengan seragam yang dipakai oleh gadis itu. Dex menggeram, "bukan urusanmu. Lebih baik kamu pulang kalau tidak ada keperluan lain. Aku masih sibuk." Usir Dex ketus, ia muak melihat tatapan merendahkan dari Dio. "Aku masih ingin di sini." Ujar Dio. "Pergi sebelum aku marah." Usir Dex lagi lirih, tapi kesannya dalam. Dio berdecak kesal, "iya. Aku pulang, tunggu saja kedatangan ku lagi. Bye," Dio tidak membatah lagi. *** Pukul lima sore. Ayu keluar dari kantor dengan keadaan yang sudah letih. Meskipun tadi ia tertidur sekitar satu jam lebih, tapi rasanya belum menghilangkan pegal-pegal di tubuhnya. Karena posisi tidurnya yang duduk. "Ah, habis ini langsung mandi dan rebahan." Ayu berjalan menuju halte yang ada di dekat kantor. Bukan untuk menaiki bus, tapi ia ingin memesan ojek online sambil duduk. Tapi tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang mendatangi nya. "Boleh duduk?" Tanya perempuan itu. Ayu menggangguk sekilas dan tersenyum, "silahkan." "Kamu kerja di kantor itu?" Tanya perempuan itu lagi. Ayu menoleh ke arah perempuan ini, merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan penuh rasa ingin tahu itu. "Iya," jawab Ayu seadanya. "Bagian apa?" Ayu semakin tidak nyaman, "OG." Perempuan itu manggut-manggut mendengar jawaban Ayu. Jadi cuma OG toh, tapi kenapa lancang sekali. "Kenalkan, aku Dio." Perempuan yang tak lain Dio itu mengulurkan tangan pada Ayu. Ayu sedikit ragu untuk membalas uluran tangan Dio. Meksipun akhirnya ia membalas, "em, Ayu." "Apa kamu merasa pernah bertemu denganku?" Tanya Dio. Ayu memperhatikan Dio sejenak, sepertinya ia pernah melihat. Tapi di mana? "Sepertinya iya, tapi saya lupa." "Haha, memang benar kita pernah bertemu sebelumnya. Bahkan ini sudah pertemuan ke tiga kita." Ayu mengernyit mendengar penuturan Dio, apa benar? "Em, maaf. Saya lupa." Ayu benar-benar Tidka menemukan memorinya ketika bertemu dengan Dio. "Di ruangan Dex." Tutur Dio. Ayu langsung membulatkan matanya, ternyata perempuan ini adalah perempuan yang sama si waktu itu. Perempuan seksi yang sangat menggoda. "Oh, iya. Saya ingat." Dio tersenyum sekilas, bukan senyum senang. "Kamu tau, kalau Dex itu sudah memiliki kekasih?" Ayu menggeleng, ia tidak tahu menahu soal itu. Lagi pula Ayu tidak peduli. "Saya lihat kamu dekat dengan, Dex?" "Oh, saya sama bos Dex dekat hanya sekedar bos dan atasan, Mbak. Tidak lebih," memang kenyataannya. "Cih, aku ingatkan sama kamu. Dex itu calon suamiku, jadi jangan berani-beraninya kamu menggoda Dex. Awas saja!" Ancam Dio, ia menggunakan kesempatan ini agar Ayu jauh dari Dex. Ayu tersenyum kecil, "saya juga tidak berminat untuk dekat dengan bos Dex, Mbak. Jadi tenang saja." "Bagus. Awas kalau sampai aku dengar kamu menggodanya." "Mbak tenang saja. Saya jamin tidak akan ada berita seperti itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN