Part 20~Kemarahan Dex

1058 Kata
Part 20~Kemarahan Dex Dua Minggu sejak lamaran Sabda, Ayu sudah mendapatkan keputusannya. Ia menerima Sabda, dan keluarga Sabda akan melamar secara resmi dua Minggu yang akan datang. Ayu meminta untuk bertemu Sabda di tempat yang sama ketika Sabda melamarnya. Ayu sudah bulat dan yakin dengan keputusannya. Dan in syaa allah ia tidak akan menyesali keputusannya ini. Ayu sudah berada di caffe sejak lima menit yang lalu, sengaja datang lebih cepat agar bisa menetralkan kegugupannya. Tidak lama kemudian Sabda datang dengan gayanya yang cool, "maaf kalau kamu nunggu lama." Ujar Sabda menarik kursi lalu duduk tepat di depan Ayu. Ayu menggeleng gugup, "eh. Nggak kok, Kak. Aku juga baru sampai. Em, kakak mau pesan apa?" Ayu membolak-balik buku menu untuk menghilangkan kegugupannya. "Em, capuccino aja. Lagi pengen ngopi," pinta Sabda. "Oke, Kak." Ayu memanggil pelayan dan memesan satu capuccino untuk sabda dan satu jus nanas untuk dirinya. "Silahkan, Kak pesanannya." Ujar pelayan menyajikan pesanan mereka. "Terima kasih, Mbak," balas Ayu ramah. Mereka menikmati minuman masing-masing dalam keterdiaman. Ayu menyesap jusnya rakus untuk meredakan tenggorokannya yang tiba-tiba kering. "Jadi, apa yang mau kamu sampaikan?" Tanya Sabda yang sudah menghabiskan setengah dari capuccino nya. Ayu gugup lagi, "em, anu. Aku mau ngomong soal lamaran Kak Sabda waktu itu," ujar Ayu lirih. Sabda tersenyum meskipun hatinya ketar-ketir, ia juga merasa gugup mendengar jawaban Ayu nanti. Ia takut kalau Ayu menolak lamarannya, tapi ia juga tidak akan memaksa kalau dirinya ditolak. "Iya, jadi gimana jawabanmu?" Ayu semakin menundukkan kepalanya, tangannya saling terpaut dengan keringan dingin yang menganak sungai. Ayu menggigit bibirnya, "eng. In syaa allah aki terima lamaran Kakak," ujar Ayu yang lebih terdengar seperti bisikan. Sabda syok bukan main, meskipun Ayu mengatakan dengan suara yang sangat kecil, tapi ia masih dapat mendengar dengan jelas apa yang Ayu ucapakan. Dan apa tadi? Ayu menerima lamarannya? Tuhan, Sabda sangat senang akan hal ini. Ayu yang tidak mendapat respon dari Sabda pun mengintip sebentar, melihat ekspresi Sabda. Dan terbaru yang Ayu dapatkan adalah ekspresi syok dari wajah Sabda yang sangat ketara. Apa jawabannya semengejutkan ini? "Eng, Kak," panggil Ayu lirih. Ia gelisah karena Sabda masih diam saja. Sabda tersadar dari rasa syok dan senangnya, "eh, iya. Jadi, kamu benar menerima lamaran Kakak?" Sabda memastikan. Ayu menggangguk yakin, "iya Kak. Aku sudah minta petunjuk sama Allah, juga orang tuaku." Sabda mengucap syukur dalam hati, gadis pujaannya akan segera menjadi miliknya yang sah. "Kalau gitu kapan keluarga kakak bisa ke rumahmu? Bukan apa, kakak hanya ingin hal baik jangan ditunda-tunda." Sabda menjelaskan maksudnya untuk cepat datang melamar resmi ke rumah Ayu melihat ekspresi jahat Ayu. Ayu nampak berpikir sejenak, "em, mungkin dua Minggu lagi, Kak. Aku juga udah bilang sama ibu, kata ibu juga lebih cepat lebih baik." Senyum Sabda bertambah lebar mendengar itu, Tuhan sangat baik padanya karena mengabulkan doanya selama ini. Dan Ayu tidak akan pernah ia sia-siakan, karena Ayu adalah bagian terindah yang Tuhan berikan untuknya. "Baik, nanti Kakak akan bicara sama orang tua Kakak." "Iya Kak." Sabda teringat sesuatu, "oh, iya. Kakak pengen kamu resign dari tempat kerjamu kalau sudah menikah sama Kakak." Pinta Sabda karena merasa tidak nyaman dengan kerjaan Ayu. "Iya, Kak." Mereka larut dalam obrolan ringan tentang keseharian mereka. Memanfaatkan waktu luang yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. *** Aura menyeramkan menyelimuti ruangan mewah milik Dex. Sejak tadi ia memangsa banyak korban yang sebenarnya tidak bersalah. Tapi karena moodnya kurang baik, jadi seluruh pekerjaan anak buahnya terasa salah di matanya. Dex marah! Yah, ia sudah tahu rencana lamaran Ayu dan Sabda. Ia merasa kecolongan selama dua Minggu ini. Gadisnya sudah menerima lamaran pria lain. Ini tidak boleh terjadi! Ayu gadisnya, miliknya! Tidak ada boleh memiliki Ayu selain dirinya. Dan ia mampu menggunakan cara kotor untuk mendapatkan Ayu. Tok! Tok! "Masuk!" Titah Dex dingin. Gadis yang sedari tadi wara-wiri dalam pikiran muncul dari balik pintu itu. Gadis mungil yang sangat menggoda iman. Andai saja mood Dex sedang baik pasti ia akan memuji Ayu. Tapi sayangnya pikirannya sedang diliputi kemarahan, jadi tidak ada harapan untuk itu. "Em, Kak ini aku bawa nasi dari restoran biasa." Ayu menyiapkan menu makanan yang Dex yakini untuknya makan siang. Dex masih diam memperhatikan Ayu, seolah-olah ia adalah daging segar yang siap dimangsa. Dex berdiri dari kursinya, ia berjalan pelan tapi elegan. Dex mendekati Ayu yang masih sibuk dengan tatanan makanan di meja tanpa memperhatikan bahaya yang akan segera datang padanya. "Astaghfirullah, Kak Dex bikin kaget aja." Ayu mengurut dadanya pelan kaget melihat Dex sudah berada di belakangnya. Padahal tadi seingatnya Dex masih asyik dengan layar laptop. Dex diam saja, tatapannya setajam elang. Ia seperti harimau yang siap memangsa buruannya. Ayu yang merasa ada yang tidak beres dari Dex pun merasa was-was. Di dalam ruangan ini ia hanya berdua dengan Dex, ia takut kalau sampai Dex macam-macam. "Em, Kak. Kakak kenapa?" Ayu mundur ketika Dex yang semakin berjalan mendekat. Ayu terjebak antara tembok dan badan besar Dex, Ayu tidak tahu apa yang terjadi dengan Dex. Ayu mendorong d**a Dex yang semakin dekat dengan tangan kecilnya. "Kak, jangan begini." Pinta Ayu lirih, ia benar-benar takut saat ini. Dex terlihat berbeda dari biasanya. "Kak," cicit Ayu yang semakin terhimpit badan Dex. Air matanya bahkan sudah menggenang saking takutnya. Dex yang sedari tadi diam mengamati Ayu kini mendekatkan wajahnya pada wajah Ayu. Ia mengamati bagaimana wajah cantin Ayu yang ketakutan. Cup. Dex mengecup pipi Ayu. Ayu terkejut, ia merasa dilecehkan. Ayu takut! Allah talong aku, batin Ayu menangis. "Hiks... kak. Jangan seperti ini, aku takut." Pinta Ayu yang sudah tidak kuasa mengusid badan besar Dex yang mengukungnya. Dex masih diam, cup. Ia mengecup sudut bibir Ayu. Ayu semakin kalang kabut, ia dilecehkan. "Kak, hiks... Jangan! Tolong! Tolong aku!" Teriak Ayu mencoba meminta bantuan. Tapi siapa yang akan dengar teriakan Ayu, ruangan Dex diciptakan kedap suara. "Kak, hiks..." Ayu yang sadar teriakannya sia-sia pun meminta belas kasihan dari Dex untuk melepaskannya. Dex mengangkat tubub Ayu dan membawanya ke kamar yang berada di ruangannya. Ia melempar Ayu di kasur empuk itu. "Kak, hiks... Kakak mau apa?" Tanya Ayu beringsut mundur ketika ia mendapati dirinya di kasur. Pikiran buruk berseliweran di kepalanya. Dex menarik kaki Ayu dan membawanya di bawah tubuh kekarnya. "Aku akan melepaskan mu, tapi dengan satu syarat. Batalkan acara lamaran dengan pria sialan itu." Bisik Dex tepat di telinganya Ayu yang terdengar menyeramkan. Tubuh Ayu menengang mendengar itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN